Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....
Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.
Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....
Happy reading....😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Foto-foto
Jo dan Lily berjalan serempak di bandara yang ramai. Koper kecil di tangan kanan mereka mengikuti irama langkah mereka, sementara tangan kiri mereka erat memegang tas selempang.
Di area khusus untuk pramugara dan pramugari, semua mata tertuju pada mereka, terutama pada Jo. Tatapan mencibir menyertai pandangan mereka ke arah Jo. Bisik-bisik pun mulai terdengar dari sekeliling, membuat Jo bingung dengan sikap orang-orang di sekitarnya.
"Ada apa dengan mereka semua, Li?" tanya Joanna dengan berbisik.
"Nggak tau, Jo. Mereka kok liatin elo kayak gitu banget?" jawab Lily, mengedikan bahunya karena memang tidak tau.
"Mereka kok liatin gue kayak nggak suka gitu ya?"
"Biarin ajalah. Nggak usah ngurusin mereka?" ujar Lily, merapikan pakaian pramugarinya berwarna hijau. Sama seperti yang Jo kenakan.
(Visualnya Jo imut dan cantik.....😂😂😂)
"Jo....?" tiba-tiba suara seseorang memanggil dari pintu.
"Kapten Tyo tuh?" ujar Lily .
"Ikut gue sebentar?" Tyo menarik tangan Jo untuk keluar dari area khusus itu.
"Ada apa, Kapt?" tanya Joanna, tidak mengerti.
Setelah keduanya sama-sama keluar dari area khusus itu, Tyo melepaskan cekalan tangannya.
"Kamu dipanggil sama pak kepala ke kantor?" ucap Tyo.
"Ada apa?" tanya gadis itu mengernyit heran.
"Mungkin soal foto-foto kamu itu?" ucap Tyo, matanya nampak sendu.
"Foto-foto?" Jo semakin heran dan penasaran dengan apa yang dikatakan kapten Tyo.
"Kamu nggak tahu? Atau pura-pura nggak tahu?" sindir Tyo.
"Tunggu! maksudnya apa ya, Kapt?"
"Aku nggak nyangka, Jo? Jadi----karena alasan itu yang membuat kamu selalu menolak aku?" Tyo tersenyum remeh.
"Ini maksudnya apa sih? Foto-foto apa?" Jo semakin tidak mengerti.
Tyo berdiri di hadapan Jo dengan tatapan penuh sindiran, "Jangan sok polos, Jo? Semua orang sudah tau kamu simpanan om-om, kok kamu mau sih?"
"Kamu dibayar berapa sama om-om itu?"
Mendengar kata-kata Tyo yang penuh hinaan, api amarah seketika menyala dalam dada Jo. Wajahnya memerah, jantungnya berdebar kencang, tangan Jo terangkat secara refleks, dan....
PLAKKK....
Tamparan keras mendarat di pipi Tyo. Detik itu juga, suasana menjadi hening, dan air mata mulai menggenang di mata Jo. Namun Tyo tak berhenti mencibir.
"Bukannya om-om itu----om yang waktu itu di pesta? Siapa namanya----ah, Bram? Iya kan, Namanya Bram?" cakapnya penuh ejekan.
"Kamu jadi simpanan om-om beristri? Apa sih keunggulannya dibandingkan denganku?" Tyo tersenyum meremehkan.
"Cukup ya, Kapt. Cukup kamu menghinaku!" sentak Jo sangat marah. Tyo tak berhenti menyerangnya dengan ucapan menohok.
"Kamu nggak tahu apa-apa tentang hidupku, lebih baik kamu diam. Dan nggak usah ngurusin hidupku lagi?" murka gadis itu. Dia tak percaya Tyo yang selama ini dianggap pria tulus dan baik, bisa berkata seperti itu.
Tanpa memberikan kesempatan Tyo mengatakan apa-apa lagi, Jo pun pergi dari hadapan Tyo untuk bertemu dengan atasannya.
Begitu Jo pergi, Tyo terduduk lemas.
Dia tidak pernah menyangka bahwa wanita yang selama ini menghantui rindunya, Jo, adalah kekasih gelap dari seorang pria matang.
Rasa duka mendalam mencekam jantung, mengetahui ia hanya bisa menggapai bayang-bayang cinta yang tak pernah nyata.
Pantas saja pada malam pesta, Jo seperti hilang ditelan bumi, begitu pula pria yang bernama Bram. Keduanya tiba-tiba menghilang dari pesta.
Tidak ada yang tidak kebetulan.
Dari semua orang yang hadir di pesta itu, hanya dua manusia itu yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Istri Bram yaitu tante Rosa juga bingung mencari suaminya yang tiba-tiba menghilang.
Jika hanya menduga-duga memang tidak dibenarkan. Tapi dari cctv terakhir yang Tyo lihat saat itu, memang keduanya sempat cekcok mulut, dan setelah itu mereka pergi meninggalkan pesta begitu saja.
Tak ingin berpikiran negatif, Tyo berusaha untuk menipis pikiran buruk tersebut. Karena memang sejak dulu Joanna adalah gadis yang dicinta dan dipujanya.
Namun setelah melihat foto-foto itu, hatinya hancur dan marah karena kebenaran yang membawa luka lebih dalam dari sekadar rasa cinta yang tak terbalaskan. Gadis cantik yang selalu ingin ia jadikan kekasih, nyatanya hanyalah seorang perempuan simpanan pria beristri.
"Kapten tidak apa-apa?" tanya seorang perempuan yang berprofesi sebagai pramugari juga, namun di pesawat yang lain.
"Tania....!" pekik Tyo berusaha untuk berdiri. Dengan sigap gadis itu membantunya.
"Aku bisa sendiri," tolak Tyo menepis tangan gadis itu.
"Aku tahu, patah hati itu rasanya nggak enak. Tapi..... kapten harus bisa membuka mata, bahwa penampilan yang cantik, yang kelihatan polos, dan lugu tidak sebaik yang kita kira. Stop memikirkan dia, Kapt? Masih banyak gadis lain yang lebih baik dari Jo!" tutur gadis itu.
"Tau apa kamu soal aku dan Jo?"
"Aku tau kok.... selama ini kapten menyukai Jo. Semua orang juga sudah tahu. Tapi, kapten----Joanna itu tidak sebaik yang kapten sangka. Dia itu simpanan om-om. Simpanan pria beristri. Itu artinya---dia itu pelakor! Kapten tentu tau artinya apa?" beo gadis itu panjang lebar.
"Dia jahat, Kapten! Hanya seorang wanita jahat yang tega menyakiti perempuan lain. Apalagi sampai rela menjadi simpanan!"
Tyo napak termenung dengan tatapan kosong. Sepertinya pria itu nampak mencerna kata demi kata gadis yang bernama Tania itu.
"Aku menyukainya sejak dulu, tapi.... dia sama sekali tidak peka. Dan---aku nggak nyangka dia simpanan om-om. Aku kaget. Kecewa juga. Kenapa harus om-om? Apakah di dunia ini tidak ada pria yang lebih muda yang bisa menarik minatnya? Termasuk aku.....?" keluh Tyo, suaranya melemah.
"Namanya aja sugar baby, Kapt. Sugar baby itu carinya ya---- sugar Daddy. Tapi aku nggak tahu alasan spesifiknya, yang jelas menjadi simpanan pria beristri itu tindakan kejahatan!" tekan Tania.
"Kamu benar....!"
Tania tersenyum puas. Ternyata, mengambil risiko besar untuk menyebarkan foto-foto itu kepada rekan-rekan seprofesinya tidak sia-sia. Jika menjauhkan Jo dari Tyo bisa sesederhana itu, ia bertanya-tanya mengapa tidak melakukannya sejak dulu.
"Lupakan Jo, Kapten. Masih banyak gadis-gadis lain yang menyukai kapten? Kenapa kapten hanya stay di Jo saja? Ayolah, Kapt. Kapten itu tampan. Sangat gampang mencari gadis cantik di luaran sana? Jangan menjatuhkan harga diri sendiri hanya untuk mengejar cinta yang tidak pasti!"
"Ya, kau benar, Tan. Selama ini aku terlalu fokus mengejar cintanya. Tapi..... sekarang. Aku akan berhenti mengejarnya."
"Nah, gitu dong?" ucap gadis itu begitu senang, "Cobalah dengan membuka hati untuk perempuan lain. Seperti saya, misalnya.....!"
"...."
******
Jo menatap pria di depannya dengan mata sedikit terkejut.
“Iya, Pak Edgar. Bapak panggil saya?” suaranya bergetar tipis, berusaha menahan rasa gugup.
Pak Edgar mengangguk, untuk menunjuk kursi di di depannya dengan suara tegas.
"Duduk, Jo!” perintahnya tanpa memberi kesempatan untuk menolak.
Jo ragu sesaat, lalu berjalan pelan menuju kursi itu. Ia duduk berhadapan dengan pria baya itu. Dan meja kerja untuk meletakkan komputer dan berkas-berkas pekerjaan sebagai penyekatnya.
"Kamu tahu alasan saya memanggil kamu?"
Jo menggeleng cepat.
"Nggak, Pak. Saya benar-benar tidak tahu. Memang ada apa ya?"
"Liat?" Pak Edgar nampak memperlihatkan sesuatu di ponselnya.
Gosip tentang beberapa foto mesra yang diunggah seseorang tanpa identitas ke grup WhatsApp khusus pesawat XX sedang ramai diperbincangkan. Tangan-tangan cepat membagikan foto mesranya bersama sang suami di parkiran toko kosmetik. Memang keduanya tengah menatap penuh cinta seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.
Dan di foto lain, terlihat juga kemesraan mereka, saat Bram, suaminya, terlihat mengantarkannya ke sebuah rumah mewah, keduanya nampak romantis. Saling peluk dan cium. Unggahan itu segera memicu komentar dan spekulasi dari teman-teman dalam grup, membuat ponsel atasannya berdering tanpa henti.
"Apa benar kamu menjadi simpanan Om-om?" tanya pria baya itu.
"Saya sepertinya mengenal pria ini?" lanjut pak Edgar. Pria itu nampak mengingat-ingat.
"Ah, dia bukannya seorang pengusaha?" ujarnya. Joanna terkesiap.
"Kamu berhubungan dengan pria ini?" tanyanya lembut, namun terdengar menohok.
"Bapak kenal?" Jo justru balik bertanya.
"Jelas kenal. Wajahnya kan selalu muncul dimajalah bisnis," jawabnya.
Jelas Pak Edgar mengenalnya. Bram kan memang pengusaha terkenal. Wajahnya sering muncul di majalah ataupun surat kabar.
"Kamu ada skandal dengan pria ini?" tanya pria baya itu, menukikan alisnya.
"Bukan skandal, Pak. Dia suami saya....!" jawab Jo, jujur.
Yah dia memang harus menjelaskan pada atasannya itu untuk mematahkan tuduhan-tuduhan yang tidak benar tentang dirinya.
"APA?" kaget pak Edgar.
"Ka-kamu.... istrinya?"
"Ya. Saya istrinya. Kami sudah menikah. Yah walau secara siri. Tapi tetap saja pernikahan Kami sah di mata agama," jawab Jo, suaranya tenang.
"Kenapa kamu mau dinikahi siri olehnya?" tanya Pak Edgar penasaran. Pasalnya jelas sekali perbedaan usia mereka sangatlah jauh. Jo, kenapa Jo mau.
"Ceritanya panjang, Pak. Tapi saya tidak akan menceritakannya. Karena itu sama saja menceritakan aib suami saya?" tegas Jo.
"Saya mengerti," ucap Edgar bijaksana, "Saya tidak akan memaksa kamu? Tapi beritanya menyebar di grup anak-anak sini???"
"Nggak masalah. Yang penting nggak sampai go publik. Maka saya akan bertindak tegas karena sudah mencampuri urusan pribadi saya!"
Edgar menelan salivanya kasar. Lalu ia menganggukkan kepalanya.
"Saya akan bantu kamu untuk membersihkan foto-foto itu di grup. Tapi----pandangan buruk mereka tentang kamu, tetap saja akan terus berlanjut. Kalau itu saya minta maaf tidak bisa membantu?"
"Terimakasih, Pak. Tidak apa-apa. Sudah menjadi resikonya?"
"Baiklah. Kamu boleh kembali ke tempat? Silahkan bekerja, dan bersikaplah profesional!"
"Siap, Pak!"
Jo membalikkan tubuhnya mengingat sesuatu.
"Oya, Pak. Boleh saya tau siapa yang mengirim foto-foto tersebut ke grup?"
*****
"Mami kenapa?" tanya Bram melihat istrinya diam saja, tidak bersemangat seperti biasanya.
Bram mendekat, lalu menempelkan punggung tangannya ke kening sang istri.
"Mami sakit?" tanyanya dengan lembut.
"Ya. Mami sakit hati, Pi?" jawab Rosa. Bram mengerutkan keningnya.
"Maksudnya....?"
Rosa menghirup udara dalam-dalam, meskipun dadannya terasa sesak dan sakit setelah mengetahui perselingkuhan suaminya. Namun dia berusaha tegar, berusaha baik-baik saja. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Akhir-akhir ini papi jarang di rumah. Tidak seperhatian dulu. Baru pulang dari China, papi langsung sibuk kerja. Padahal di perusahaan, Kevin juga ikut membantu. Tapi.... seolah-olah papi sibuk sendiri?" protes istrinya.
Mendengar itu Bram langsung melongo. Tidak seperti rosa yang ia kenal.
Selama ini Rosa tidak pernah mengeluh jika dia sibuk bekerja, namun baru kali ini dia ditegur karena terlalu sibuk urusan luar, maksudnya urusan Jo---tanda kutip, hanya Bram yang tau.
"Mami kan tau, papa sibuk kerja untuk siapa?" kilah Bram, berusaha untuk tenang dan tidak mencurigakan.
"Iya, tapi .....?"
"Apa yang membuatmu kesal hari ini? Ayo jujur, Sayang!" dengan lembut pria itu membelai rambut yang mulai menipis dari kepala istrinya. Akhir-akhir ini rambut Rosa memang sering rontok. Bukan beberapa helai, tapi begitu banyak yang rontok. Namun perempuan itu langsung membuangnya, tidak mau membuat suami dan putranya khawatir.
Operasi di China terakhir kali, bukannya kondisinya semakin membaik, Rosa merasakan tubuhnya bertambah lemah. Sering nyeri perut. Namun kondisi tersebut tidak berani ia sampaikan pada suami dan putranya. Ia simpan sendiri rapat-rapat.
Kanker hati (hepatoselular karsinoma )dapat disembuhkan jika terdeteksi dan diobati pada tahap awal. Namun sayangnya, Rosa terlalu meremehkan penyakit itu. Hingga ia tak sadar kanker itu menggerogotinya hingga ke babak stadium 3.
Sudah ketiga kalinya ia operasi pengangkatan tumor, dan terakhir kemarin di China. Namun bukannya membaik, tubuhnya semakin melemah. Kanker itu sudah menjalar ke organ lain.
Kata dokter kalau kondisinya memburuk, dia harus melakukan kemoterapi.
"Apa papa masih mencintai mami?" tanya Rosa tiba-tiba.
Degh....
"Kenapa mami bertanya seperti itu?"
"Mami hanya takut, papa sudah tidak mencintai mami lagi?"
"Tentu saja papi sangat mencintai mami. Selalu, Mih?" ucapnya memeluk tubuh istrinya.
"Kita sudah hidup bertahun-tahun. Susah senang kita jalani bersama. mami tahu dengan pasti, seberapa besar cinta papi ke mami?" ujar Bram. Rosa tersenyum tipis. Sangat tipis.
"Tolong jangan khianati mami, Pih! mami nggak akan sanggup melihat papi mengkhianati mami! Nggak pernah sanggup harus berbagi dengan perempuan lain!"
Degh....
"Mih....?"
To be continued.....
Komen dong.....
up tiap hari dong kak makin seru nich/Smile//Smile//Smile/
thor buat jo bangkit n bisa buktiin kl mm nya emang dicelakai ma istri barunya bpknya. dan jo bisa bangkit n sukses walaupun ada anak bram. n buat bram n anaknya menyesal udah ninggalin jo
adil dan seimbang sakitnya