NovelToon NovelToon
Sulastri, Aku Bukan Gundik

Sulastri, Aku Bukan Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Era Kolonial / Balas Dendam / Nyai
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

“Sekarang, angkat kakimu dari rumah ini! Bawa juga bayi perempuanmu yang tidak berguna itu!”

Diusir dari rumah suaminya, terlunta-lunta di tengah malam yang dingin, membuat Sulastri berakhir di rumah Petter Van Beek, Tuan Londo yang terkenal kejam.

Namun, keberadaanya di rumah Petter menimbulkan fitnah di kalangan penduduk desa. Ia di cap sebagai gundik.

Mampukah Sulastri menepis segala tuduhan penduduk desa, dan mengungkap siapa gundik sebenarnya? Berhasilkah dia menjadi tengkulak dan membalas dendam pada mantan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sulastri 18

“Pramono Minoto,” ucap seorang laki-laki paruh baya sembari menjabat tangan Petter erat.

“Petter Van Beek,” balas Petter.

“Mari silahkan masuk, Tuan Petter,” ucap Pramono, ramah.

Mereka kemudian memasuki sebuah ruangan sederhana, di dalamnya terdapat lemari dengan buku-buku dan berbagai arsip, satu set kursi njalen berbahan rotan dengan meja kerja di sudut ruangan.

Pramono kemudian mempersilahkan Petter dan Sulastri yang sedari tadi berdiri canggung di belakang untuk duduk, sembari menunggunya menyiapkan beberapa berkas yang dibutuhkan.

Pramono Minoto, seorang pengacara pribumi— teman dari Rudolf De Jong yang di percaya menangani kasus Sulastri. Laki-laki berusia sekitar empat puluh tahunan itu, terlihat tegas dan cerdas dengan setelan kemeja putih dan dasi lurik, juga ballpoint yang terselip di saku kemejanya.

“Rudolf sudah menceritakan kasus yang menimpa, saudari Sulastri. Bukan kasus yang rumit sebenarnya, namun karena Tuan ingin semuanya putus secara sah dan resmi, maka kita perlu melakukan prosedur yang seharusnya,” ujar Pramono.

“Berapa lama waktu yang di butuhkan?” tanya Petter datar.

Pramono berpikir sejenak, tatapannya tenang, fokus. “Jika sesuai prosedur mungkin bisa sampai delapan bulan, paling lama satu setengah tahun. Kecuali, ada pelicin, mungkin … tiga sampai lima bulan sudah beres.”

Petter tersenyum samar, jari-jarinya mengetuk pegangan kursi pelan. “Bagaimana dengan hak asuh anak?”

“Ini yang akan jadi masalah besar, karena suami saudari Sulastri orang yang cukup terpandang. Hakim pasti akan berpikir pihak laki-laki lebih mampu membesarkannya,” jelas Pramono.

“Tapi laki-laki itu sendiri yang menolak kehadiaran anakku, bagaimana bisa justru dia yang mempunyai hak lebih besar?” sela Sulastri.

Pramono menatap teduh, bibirnya membentuk garis halus. “Hakim hanya melihat mereka yang banyak harta dan dianggap mampu. Saya tidak bermaksud merendahkan saudari, tapi sampean bisa menilai sendiri, to?”

Sulastri menunduk pelan, tangannya meremas ujung kebaya.

Petter yang menyadari itu melirik lembut, ia kemudian menegakkan duduknya. “Apa ada alternatif lain untuk hal ini?”

“Dengan mengunakan kekuasaan anda,” sahut Pramono.

Petter mengerutkan alisnya, tatapannya menelisik. “Maksudnya?!”

“Saya akan menjelaskan secara singkat,” ucap Pramono. Laki-laki itu kemudian beranjak dari duduknya.

“Anda bisa mengintervensi secara moral dan administratif, untuk menekan suami saudari Sulastri menandatangani perpisahan atau talak, secara tidak langsung perceraian mereka resmi menurut adat dan lingkungan. Meskipun tetap berdampak tapi ini legal secara sosial.”

“Dengan kombinasi ini, saudari Sulastri akan benar-benar bebas dari suaminya, dan saya rasa akan lebih mudah mengambil hak anak, karena adanya perlindungan praktis dari Anda,” pungkas Pramono.

Petter menimbang sejenak, pandangannya menurun. “Tapi ini tidak sah secara hukum, itu artinya suaminya bisa kembali menuntut kapan saja?!”

“Benar. Seperti yang saya katakan tadi, ini hanya legal secara sosial,” sahut Pramono.

Petter kembali terdiam, tangannya bertumpu di paha—menopang dagu. Ia kemudian kembali menegakan badannya. “Lakukan prosedur hukum secara sah melalui pengadilan agama. Aku tidak peduli berapapun biayanya, dan juga hak anak harus jatuh ke tangan Sulastri.”

“Tapi, Tuan—”

“Lakukan sesuai dengan apa yang aku perintahkan. Aku akan memberikan bonus besar jika pekerjaanmu berhasil,” sela Petter.

Pramono menarik napas penjang, lalu menghembuskannya pelan. “Baik. Saya akan menyiapkan dokumen-dokumennya. Anda siapkan saksi ahli atau kunci yang bisa membela saudari Sulastri di persidangan nanti.”

“Aku akan atur semuanya,” sahut Petter.

Sulastri yang sedari tadi hanya menunduk, dengan ragu mengangkat dagunya. “Meneer, apakah ini tidak berlebihan. Tuan Rudolf bilang ini bisa membahayakan Anda?” ucapnya pelan.

Petter menatap tajam. “Apa kau akan menyerah dan kembali ke pelukan laki-laki pengecut itu?!” suaranya dingin—penuh penekanan.

“Bu-bukan. Saya hanya tidak ingin terjadi apa-apa dengan Anda.”

“Itu urusanku, kau hanya cukup mengikuti prosedur dan arahan dari Mr. Pramono.”

Pramono yang merasakan ketegangan antara Petter dan Sulastri menyela dengan hati-hati.

“Jika keputusan Anda sudah bulat, minggu depan saya akan mengajukan pendaftaran ke pengadilan agama. setelahnya mungkin saudari Sulastri akan sering dipanggil untuk mediasi,” jelas pengacara paruh baya itu.

Petter mengangguk mantap. “Baik, jika kau butuh sesuatu, katakan saja pada Rudolf dia akan membantumu menyiapkan.”

“Baik, Tuan,” sahut Pramono.

“Jika semuanya sudah cukup, kami pamit dulu,” ucap Petter sembari beranjak dari duduknya, kemudian menjabat tangan Pramono.

“Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan kasus ini,” ujar Pramono, penuh keyakinan.

“Aku percaya dengan kemampuanmu!”

Mereka pun pamit dari kantor Pramono. Di sepanjang perjalanan sunyi menemani. Sulastri memilih diam meski di benaknya ada banyak pertanyaan. Tatapan tajam Petter membuatnya takut untuk sekedar berbasa-basi.

Petter berdehem kecil, mencoba mencairkan suasana. “Persiapkan mentalmu, ketegasanmu akan di uji setelah ini.”

Sulastri menatap lekat wajah Petter, matanya mengerjap pelan. “Saya tidak takut, yang saya takutkan justru nasib Anda.”

“Kenapa denganku?”

“Tuan Rudolf bilang, Anda bisa terusir dari sini jika ikut campur urusan ini. Saya tidak mau merugikan Anda terlalu banyak,” sahut Sulastri.

Petter tersenyum samar, sorot matanya berubah sendu. “Kalau kau tidak ingin aku rugi, maka turuti semua perintahku.”

“Maksud Anda?”

“Tetaplah tinggal di rumahku.”

Bersambung.

Katakan kiwww kiwww ... 🤭

1
Sayuri
g prlu d permalukan kmu dh malu2in kok
Anna: Nggak sadar diri emang.
total 1 replies
Sayuri
otak anakmu itu di urut. biar lurus
Anna: Laa emaknya aja ....🤧
total 1 replies
Sayuri
buah jatuh spohon2nya
Anna: Nahh ...🤣
total 1 replies
Sayuri
ngapa g rekrut karyawan baru sih buk
Anna: Dia juga tak tahannn 🤣
total 1 replies
Sayuri
comelnya🥰
Anna: 🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶
total 1 replies
Sayuri
peter nyebut gak lu. pelan2 woy. awas kejungkang si sul
Anna: Suka keceplosan 😭
total 1 replies
Sayuri
lihat sul. anak yg g di akuin bpknya. tp brharga di org yg tepat
Anna: Jadi anak emas🫶
total 1 replies
Sayuri
bisa aja lu no
Anna: Remaja vintage 😭
total 1 replies
Sayuri
kok sedih y 😔
Anna: makanya mereka berharap Petter nikah, ehh ... ketemu Sulastri🤭
total 1 replies
SooYuu
gundik juga kek anaknya pasti
Anna: Ituu anu .... ituu 🤧
total 1 replies
SooYuu
keturunan ternyata 😭😭
Anna: buah jatuh sepohon-pohonnya🤣
total 1 replies
SooYuu
apa maksudmu, Meneer?????
Anna: ngaku-ngaku🤧
total 1 replies
Nanda
mending simpen energi gue buat yang lebih penting ketimbang ampas ini
Anna: Wkwkwkwkkk ... bangkotan tak tau malu🤧
total 1 replies
Nanda
jangan bilang Peter itu anaknya Rasmi?? atau mantan gundiknya ayahnya Peter??
Anna: Mana yang lebih seru? 🤭
total 1 replies
CallmeArin
uluh uluhh lutunaaaa😍
Anna: 🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶
total 1 replies
Sayuri
profesional bung. jgn gitu
Anna: Cari-cari kesempatan.
total 1 replies
Sayuri
gk. g ada yg di kuasai emosi d sni. ini udh berbulan2. lastri mengambil keputusan bukan krna emosi lg, tp krn kesadaran sndiri.
Anna: Yeeheeee 🫶
total 1 replies
Sayuri
ayo jgn gugup. ini kesempatan mu
Anna: Libass habis, ya
total 1 replies
Sayuri
wkwkwkwkwk mamphossssss
Sayuri
awas mulutmu di tempiling pakai buntut ikan
Anna: Ngikk-ngikk ... Kakk komenmu selalu jadi mood benget loo🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!