Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 17
Dan saat tanganya mulai menggeser layar ponselnya, terlihat Rosa sedikit lega, menghela nafas walaupun belum sepenuhnya nyaman di dada.
Kepala dan punggungnya tiba-tiba terasa sedikit berat, bersandar perlahan di jok mobil, memejamkan mata namun otaknya terus berpikir.
"Mudah-mudahan Bu Yulia segera sembuh, rasanya cukup berat kerja dengan Bos modelan Tuan Demitri" ucapnya pelan, menumpahkan beban berharap bisa berkurang walau sedikit saja.
Siapa pun pasti akan terpana melihat wajah mahal dan kharismatik dari seorang Demitri, diam-diam Rosa menghela nafas saat merasakan sedikit getaran saat mengingat wajah konglomerat muda yang kemaren bisa di nikmati begitu dekat olehnya.
Sialnya semua baju yang di kenakan semakin menampakkan ke macho annya, Kemeja yang nampak Pas di badannya, lengan yang di gulung sampai siku hingga menunjukkan urat tangannya, belum lagi bau tubuhnya saat diterpa angin, Postur tubuh dan dada bidangnya, Ya Tuhan_, di tambah pahatan wajahnya begitu sempurna, matanya, hidung dan bibir tebal nan seksi, rasanya pasti hangat kalau_STOP!!
Seketika Rosa mengumpat, mengutuk pikirannya sendiri yang melanglang buana terlalu jauh hingga tak terkendali, seketika membuka mata dan memperbaiki duduknya "Ya Tuhan Rosa, DOSA!" gumamnya.
Rosa ter jungkat saat sopir taksol bicara, memberitahukan sudah tiba di tempat tujuan, lalu memberikan bayaran dan keluar, rupanya hujan sudah reda, walau banyak sisa di tanah yang dia pijak, tak masalah.
Kaki jenjangnya yang kini memakai celana sesuai dengan interupsi Bos yang durjana, sampai-sampai susunan baju di dalam lemarinya di obrak Abrik demi mencari koleksi warna yang bisa di sesuaikan, maklum sebelumnya Rosa selalu setia memakai Rok yang paling pendek selutut nya, tapi entah kenapa itu masih terasa salah si mata Bos nya.
"Pagi Cinta!!" disambut dengan suara khas dari Jeny yang pagi ini centilnya gak ada lawan.
"Telat nih, jangan ganggu!" Rosa memberikan lampu merah pada Jeny yang siap beranjak menyambut nya, mungkin lebih tepatnya merecokinya.
"Okey, dandan dulu kek Rosi, itu tampilan lo ampun, untung cantik" Jeny melihat dari atas sampai bawah tampilan Rosa yang di rasa amburadul tidak karuan.
Rosa menggeleng, berjalan pasti ketempat yang biasanya Dan_
"Loh, meja gue mana?" Panik seketika, iya kali nasib jadi sekretaris telat, meja dan kursi kerjanya langsung di angkat.
Freya yang baru saja tiba dari menyerahkan berkas ke atas mendelik heran, memang Rosa belum tau apa?
"Tempat lo kerja di pindah sama duo R, emang lo gak tau?"
"HA!!" Rosa melongo seketika, baru teringat akan perintah semalam yang sempat membuatnya shock.
"Ya Tuhan, jadi di pindah gue, pisah sama kalian ini?" Rosa tak percaya di tengah keterkejutannya, berharap Bos nya bangun tidur lupa ingatan, nyatanya tidak, perintahnya tetap harus di laksanakan.
"Sabar Rosa, hanya di lantai atas, dan kita masih bisa ketemu tiap hari, okey?" Freya memberikan support nya, gak tega lihat temannya dalam kondisi setengah gila mungkin.
"Tapi aku gak bisa_"
"Rosa,!" teriak seseorang memanggil sebelum sebelum sempat melanjutkan ucapannya.
"I iya pak Radit?"
"Di panggil Bos,"
Mampus!, batinnya, pasti kena amukan tingkat tinggi nih, telat dan tak tau tempat, lengkap sudah penderitaannya hari ini, mana belum sempat tancap makeup, seperti ondel-ondel pasti ini wajah, terserah!
Berjalan di dampingi Radit, lebih mirip tawanan terpidana mati masuk ke dalam ruang sidang untuk yang terakhir kali.
"Kamu kenapa?" tanya Radit masih sempat-sempatnya.
"Dihukum mati nggak sih pak?"
"Ha!, apa sih kamu, ditanya apa jawabannya kemana" ucap Radit heran dengan wanita yang satu ini.
Tak lagi berkata, Radit hanya diam mengikuti alurnya, takut salah tanya, atau lebih tepatnya memberikan waktu pada wanita yang sepertinya belum sepenuhnya sadar dari koma.
Hingga akhirnya tiba di sebuah ruangan paling megah di perusahaan, tapi terasa sesak setiap kali Rosa memasukinya.
"Sudah, masuk sana, dan bacakan agendanya, gak ada yang mau hukum kamu, justru Tuan Demitri tadi bilang kalau kamu gak masuk suruh kasih dispensasi jangan di marahi, begitu"
Tunggu!, apa barusan?, gak salah dengar?, Rosa segera me nge cek telinganya dengan jarinya, "Pak Radit sadar barusan ngomong apa?"
"Ck, kamu itu yang cepet bangun biar gak linglung"
Rosa tersenyum kikuk, lalu meraih gagang pintu estetik yang harganya pasti selangit, dan_
Ceklek
Pintu terbuka, pemandangan normal seperti biasa, Bos nya yang sibuk dengan urusan berkas perusahaan.
"Pagi Tuan Demitri" salam sapa di ucapkan dengan kalem.
Demitri mendongak sejenak, "Hem pagi, bacakan agendaku hari ini"
Masih sama, wajah yang lempeng, dingin dan tak ada kata lainnya, setidaknya tanya kek bagaimana keadaan mu setelah istirahat lewat tengah malam, nyatanya tidak, apa mungkin perkataan Pak Radit hanya basa basi busuk ya?, batin Rosa.
Rosa membacakan dua agenda penting, selebihnya sang Bos Fokus ke urusan dalam gedung menangani semua berkas yang masih ada yang belum tersentuh.
"Okey, hari ini ikut aku, Radit dan Romi menangani sesuatu"
"Maaf Tuan?" ini Hot Bos gak bisa di biarkan nih, apa gak lihat kabar dunia dalam berita, kabarnya sudah marak dimana-mana, dan sekarang malah merintah jalan hanya berdua, bisa kacau dunia persilatan, Rosa belum siap di rujak sama Fans garis keras dari kalangan atas, bisa jadi sambal teri.
"Kenapa?"
Kali ini Demitri melihat ke arahnya, tepat mata ketemu mata, dan Tuhan!, tolong otakku kondisikan yang di depan ini Macan bukan manusia!, jeritan hati Rosa.
"Rosa!"
"Eh anu Tuan" otaknya mulai konslet.
"Iya saya siap!" kata yang tak ingin terucap justru malah keluar lancar.
"Siapkan semuanya, satu jam lagi kita berangkat, dan kamu tau harus bekerja di mana bukan?"
"Iya Tuan, semalam sudah di beritahukan"
"Hem"
Hanya kata Hem, berharap kata maaf karena memindahkan mendadak tentu saja tidak, Rosa menghela nafas dan pamit pergi melakukan titahnya. "Dasar lemari Es, mana ada hangat-hangat nya, paling nggak kasih tau alasan lah kenapa mindahin seenak jidatnya" omel lirih Rosa dan berakhir di ruangan yang_
"My God, bagus bener ini ruangan, tapi tetep aja, Sepi" Rosa duduk di kursi kerja barunya, sejenak terdiam dan mengamati, lengkap sekali dengan sentuhan arsitektur langka seperti kesukaan Bos nya.
Rosa melakukan ritualnya yang tertunda, merapikan riasannya yang hanya separo dilakukan di dalam perjalan, dan kini lebih di sempurnakan, seperti biasanya, natural, lembut dan menonjolkan kecantikan alaminya.
Berlanjut dengan semua berkas yang di butuhkan, Rosa mempelajari dengan teliti, ingat!, tidak ada Radit dan Romi saat ini, dan itu artinya kemungkinan besar pekerjaan mereka akan menjadi bebannya,."Oh ya Tuhan!" keluhnya.
Jangan lupa kasih komennya ya,.
Bersambung.
🤦🤦🤦