NovelToon NovelToon
Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Pernikahan rahasia
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cahyaning fitri

Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....

Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.

Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....

Happy reading....😍😍😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Kepergian Bram

“Beli daging sekalian, Dad?” ucap Jo menunjuk ke freezer khusus daging, ayam dan ikan.

“Kamu bisa masaknya?” tanya Bram.

Yang ia tahu, Jo tidak bisa memasak, jadi buat apa menyetok bahan makanan banyak-banyak di kulkas.

“Ah, gampang. Nanti aku liat di tub-tub. Kan banyak tuh konten masak. Jaman sekarang apa sih yang susah, Dad? Apa-apa sudah ada di sosmed?” jawab gadis itu percaya diri. Bram tersenyum kecil.

“Emm, okey. Kita beli satu kilo,” sahut sang suami.

“Ayam juga,” kata Jo lagi.

“Hemmm,” angguk Bram. Wajahnya nampak ragu, tapi diambil juga.

“Jangan terlalu banyak menyetok bahan makanan!” larang sang suami, “Kamu jarang dirumah?” tuturnya.

“Buat jaga-jaga,” sahut Jo, ia berjalan menuju rak sayur-mayur.

“Nanti aku carikan art untuk menemani dan bantu-bantu kamu?”

“Beneran?” Jo menatap penuh minat.

“Tentu saja. Apa aku pernah main-main dengan ucapan ku?’

“Ya-ya. Aku percaya, Dad?” katanya tersenyum senang, mendapat perhatian khusus dari suaminya.

-

-

“Eh,Ketemu disini kita?” suara yang sangat familiar menyapa gadis itu.

“Nyonya, anda disini ?” pekik Jo sedikit terkejut.

Jo tidak menyangka bisa bertemu tetangga apartemennya di supermarket. Padahal mereka pergi ke supermarket yang agak jauh dari lokasi apartemen, ternyata malah ketemu di sana.

“Nyonya juga belanja disini?” tanya Jo, basa-basi. Lalu ia melirik ke arah sang suami yang diam saja dari tadi, tanpa balas menyapa.

“Iya. Saya dan suami selalu belanja di sini. Barang-barangnya selalu fresh dan lebih lengkap,” cerocos perempuan itu, menerangkan.

“Kamu belanja sama papa kamu ya?” kepo perempuan itu melirik ke arah Bram yang datar, ekspresinya dingin.

Sementara yang ditanya malah gigit bibir.

“Emmm, itu …? Anu …?”

“Bukan papanya? Saya suaminya?” suara berat Bram tiba-tiba menggema. Tapi ekspresinya tetep lempeng dan datar.

Perempuan itu langsung mengatupkan bibirnya. Sementara Jo, mengigit kuat-kuat pipi bagian dalamnya.

“Su-suami???”

“Maap ya, Nyonya. Dia bukan papa saya. Dia suami saya?” timpal Jo, “Ya udah. Kami udah selesai belanja. Kami duluan ya?” pamit Jo, pergi duluan.

“Yuk, Dad. Bayar di kasir?” kata Jo, menggandeng tangan suaminya.

Sementara tetangga apartemen Jo hanya berdiri mematung, dengan ekspresi kaget dan heran.

“Suami?” gumamnya tak percaya, “Istri muda kah gadis itu atau simpanan?”

( Joanna yang cantik, imut dan masih muda tentu saja orang nyangkanya ---anaknya Bram, padahal mereka suami istri. Wkwwkwk......?

*

*

(Meskipun tua, tapi guanteng banget kan. Nggak nyangka kalau sudah punya anak bujang. 🤪🤪🤪)

“Mah…. ngapa malah bengong di situ?” suaminya menghampiri.

“Eh, papa. Barusan ketemu sama tetangga baru. Yang tinggal di apartemen sebelah, Pah. Namanya Joana,” kata Rahma.

“Terus napa malah bengong?”

“Heran aja? Joanna itu gadis yang cantik. Kok suaminya tua ya, Pah? Pantasnya kan jadi papanya. Bukan suami. Mama heran. Kok mau?”

“Suaminya kaya mungkin? Makanya mau?”

“Bisa jadi, Pah?”

“Iyalah. Cewek seksi dan cantik mana mungkin mau sama om-om kalau nggak tajir melintir?”

-

-

“Jangan banyak berinteraksi sama orang kepo macam ibu-ibu tadi?” peringat Bram di dalam mobil. Setelah berbelanja, keduanya memutuskan langsung pulang.

“Kenapa?” tanya Jo. Mulutnya tak berhenti mengunyah keripik kentang yang tadi dibelinya.

“Orang seperti mereka, selalu sibuk dengan urusan orang lain. Aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan wanita itu?”

“Tapi kalau nggak disapa, nanti dikira sombong?” jawab Jo.

“Nyapa, boleh. Tapi kalau diajak ghibah, mending nggak usah!” tutur Bram, tegas.

“Oke,” sahut Jo, mengerti maksud suaminya.

“Minggu depan, aku akan pergi ke luar negeri. Aku mau nemenin Rosa berobat ke China?”

“Hah, kok mendadak, Dad?”

“Nggak mendadak. Rencana ini sudah ada sejak lama. Cuman belum terealisasi. Waktu itu, Temenku juga belum dapet dokter terbaik di China yang bisa operasiin Rosa. Fasilitasnya juga lebih lengkap daripada di Indonesia?” ucap Bram.

Tubuh Jo membeku setelah mendengar ucapan suaminya.

Hampir dua bulan mereka bersama, tiba-tiba Bram mengatakan akan pergi meninggalkannya ke luar negeri bersama istri pertama. Itupun tidak tau berapa hari Bram ada di sana. Atau mungkin berapa bulan. Tiba-tiba dirinya tidak suka mendengar hal itu.

“Berapa hari, Dad?” tanya Joanna, menatap Bram dengan mata sendu.

“Bisa berminggu-minggu. Mungkin juga berbulan-bulan?” kata Bram, “Tapi kamu jangan khawatir, satu bulan sekali aku pulang?”

Dada Jo langsung sesak mendengarnya. Saat itu juga rasanya ia ingin menjerit, dan bilang tidak boleh pada suaminya. Tapi apa boleh buat. Posisinya hanyalah istri kedua. Apapun yang dikatakan atau pun ia larang, pastilah sang suami tidak akan mendengar.

Bram pasti akan lebih memilih untuk pergi dengan Rosa ke luar negeri, apalagi itu menyangkut kesembuhan Rosa.

-

-

Malam harinya.

Di dalam kamar, terlihat Jo sedang terisak sendiri di bawah selimut tebal.

Setelah mengantar Jo belanja, Bram memang langsung pulang ke rumah istri pertamanya. Dan sekarang Jo ditinggal sendirian di rumah besar itu. Karena memang art akan tiba keesokan harinya.

Jo masih memikirkan ucapan Bram yang katanya akan pergi ke luar negeri dengan Rosa untuk pengobatan wanita itu. Hatinya sakit saat sang suami lebih memilih istri pertama, daripada dirinya.

Wanita mana yang rela bila suaminya lebih memilih istri pertama, tapi Jo sadar. Sangat sadar. Dia yang seharusnya tau diri. Tau posisi. Dan tau status yang hanya istri kedua atau istri simpanan.

Memikirkan hal itu, Jo benar-benar sangat menyesal. Kenapa ia harus menuntut tanggung jawab pada suami orang. Kenapa juga dia harus bertemu dengan pria beristri, seperti Bram. Dan pria yang tidak lain papa mantannya.

Niat hati ingin membalas dendam, ia justru terjebak dengan perasaannya sendiri.

*******

Sementara di tempat lain. Di apartemen Kevin.

Suara ponsel Karin tak berhenti berdering, memecah keheningan di kamar apartemen yang sepi.

Kevin, yang sedang rebahan di kasur hanya memakai boxer, tidak bisa tidak memperhatikan suara dering yang terus-menerus itu.

Ia melirik ke arah ponsel yang tergeletak di atas nakas, dan matanya tertuju pada nama "Bee" yang terpampang jelas di log panggilan ponsel kekasihnya.

Kevin merasa sedikit curiga. Ia menebak-nebak siapa sebenarnya Bee ini?

Kevin mencoba untuk mengabaikan, tapi ponsel itu terus berdering. Sementara Karin masih berada di dalam kamar mandi, tidak menyadari bahwa ponselnya terus berdering.

Ia berharap Karin segera keluar dari kamar mandi dan menjawab panggilan itu, Tapi, Karin masih belum keluar.

Suara dering ponsel terus terdengar, dan Kevin semakin penasaran.

“Hallo?”

Senyap.

“Hallo. Ini siapa?”

Tiba-tiba ponsel dimatikan secara sepihak, membuat Kevin semakin penasaran dan curiga.

Saking penasarannya, pria itu pun memanggil balik si penelepon dengan nama Bee. Namun sama sekali tidak diangkat. Setelah beberapa menit kemudian, nomor tersebut mendadak tidak aktif. Kevin semakin curiga, namun dia juga tidak bisa asal menuduh dan menebak sesuatu yang belum pasti dan jelas.

Kevin jadi ingat dengan kata-kata Jo tempo hari.

“Gue harus salin nomernya ke nomer ponsel gue?” gumam Kevin lekas menyalin nomor Bee itu ke ponselnya.

Bertepatan itu pula pintu kamar mandi terbuka lebar. Sosok Karin dengan senyum mengembang keluar dari kamar mandi.

“Sayang….? Untuk satu Minggu ke depan, kayaknya aku sibuk. Mungkin kita nggak bisa ketemu dulu?” ucap perempuan itu memeluk tubuh Kevin dari belakang.

“Sibuk apa?” tanya Kevin menatap curiga.

“Kamu kan tau, aku juga ikut andil ngurusin perusahaan papa. Papa nyuruh aku ke luar kota, tinjau pabrik di sana? Mau tidak mau aku harus ke sana. Papa kan nggak mungkin nyuruh Joanna? Kamu tau sendirilah Jo punya kesibukan sendiri. Nggak mungkin mau ngurusin perusahaan kayak gini?” Beo Karin, menerangkan.

“Oke. Tapi kenapa lama sekali? Biasanya tinjau pabrik itu cuma dua-tiga hari. Kenapa harus seminggu?”

“Ya maklumlah. Pabrik memang lagi ada problem?”

Kevin nampak termenung.

“Sayang….? Janji, aku hanya seminggu. Setelah itu, kita bersama lagi?”

“Okey. Aku percaya?”

“Emmm, sebelum aku pergi, aku akan berikan servis terbaik ku? Aku yang pimpin?” kata Karin menggoda, tangannya menelusup masuk ke boxer sang kekasih.

Sebagai pria normal, siapa yang tidak senang mendapatkan servis dari wanitanya. Apalagi wanitanya pandai membuatnya melayang ke nirwana.

Tangan Karin dengan lembut mengusap miliknya yang ditutupi boxer. Tentu saja miliknya langsung mengembang sempurna. Seperti bolu yang masuk ke oven, langsung menggembung.

“Ahhhh, sentuhan mu bikin ketagihan, Honey?” seru Kevin, mendesah.

Tangannya sudah membuka handuk kimono yang dipakai Karin. Lalu menyingkapkan bra merah transparan dibaliknya.

Kevin membopong tubuh Karin, dan meletakkannya di meja makan.

Srekkk…..

“Kenapa dirobek?” protes Karin, karena celana dalamnya dirobek.

“Kamu lebih seksi kalau tidak memakai benda mengesalkan itu?”

“Tapi itu mahal, Sayang?” pekik Karin kegelian.

“Ahhhhh, enak….!” seru Karin saat tangan Kevin sedang mengilik miliknya.

“Lebih cepat….!” rengeknya.

Dalam posisi duduk di atas meja makan, Karin merintih dan mendesah.

Kevin yang sudah tidak bisa menahan perasaannya, akhirnya bergerak dengan penuh semangat tanpa memperhatikan apakah semuanya sudah tepat atau belum.

"Sabar dulu, Sayang. Tenang, aku akan membimbingmu agar semuanya terasa nyaman," ucapnya lembut. Karin menarik napas dalam-dalam, mencoba menyesuaikan diri dengan milik Kevin.

Perlahan, mereka saling mengerti ritme satu sama lain, merasakan kehangatan dan kedekatan yang semakin dalam. Karin merasakan gelombang perasaan yang membuncah, campuran antara ketegangan dan kehangatan yang membuatnya semakin terhanyut dalam momen itu.

Milik Karin menggigit, sempit dan enak.

"Aaacchh.. besaarr banget, tahan dulu ngiluuuu, Sayang…..." ujarnya sambil memeluk tubuh Kevin erat erat.

“Bagaimana? Enak tidak?” bisik Kevin menggoda.

“Enaaaaak sekalihhhhh……! Milikmu yang terbaik?”

Kedua kaki wanita itu menjepit pinggang kekasihnya, sambil mengelus elus punggung, Karin berusaha untuk beradaptasi. Milik Kevin sangat besar, mengganjal di gua milik Karin.

"Cium bibirku, Sayang? Masukin lidahmu ke dalam mulut ku???? Mmppphhhhh...." desah Karin menghisap lidah Kevin kuat kuat, dan Kevin pun membalasnya tidak kalah kuat.

Keduanya berciuman dengan begitu panas, pinggul Karin pun mulai bergoyang. Sepertinya dia mulai merasa enak dan tak ngilu lagi.

Lalu Keduanya pun melepaskan pagutan bibir masing-masing.

"Ssshhh ayoo, Sayang, bergerak pelan pelan. Aaacchhh….. aacchh…. Ssshh…Oouugghh...Ssshh, Sayang? enaakk teruuuss gerakin?" rintih Karin keenakkan saat Kevin menggerakkan miliknya.

Karin menunduk pelan di bawah tubuh Kevin, napasnya tersengal-sengal dan bibirnya mengerang lirih. Setiap gerakan terasa seperti gelombang yang membuncah, menembus hingga ke dalam tulang. Tubuhnya terus menggeliat mengikuti irama, lenguhan kecilnya berubah menjadi desahan penuh nafsu yang semakin membesar. Kevin tetap tenang, dengan stamina yang kokoh membuat permainan itu bertahan lebih lama dari yang biasa.

"Shhh... ooouuugh, enak banget, Sayang," suara Karin bergetar di udara. "Aku gak kuat lagi... ssshh... kamu hebat banget..." Desahnya melebur bersama pelukan erat yang merangkul tubuh Kevin, menandai puncak kenikmatan yang akhirnya pecah.

Saat tubuh mereka beradu dalam ikatan hasrat, keringat mulai membasahi kulit mereka yang terpaut erat. Kaki Karin memeluk pinggang Kevin dengan kuat, dan tubuh mereka seolah menyatu.

Kevin, masih terbakar oleh keinginan yang belum padam, tidak memberikan kesempatan kepada Karin untuk beristirahat. Dia mulai bergerak dengan ritme yang cepat dan teratur, membuat Karin merasakan gelombang kenikmatan sekali lagi. Meskipun baru saja mencapai puncak, gerakan cepat Kevin membangkitkan gairah baru dalam dirinya, menyalakan api hasrat yang tak kunjung padam.

"Uuhhh Ssshhh, aacchhh, gilaaa…… kamu gak sabar banget? Uuhhh…. tapi enaakkk. Sssh…. teruss lebih cepat lagi, Sayang?”

“Siap, Honey?”

“Terussss, enak bangeet …. Aacchh nikmaaatt." rintih Karin kembali memutar bokongnya, imbangi tiap gerakan Kevin yang membabi buta.

" Ssshhh ….. Kita ganti posisi?? Aku pengen rasain lewat belakang.. Sshh?” pinta Kevin.

" Uuuhhh boleh banget, Sayang?” kata Karin.

Namun Kevin merasa ada yang aneh. Dia melihat bagian belakang Karin nampak menganga lebar, ada lingkaran hitam di sana, seperti sering dipakai.

Namun karena hatinya sudah tertutupi dengan nafsu dan gairah, Kevin tak terlalu memperdulikan itu. Ia kembali melakukannya dengan sang kekasih.

******

Satu Minggu telah berlalu.

Hari itu tiba, hari pemberangkatan Bram ke China bersama Rosa. Jo tidak ingin hari itu datang, tapi tampaknya tidak ada cara untuk menghentikan sang suami. Ia berdiri di depan jendela, menatap keluar dengan mata yang berkaca-kaca melihat mobil suaminya mulai melaju meninggalkannya.

Setelah sering bersama, Jo telah merasakan perasaan nyaman dan aman bersama sang suami. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran suaminya.

Tapi sekarang, Bram benar-benar pergi meninggalkannya sendirian bersama art yang memang sudah Bram pekerjakan satu Minggu yang lalu.

Ketika Bram sudah pergi, Jo tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis, memeluk baju sang suami erat-erat. Mencium aroma parfumnya yang masih terasa.

“Non, mau bibi buatin kopi atau teh?” tanya bibi art, merasa iba melihat Jo yang menangis sambil memeluk baju suaminya.

Jo menyeka air matanya. Lalu ia menoleh ke arah bibi art, berusaha untuk tersenyum, meski terpaksa.

“Bi….Aku sudah pernah kehilangan seseorang yang sangat ku sayangi? Dan sekarang, aku merasakan perasaan ini lagi untuk yang kedua kalinya?” ucap Jo, entah art-nya paham atau tidak.

Bibi Art hanya mengulas senyum manis. Lalu mengangguk, memberikan waktu sendiri untuk majikan perempuannya.

“Dad, aku pasti merindukan Daddy?” gumamnya.

Drtt....Drtt....

Sebuah notifikasi pesan masuk. Pesan atas nama Rey.

Rey : Bisa ketemu? Ada hal penting yang ingin gue omongin. ( Send )

To be continued....

Terimakasih yang masih setia dicerita Author. Terimakasih juga atas supportnya.

Kasih komentar dong?????🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

1
US
bagus alurnya thor /Drool/
Cahyaning Fitri: Terima kasih 😘😘😘
total 1 replies
Fang
Kisah yang menyentuh hati.....😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!