Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.
"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"
"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."
Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.
yuk ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Arabelle
Dokter Langit tak menyangka jika Raka benar-benar mengalami gangguan kejiwaan.
Apa yang harus dokter Langit perkarakan jika keadaan Raka seperti itu. Bahkan dokter Langit berbalik iba dengan apa yang Raka alami. Sungguh, semuanya berubah begitu cepat. Siapa yang tak menyangka jika Raka seperti itu. Bahkan Raka harus mendapatkan perawatan intensif. Agar bisa sembuh kembali.
Rasa kesal, marah dan juga benci perlahan berubah sendu. Dokter Langit tak bisa terlalu menyalahkan Raka atas semua yang terjadi padanya. Dokter Langit terlalu buta sejak dulu. Ia tak peduli pada sekitar hingga tak sadar bencana datang padanya.
Dokter Langit pikir semua baik-baik saja setelah kepergian Bela. Tak ada yang menggangu dan mengusik kehidupan nya. Tapi siapa sangka, keperluan Bela membawa luka terdalam bagi Raka hingga membuat Raka menjadi sosok yang mengerikan juga. Dokter Langit begitu prihatin kenapa ia tak sadar sejak dulu dengan apa yang terjadi. Ia seorang dokter tapi tak sadar dengan perubahan orang-orang sekitarnya.
Antara menyalahkan Raka dan dirinya sendiri. Kini dokter Langit sudah mendapatkan jawaban dari semua kekacauan itu.
Sudah dua hari memantau perkembangan Raka. Dokter Langit berniat menemui wanita yang dulu ia hancurkan. Dokter Langit ingin segera menemui wanita itu.
Bermodal keterangan Raka sebelum jatuh pingsan. Dokter Langit mencari keberadaan wanita itu. Dokter Langit menelusuri setiap sudut tempat.
Sebuah foto yang menjadi penuntun dokter Langit pada wanita itu. Foto yang dokter Langit ambil dari ponsel Raka.
Sebuah taman bermain anak milik sekolah TK di sana. Suara tawa dan ocehan anak membuat dokter Langit terus mengawas. Mencari keberadaan anak nya. Entah apa yang membawa dokter Langit pergi ke sekolah TK sana. Dokter Langit menuju pada baju yang di kenakan anaknya sama persis dengan baju yang di kenakan anak-anak TK itu.
Langkah dokter Langit terhenti melihat seorang anak yang tertawa riang bermain ayunan. Di mana di belakangnya ada bocah lain yang mendorongnya pelan penuh kelembutan.
Mata dokter Langit memerah menatap wajah itu. Wajah yang hampir sama saat dia kecil dalam versi berbeda.
"Arabelle."
Suara lembut mengalun indah penuh keibuan membuat jantung dokter Langit berdegup kencang.
"Mama."
Gadis imut itu kegirangan melihat kedatangan ibunya. Dokter Langit melangkah, mendekat ke arah mereka.
Bruk!
Tiba-tiba tubuh dokter Langit terjungkal akibat tertabrak orang yang sedang berlari ketakutan.
"Jangan lari."
Teriak seseorang mengejar orang yang menubruk dokter Langit. Tatapan mereka sekilas bertemu membuat dokter Langit terpaku.
"Bumi."
Gumam dokter Langit menatap punggung pengacara Bumi yang sedang mengejar orang yang menabraknya.
Dokter Langit berdiri kembali mengabaikan apa yang terjadi. Dokter Langit ingin bertemu anak dan wanita itu. Namun, keberadaan anak dan wanita itu tak ada membuat dokter Langit panik.
Dokter Langit mencari-cari keberadaan anak dan wanita itu. Ia tak ingin kehilangan jejaknya. Sudah susah payah dokter Langit mencari mereka.
"Tunggu."
Teriak dokter Langit merentangkan kedua tangannya di hadapan anak dan wanita itu dengan nafas memburu.
Mata wanita itu membulat sempurna melihat siapa sosok yang di hadapannya itu. Seketika tangannya bergetar hebat tanpa sadar mencengkram pergelangan tangan anaknya.
"Mama tangan Ara sakit."
Cicit seorang anak yang bernama Arabelle itu. Seketika wanita itu tersadar dengan apa yang ia lakukan.
"Maafkan Mama sayang, mama tak sengaja."
Panik wanita itu berjongkok guna memeriksa pergelangan tangan putrinya yang sedikit memerah.
"Ara gak apa Ma."
Ucap Arabelle menenangkan sang mama yang selalu panikan saat dirinya terluka.
Mata jernih Arabelle menatap dokter Langit intens. Tak lama mata jernih itu berubah membendung genangan air mata.
"Ayah!"
Deg!
Jantung dokter Langit rasanya berhenti detik itu juga mendengar panggilan lembut penuh getaran itu. Tak bisa di bayangkan bagaimana perasaan dokter Langit saat itu juga. Hatinya bergetar namun ada kehangatan dalam pelukan kecil itu.
Dokter Langit tak menyangka dan juga bingung kenapa putri nya langsung mengenalinya. Bukankah mereka baru bertemu. Rasanya banyak yang dokter Langit tidak tahu.
Suasana pertemuan yang mengharukan itu menjadi tanda tanya besar di otak dokter Langit.
...
Wanita itu terpaksa membawa dokter Langit kerumah kecil nya yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka. Karena tak mungkin mereka berbicara di tengah jalan seperti tadi.
Wanita itu meminta Arabelle bermain di kamarnya. Namun, Arabelle menolak itu. Gadis imut itu sepanjang jalan terus saja memeluk dokter Langit seolah tak ingin di tinggalkan kembali.
Bahkan wanita itu sendiri heran kenapa putrinya bisa langsung mengenali dokter Langit.
Walau mereka selama ini tidak bertemu. Tapi ikatan itu begitu kuat. Dokter Langit pun merasakan hal itu. Ada kenyamanan dan ketenangan di sana. Walau begitu dokter Langit pun tidak bisa langsung percaya begitu saja. Ia akan melakukan tes DNA untuk memastikan semuanya.
Tak lama Arabelle tertidur di pangkuan dokter Langit. Pelukan hangat itu mampu mengantarkan Arabelle pada mimpi indahnya.
Dokter Langit membaringkan Arabelle di atas ranjang sana.
"Ayah jangan pergi kerja lagi."
Gumam Arabelle sambil memeluk jas hitam itu. Hati dokter Langit terasa sesak mendengarnya.
Sungguh dokter Langit tak tahu harus berkata apa. Hatinya begitu goyah akan semua ocehan Arabelle tadi.
Namun, semua itu butuh kejelasan. Kejelasan yang selama ini ingin dokter Langit ketahui.
....
Dokter Langit dan wanita itu duduk di ruang tamu. Wanita itu membuang muka seolah benci melihat wajah dokter Langit.
Wanita itu masih ingat jelas dengan apa yang terjadi lima tahun lalu sampai Arabelle hadir.
"Kenapa anda kembali Tuan. Harusnya anda tak muncul."
"Maaf untuk kejadian lima tahun lalu. Saya benar-benar minta maaf. Sungguh saya tak berdaya. Raka sudah menjebak saya sampai semua itu terjadi."
"Selama ini saya sudah mencari keberadaan kamu. Tapi saya tak menemukan kamu karena semua bukti sudah tak ada. Tapi, tiba-tiba Raka datang kembali dan mengantarkan saya pada kalian. Tolong maafkan semua kesalahan saya bahkan saya tak tahu karena perbuatan saya membuat Ara hadir."
"Dulu saya meninggalkan kartu nama saya. Kenapa kamu tak mencoba menemui saya."
"Buat apa?!"
Tanya wanita itu penuh getir. Bibirnya terasa kaku untuk mengungkapkan semua yang terjadi. Bagaimana perasaan nya selama ini saat ia di katakan mengandung Arabelle.
"Untuk bertanggungjawab atas semua perbuatan saya."
"Tidak dan saya tak menginginkan hal itu."
"Jika kamu tak menginginkan nya setidaknya saya tahu jika Ara hadir. Dia butuh sosok ayah bukan?"
"Raka sudah lebih cukup menghidupi kami."
Dokter Langit menghela nafas berat. Tangannya mengepal kuat seolah ia tak terima kenapa Raka menjadi bayangan mereka.
"Ara anak saya. Saya berhak atas dirinya."
"Tidak! Ara anak ku. Kamu tak berhak mengambilnya. Sekarang kamu pergi dari sini."
"Tidak! Saya akan pergi tapi itu bersama Ara."
"Jangan mimpi. Pergi..,,"
Wanita itu terus mendorong tubuh dokter Langit agar pergi dari rumahnya. Tapi, tak sedikitpun tubuh dokter Langit bergeser.
"Saya mohon, pergilah..,"
Tiba-tiba wanita itu menangis. Hatinya benar-benar terluka, kecewa dan juga menyesal. Andai waktu bisa di putar ia tak ingin semua ini terjadi.
"Saya malu jika ..,,"
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...