Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Tespek Positif
Yuli dan Siti yang sama-sama tercengang melihat hasil tespek masing-masing di kamar mandi menangkup mulutnya menahan teriakan. Air mata mengalir deras sederas kran air. Keduanya terisak dan menahan tangisan, melorot bersandar di tembok kamar mandi sempit itu.
"Ya Allah, maafin aku Ya Allah, salahkah hamba mencintainya ? Hamba tahu hamba salah tapi hamba mohon jangan hukum hamba seperti ini, hamba malu Ya Allah, bagaimana reaksi keluarga hamba jika tahu ?" ucap Yuli penuh sesal, tapi yang terjadi terjadilah.
Hubungan pertama antara Yuli dengan Vano memang tak sampai hamil, mungkin waktu itu Allah masih memberikan kesempatan bagi keduanya untuk bertaubat, tapi kiwkiw kedua tak ada kesempatan lagi, Allah memberikan pelajaran bagi muda-muda yang saling memadu kasih tanpa ikatan pernikahan ini. Mungkin dengan begini seorang Yuli akan bertaubat.
Sedangkan Siti menangis sambil meremas-remas rambutnya sendiri pakai shampo, "Ya Allah, Engkau tahu hamba melakukannya dengan terpaksa, Ya Allah, hamba terpaksa supaya bisa pulang ke alam manusia, hamba terpaksa menuruti nafsu jin, huhuhuhu, Ya Allah, tolong hamba, hilangkan anak jin dalam perut hamba, hamba tidak mau jadi Mamanya jin, tolong hamba, hiks," ucapnya dalam hati.
'Tok tok tok,' tiba-tiba pintu kamar mandi diketok, Siti dan Yuli sama-sama tersentak diam sambil mewek, "antri !" pekik mahasiswi lain dari luar.
"Iya bentar, hiks," jawab Siti dengan suara dalam dan sesak.
'Tok tok tok,' kini pintu kamar mandi Yuli yang diketok.
"Iya iya sabaaar !" jawab Yuli buru-buru menyembunyikan tespek-tespek itu di dalam gayung.
Begitu keluar dari kamar mandi, Siti dan Yuli saling lirik sekilas dan langsung masuk kamar untuk berganti pakaian. Siti sempat melirik wajah Yuli yang sembab, "elu abis nangis tadi ?" tanyanya.
"Enggak, gak papa," jawab Yuli berbohong sambil pasang jilbab dan jas almamaternya.
Siti tetap tak puas mendengarnya, tapi ia tak mau memaksa. Ia yakin Yuli sendiri juga malu padanya karena sejak awal ia sudah memperingatkan untuk tidak berhubungan di luar nikah dengan si Vano, si ganteng mokondo mesum itu.
"Yul, kita ini sahabat dari awal kuliah, suka duka kita bersama, gue selalu ceritain rahasia gue sama elu, kalau elu udeh siap, gue setia dengerin apapun masalah yang elu hadapin, kita hadapin semuanya bareng-bareng, saling support," kata Siti yang masih pakai busana handuk motif lope-lope pink di badannya.
Yuli mengangguk, "iya, makasih, Sit," jawabnya sambil tiba-tiba memeluk erat.
Siti membalas pelukan itu sama eratnya, Yuli terisak di pundak Siti dan Siti juga terisak di pundak Yuli. Sahabat terkadang menyebalkan, ada juga yang menjerumuskan, terkadang sangat menyebalkan. Tapi kalau bukan kepada sahabat, kepada siapa lagi kita meminta saran dan pertimbangan kalau ada masalah ?
"Kamu juga ada masalah kan, Sit ? Aku tahu kamu juga ada masalah dan rahasia yang kamu sembunyiin, aku juga siap denger dan support kamu," kata Yuli sambil mengusap ingusnya dengan handuk Siti.
Siti menarik handuk lebar itu jijik, "iya iya diih, sekarang kita kudu berangkat buat ujian, ayo !"
***
Setelah ujian berakhir Yuli izin kepada Siti bahwa ia akan jalan-jalan sebentar dengan Vano, "nanti aku pulang nggak sampe malem kok, maksimal jam 9 maleman lah," katanya.
"Iya nggak papa, selesiin dah tuh masalah sama si blegug mokondo itu, suruh dia tanggungjawab ! Enaknya doang dia rasain, anaknya nggak mau," jawab Siti dengan alis mengerut garang.
Gadis berjilbab pink dengan tas kuliah warna pink ini tertegun mendengarnya, sehebat itu seorang Siti bisa tahu semua masalahnya, "jadi.. kamu udah tau kalau aku hamil ?" tanyanya sambil berbisik liriiih sekali.
"Ya taulah, lu kagak bisa bohongin gue, Yul, sejak awal gue tahu akar masalahnya, lu kemaren beli tespek kan di apotik ? Gue dikasih tau apotekernya," jawab Siti sambil berjalan pelan-pelan hendak pulang.
Yuli terdiam dengan wajah pucat di belakang Siti, "sialan banget tuh apteker nyebar rahasia konsumennya."
"Enggak, dia nggak bilang siapa orangnya, cuman gue yakin itu elu aja, dan ternyata emang elu, dia kemarin malem bilang ke gue kalau tadi siang ada cewek seumuran gue beli tespek juga di apotiknya," jawab Siti.
Yuli angguk-angguk, Siti juga berjalan santai, tapi kemudian keduanya terdiam saat mulai menyadari keganjilan dari cerita tadi. Siti menoleh ke belakang melihat sahabatnya dengan wajah pucat. Yuli pun memelototi Siti seakan-akan tak percaya.
"Kamu… kamu juga beli tespek, Sit ? Kamu juga…. Kamu… KAMU HAMIL, SIT ?!!" pekik Yuli syok.
Beberapa mahasiswa yang sedang duduk-duduk di bangku taman langsung menoleh ikut kaget. Siti membekap mulut Yuli dengan kasar, "napa lu tereak-tereak ?!!!!"
"Maap maap keceplosan, kamu sama siap, Sit ? Ya Allah nggak nyangka, siapa hah ?!" bisik Yuli kepo.
Siti masih tengok kanan-kiri dipelototi semua mahasiswa. "Jangan dibahas sekarang !" jawabnya sebelum ngibrit dari lokasi.
'Tiin !' Vano yang menunggu di tepi trotoar dengan motor supra bututnya mengklakson begitu melihat Yuli.
"Aku duluan ya, Sit," pamit Yuli sambil merapikan jas almamater dan kerudungnya.
"Kalau dia nggak mau tanggungjawab bilang ke gue ntar ya ! Bakal gue jepret icikbosnya pake jepretan tikus," jawab Siti.
"Sadis kamu," kata Yuli sebelum berlari ke arah Vano dan langsung naik ke boncengan belakang.
Siti menghela nafas lelah, ia geleng-geleng kepala lesu sekali, "kok bisa semua ini terjadi ?" gumamnya tak habis pikir.
Tiba-tiba si parkiran mobil sana Mekel lagi-lagi duduk menunggu di atas kap mobilnya. Lelaki tampan setampan Ustadz Jawa itu tersenyum manis dan melambaikan tangan melihat Siti. Siti mendekat bermaksud hanya bertegur sapa.
"Dek, kok pulang sendirian ? Makan siang yuk sama Kang Mas, Mas juga kepengen ngobrol-ngobrol sama kamu, kita ke restoran, makan apapun yang kamu suka, Mas traktir, mau nggak ?" tawar anak pengusaha asal Jogja ini.
Nafsu makan Siti akhir-akhir ini menjadi sangat brutal, jujur sebenarnya jatah makan siang gratis pemerintah seperti tak cukup memenuhi nafsu perutnya saat ini, "kalau… pesen daging-dagingan boleh ? Daging sapi atau biri-biri gitu ?" tanyanya.
"Eh tumben dia mau, yes yes," batin Mekel.
"Boleh, kamu mau makan steak, atau iga bakar, atau grilled all you can eat ala Korea," jawab Mekel semangat.
"Grilled kayaknya enak deh," jawab bumil muda ini ngiler.
"Yuk !" ajak Mekel membukakan pintu mobilnya.
"Udah kayak Princess Jawa aja dibukain pintu begini," kata Siti terpesona akan sikap Mekel yang penuh perhatian, meskipun ia masih terasa asing.
Mekel melaju ke restoran Korea. Setibanya di restoran ia memesan bakaran daging dan kuahnya yang bisa dimakan sepuasnya sampai kekenyangan. Daging pun datang satu per satu ke atas meja.
"Wiih harganya sampe sejuta, gilak lu Mek, beneran ini ditraktir ? Gue gak keberatan patungan lho kalau mau," kata Siti membuka dompet jeleknya dan melihat lembaran 20 ribu perak di sana.
"Gak usah, ayo makan ! Makanan ini harganya gak seberapa kok, aku sekali ngeDJ bisa disawer sampe 200, paling banyak 500 juta semalem," jawab Mekel mulai membakar lidah sapi yang diiris tipis.
"Jadi elu masih jadi DJ di club malam ? Bayaran lu… halal kan ?" tanya Siti jadi ragu mau makan.
"Halal lah, gue nggak jual diri, gue nyiptain lagu, ngremix lagu-lagu buat ngehibur orang," jawabnya.
"Yaudah, hehe, ntar kalau nggak halal ini dosanya lu yang tanggung ya, makasih," kata Siti ikut membakar daging ke atas pan.
"Anjaaay," ujar Mekel sambil ngakak.
'Cees ceees,' aroma daging yang terbakar itu menguar mencolek-colek lubang hidung.
"Ehmmmm wangiiii banget, gilak ini daging pasti enak, ini pertama kalinya gue makan beginian," ujar Siti sabar menunggu daging itu mateng.
Namun semenit kemudian saat melihat daging mengeluarkan juicenya, Siti tak tahan lagi, ia mencomot juga daging yang belum matang betul itu dan menelannya panas-panas, "nyam nyam nyam… hmmm Ya Allah… enaaaaaaak hmm."
"Ini dicocol saus juga lebih sip," kata Mekel.
Siti mencoba cocol saus tapi rasanya jadi aneh di lidahnya, "kurang sip, enak original begini, rasa dagingnya berasa," katanya.
Siti memanggang lagi, namun baru nyentuh pan beberapa detik langsung ia ambil dan ia masukkan ke mulutnya, sudah tak bisa sabar menunggu. Biasanya orang Indonesia nggak suka makan makanan mentah, Siti pun aslinya tak suka, ia jijil lihat daging mentah yang merah gitu, tapi semenjak hamil anak pangeran harimau seleranya berubah.
"Nyam nyam nyam nyam," Siti terus mengunyah, cepat sekali ia makan.
Bahkan Mekel sampai melongo melihatnya, "kayaknya Siti mau bikin bangkrut restoran all you can eat ini deh," batinnya.
Piring-piring daging terus berdatangan, semua daging Siti lahap, kecuali piring yang berisi jamur atau bakso sosis, ia nggak doyan. Hingga akhirnya mahasiswi asal Jakarta ini nggak sabaran lagi untuk memanggang semua daging itu, ia ingin makan langsung dalam keadaan mentah.
"Ahhh kelamaan, dimakan langsung aja kayaknya enak ya," katanya mulai mencicipi daging langsung di piringnya tanpa dibakar.
Mekel sampai nggak kolu melihat, "Dek, dimasak dulu, bentar aja, biar cacingnya mati, Dek ! Ntar muntah lho."
"Nyam nyam nyam, enggak, enak kok, cobain deh, enak langsung mentah begini Mek, uuh seger banget ni daging, nyam nyam nyam," jawabnya sambil terus makan.
Mekel meletakkan sumpitnya, ia pandangi cara Siti makan yang rakusly, "kenapa cewek idaman gue jadi begini ? Apa ini sisi gelap seorang Siti ?" batinnya.
Siti mulai meletakkan sumpitnya juga, "kelamaan, langsung pake tangan," katanya.
'Grauk grauk grauk,' daging mentah sebanyak itu diembat pakai tangan. Pelayan resto pun mual melihatnya. Cara makan Siti seperti orang kesurupan, tangannya belepotan darah daging yang basah.
Mekel gemetar melihatnya, ia seakan-akan tidak sedang makan dengan manusia, melainkan makan dengan binatang buas kelaparan. Ia lirik mobilnya di parkiran yang melambai-lambai seakan-akan mengajak pulang.
"Aaaahh kenyang juga gue," kata Siti sambil meletakkan piring kotor di tumpukan paling atas di mejanya.
Dengan tangan gemetar Mekel mengambil tisu dan mengelap pipi Siti yang belepotan dekat bibir, "jangan sering-sering makan mentah banyak-banyak kayak gini ya, Dek."
"Kenapa ? Gue nggak takut cacingan, gue rutin minum obat cacing kok," jawabnya.
"Nggak gitu, ntar restorannya cepet bangkrut, ayo pulang yuk !" ajak Mekel.
"Okey," kata Siti riang. Perut kenyang, hati senang.
Di perjalanan pulang Mekel sedikit curhat, "Dek, Mas dikeluarin dari BEM sama Jordan."
"Hah ?!! Sumpah ? Tega banget sih ?" kata Siti terkejut.
"Gak papa, gue tau cepat atau lambat semua ini bakal terjadi, ini semua bukan salah kamu, sahabat baru gampang dicari, tapi pasangan hidup kan sulit, Kang Mas udah bikin band di kampus, namanya The Seringai, ntar pas malam inagurasi Mas bakal tampil di tiap Fakultas, hehe," jawab Mekel cerita panjang lebar.
Siti tidak paham sebenarnya apa saja yang terjadi selama tubuhnya ditumpangi siluman ular kapan hari, ia juga tidak paham seberapa dalam hubungan antara ia, Mekel dan Jordan. Ia sendiri heran kok bisa seorang ia dengan penampilan yang apa adanya begini membuat dua mahasiswa paling populer dan kaya di kampus klepek-klepek begini.
Melihat Siti diam saja, Mekel bertanya lagi, "oh ya, gimana rencana kita waktu itu ? Jadi nggak ?"
"Rencana apa ?" tanya Siti benar-benar tak tahu.
"Lha kok lupa Sayangku ? Katanya kamu mau Mas ajak camping di gunung pas liburan semester, kita ikrarin cinta kita berdua di puncak, kemudian Mas mau kenalin kamu ke keluarga besar Mas," katanya.
"Hah ?!! Udah sampai sejauh itu hubungan kita ?" tanya Siti kaget. Perasaan baru kenal beberapa minggu aja udah main ikrar-ikrar segala, batinnya.
"Iya, Mas serius sama kamu," jawab Mekel.
"Jor… Jordan gimana ?" tanya Siti langsung kepikiran.
"Jordan bakal terus menghalangi cinta kita, Dek, tapi Mas janji bakal selalu melindungi kamu, I love you," jawab Mekel memarkir mobilnya di depan kosan Siti.
Siti menggigit bibirnya kemudian pringisan, "udah nyampek, aye turun dulu ya, Mas.. Kang Mas," katanya melepas sabuk pengaman. Tapi kemudian gagang pintu mobil gak bisa dibuka.
"Tunggu dulu," kata Mekel belum izinkan Siti turun.
Mekel tiba-tiba meraih kepala Siti, mendaratkan sebuah kecupan penuh rasa cinta di keningnya. Wajah keduanya begitu dekat, saling pandang lama, Siti bisa merasakan harumnya nafas Mekel Kusumaningrat, aroma bau-bau ningratnya berasa banget, cara Mekel melihat lembut sekali bak bangsawan Jawa. Dan Mekel bisa mencium bau-bau daging mentah dan kucing dari nafas Siti.
"Siapa lagi yang bakal nyium gue ? Pangeran jin, Presiden BEM, dan sekarang mantan wapres juga nyium gue. Udah berjilbab gini kok lakik kagak ada yang sungkan main sosor aja ke gue ?" batin Siti.
"Gimana ? Jadi naik gunung nggak ?" bisik Mekel ke telinga yang tertutup jilbab itu.
Buku roma kelapa Siti langsung berdiri, geli-geli gimana gitu dibisikin cowok ganteng. "Gue… gue bakal pikirin, gue kabarin ntar di WA," jawabnya.
"Yaudah," kata Mekel menjauhkan dirinya dan membuka kunci pintu mobil.
Siti pun keluar dengan perasaan galau, tapi perutnya sangat kenyang. Hari sudah sore menjelang ashar, Siti masuk ke dalam kamar sendirian dan rebahan di kasur, ia elus-elus perutnya yang isi bayi, mungkin bayi itu hanya seukuran biji kacang sekarang.
"Gue… nggak akan pernah mau jadi emak lu, jin," ucap Siti sambil menepok perutnya sendiri, 'plok.'
'Plok plok plok plok,' Siti semakin ganas menepoki perutnya beberapa kali, air mata merembes lagi di pipinya.
"Gue harus cari cara supaya anak jin ini gugur dari perut gue, yah, gue harus cari cara sebelum Nyak dan Babe tahu," gumam Siti sambil bangkit dan mulai browsing-browsing bagaimana cara menggugurkan kandungan.
Tiba-tiba Yuli pulang sambil membawa sekresek merah besar buah warna oranye. "Assalamualaikum hiks hiks," ucapnya sambil mewek deras.
"Waalaikumsalam, kok cepet, Yul ? Katanya pulang malem ?" tanya Siti menyambut, langsung turun dari ranjangnya.
"Hiks huhuhu, tau nggak, Vano tadi nggak bilang apa-apa pas aku cerita soal tespek, dia diem aja trus langsung motoran kenceng banget ke salah satu toko buah, dia ngebeliin aku nanas buanyak, huwaaa," jawabnya sambil nangis brutal.
"Brengsek !! Sini mana nanasnya gue liat !" kata Siti mengulurkan tangannya.
ya emg loe dan siti g bisa bersmaa ya harus iklas
~ "^janji misteri ratu kidul "^~
sama jin mau... sama nonis mau... udah lah .. Siti nggak ngasih kesempatan buat ku ngejelasin. dah ... pulang lah... dari pada sakit hati... orang yang kamu anggap teman juga nikung tuh...