Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
" Arini! Aku tau kamu marah tapi tidak seharusnya kamu mencelakai indah,kamu tau kan dia tengah hamil!"
Mas Arjun terlihat begitu marah tanpa dia bertanya dulu,bahkan dia tak mau mendengarkan saat aku ingin menjelaskan.
" Mas sakiiit sekali perutku." indah merintih seakan dia benar-benar tengah kesakitan.
" Kita kedokter ya sayang,maaf aku tidak bisa melindungi kamu.Aku fikir Arini tak sekejam itu!" mas Arjun melirik tanjam kearahku saat mengatakan itu.
" CK,drama!" Ucapku saat melihat indah menyunggingkan bibirnya dibalik punggung mas Arjun,karna saat ini mas Arjun mengangkat tubuhnya dan menggendongnya menunju ke mobil.
" Arjun kamu mau kemana? Arini apa yang sudah kamu lakukan pada calon cucuku!" teriak ibu mertuaku dengan tatapan menghunus.
" Ibu tanya saja pada calon menantu ibu!" Setelah mengatakan itu aku gegas menunju kamarku.
Ku dengar deru dari mesin mobil mas Arjun yang artinya mas Arjun benar-benar membawa wanita itu ke dokter.
Brak
Klak klak
Ku tutup pintu kamarku,ku tatap setiap bagian dari kamarku yang tak luput dari amukanku.Semuanya berantakan,kacau dan hancur.
Aku tergugu,tubuhku merosot bersandar daun pintu.
" Huaaaaaaa,tega sekali kamu mas!" teriakku seorang diri.
Rasa sesak didadaku seakan semakin membuatku sulit untuk bernafas.Kenyataan ini sangat membuatku sakit , hancur dan terluka begitu dalam.
Tok tok
" Bund."
Ku dengar suara lirih dari luar.
Ceklek
" Ya sayang."
" Ayo berkemas,ayah dan yang lainnya pergi ini waktunya kita untuk pergi dari rumah ini." usul Dinda.
" Secepat ini Nak?" tanyaku kembali memastikan lagi.
" Iya bund, lebih cepat lebih baik." Imbuh Hanif yang rupanya sudah berada disamping Dinda.
Keduanya tampak sudah saling bersiap,bahkan koper dan tas kecil mereka sudah mereka bawa turun ke bawah.
" Kalian yakin?" tanyaku memastikan kembali.
" Apa sekarang bunda yang tidak yakin? Bunda akan tetap tinggal disini? Bunda ragu jika harus berpisah dengan ayah? Jika memang benar begitu,kita urungkan saja niat kita untuk pergi.Jika bunda bisa menerima wanita itu,maka kami akan belajar untuk menerimanya juga."
Sssseeeetttt!
" Cukup nak,bukan itu maksud bunda.Ayo banyu bunda berkemas." Aku gegas mengambil koper dan memasukkan beberapa helai pakaian dan barang-barang yang menurutku penting untuk aku bawa.
Tak lupa aku mengambil beberapa berkas penting yang aku punya dan yang mungkin aku butuhkan nanti.
Ku ambil beberapa perhiasan dan tabungan yang aku miliki.
Setelah kurang lebih 20 menit akhirnya aku sudah selesai.
" Nak, tolong bawa ini kedepan, bunda sudah pesen taxi online sebentar lagi pasti datang.Kalian tunggu didepan bunda masih harus melakukan sesuatu." titahku pada Hanif dan Dinda.
Tanpa mengatakan apapun lagi keduanya pergi ke depan membawa koper dan tas Kecil milikku.
Aku mencari secarik kertas dan pena,aku memang ingin pergi tapi aku juga ingin meninggalkan pesan untuk mas Arjun.Walau bagaimanapun dia masih berstatus suamiku.
Untuk mas Arjun.
" Mas mungkin saat kamu menemukan tulisan ini aku sudah tidak ada lagi dirumah ini.
Tak bisa ku pungkiri aku masih tetap mencintai kamu namun kamu telah begitu menyakiti ku.Aku tak pernah menyangka mas,13 tahun pernikahan kita yang aku fikir bahagia dan baik-baik saja nyatanya sudah kamu hancurkan sejak lama.
Aku tak tau dimana letak kesalahanku sampai kamu tega mengkhianati aku dan pernikahan kita.Rumah tangga yang kita bangun bertahun-tahun nyatanya kandas ,kamu lebih memilih wanita itu dibanding aku dan anak-anak.
Mungkin apa yang tidak bisa aku berikan selama ini kamu bisa mendapatkan dari dia.Tapi ya sudah,yang lalu biarlah berlalu.
Aku pamit mas,binalah rumah tangga yang bahagia bersama indah,jangan hianati dia seperti kamu mengkhianati aku.
Jadilah suami yang baik dan setia.Jika kamu kelak menemukan kesalahan dalam diri indah maka perbaiki jangan mencari ganti.Jika suatu saat nanti kamu merasa ada ketidak cocokan maka duduklah bicarakan itu baik-baik. Jadikan istri dan anak-anakmu tempat pulang saat kamu sedang merasa dirimu tidak baik-baik saja bukan mencari rumah baru untuk kamu pulang.
Maaf mas aku tidak bisa menerima indah atau siapapun masuk dalam rumahku,aku tidak bisa jika harus berbagi dengannya.
Aku tidak rela anak-anakku harus melihat hal-hal yang tidak semestinya mereka lihat.
Ingin rasanya aku bertahan namun sulit bagiku untuk menerima dan membiarkan orang lain berada diposisiku.
Jika memang aku yang bersalah atas apa yang terjadi mudah-mudahan indah tak melakukan kesalahan yang sama yang membuatmu harus mencari rumah lain untuk kamu singgahi.
Terimakasih atas kebahagiaan dan tanggung jawab kamu selam 13 tahun ini.Maaf jika aku tidak biasa menjadi istri yang baik yang sesuai seperti apa yang kamu harapkan.
Jangan cari aku ataupun anak-anak,biarkan kami hidup tenang dan membuka lembaran baru.Maaf jika aku membawa semua anak-anak karna memang mereka lebih memilih bersamaku.
Jika dikemudian hari kamu merindukan anak-anak kamu boleh datang untuk bertemu, mudah-mudahan kamu menemukan kebahagiaan bersama indah.
Terimakasih atas semuanya.
Arini
Meskipun sulit akhirnya aku bisa meluapkan isi hatiku dalam goresan tinta berwarna biru.
Aku meletakkan kertas itu diatas meja rias.
Setelah memastikan kertas itu terlihat aku gegas merapihkan kamarku lagi.
Ah bukan,bekas kamarku lebih tepatnya.
" Bund taxinya datang buruan sebelum ayah pulang!" Teriak Hanif.
" I-iya sayang."
Berat rasanya aku meninggalkan kamar ini,kamar yang menyimpan begitu banyak kenangan manis antara aku dan mas Arjun.
Bayangan kebersamaan kami seperti slide yang terus berputar dibenakku.
Aku masih ingat jelas saat pertama kali aku menempati kamar ini.
" Sayang,aku punya kejutan buat kamu!" Ucap mas Arjun saat baru saja pulang dari kantor.
Kala itu kami masih tinggal di kontrakan karna setelah menikah kami tidak ingin tinggal bersama orangtua mas Arjun ataupun budhe Hani.
" Kejutan apa mas?" tanyaku.
" Kamu ikut mas tapi sebelum itu kamu tutup mata dulu sayang!" ucapnya.
Binar bahagia tampak jelas dari sorot matanya,tatapannya penuh cinta dan menenangkan.
" Harus begitu mas?"
Tanyaku kala itu,namun karena penasaran akhirnya aku menuruti keinginannya.Aku dituntun dan dibawa naik sepeda motor karna setelah menikah mas Arjun meninggalkan semua fasilitas pemberian orangtuanya.
Kami benar-benar hidup mandiri dan memulai semuanya dari nol.
Kurang lebih 30 menit sepeda motor mas arjun berenti.
" Kita turun sayang,awas kamu hati-hati." mas Arjun menuntunku dan dalam beberapa detik mas Arjun membuka penutup mataku.
Betapa terkejutnya aku saat aku membuka mata aku tengah berdiri didepan rumah yang terbilang mewah di pedesaan,rumah besar berlantai dua.
Aku sangat bahagia kala itu.
" Terimakasih mas!" ucapku sembari memeluk erat suamiku.
Laki-laki yang sangat aku cintai.
" Kamu suka sayang?"
"Aku sangat suka mas!"
Mas Arjun membawaku masuk dan tempat pertama yang mas Arjun tunjukkan adalah kamar kami yang sudah dihias bah kamar pengantin.Kami yang terbuai akan keindahan kamar itu begitu larut,alampun seakan turut mengiringi kebahagiaan kami.Angin berhembus menelusup melalui celah jendela kamar itu.
Perlahan mas Arjun merebahkan tubuhku,aku bah terhipnotis dengan sikap dan kehangatan suamiku.
" Aku menginginkanmu sayang!" bisik mas Arjun.
" Em!"
" Bunda taxinya udah nunggu!"
Lamunan ku buyar saat aku mendengar suara Hanif dibelakangku.
Bersambung....