Diusianya yang tak lagi muda, Sabrina terpaksa mengakhiri biduk rumah tangganya yang sudah terajut 20 tahun lebih lamanya.
Rangga tega bermain api, semenjak 1 tahun pernikahnya dengan Sabrina. Dari perselingkuhan itu, Rangga telah memiliki seorang putri cantik. Bahkan, kelahirannya hanya selisih 1 hari saja, dari kelahiran sang putra-Haikal.
"Tega sekali kamu Mas!" Sabrina meremat kuat kertas USG yang dia temukan dalam laci meja kerja suaminya.
Merasa lelah, Sabrina akhirnya memilih mundur.
Hingga takdir membawa Sabrina bertemu sosok Rayhan Pambudi, pria matang berusia 48 tahun.
"Aku hanya ingin melihat Papah bahagia, Haikal! Maafkan aku." Irene Pambudi.
..........................
"Tidak ada gairah lagi bagi Mamah, untuk menjalin sebuah hubungan!" Sabrina mengusap tangan putranya.
Apa yang akan terjadi dalam kehidupan Sabrina selanjutnya? Akankah dia mengalah, atau takdir memilihkan jalannya sendiri?
follow ig @Septi.Sari21
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Sebelum merebahkan badannya, Sabrina kini tampak membaca pesan dari sang adik.
📱"Mbak, Mbak sekarang berada dimana? Revan susul, ya? Apa nanti Mbak tingga di hotel saja untuk sementara."
Sabrina tersenyum membaca pesan dari adiknya itu. Revan adalah adiknya yang paling bungsu. Sejujurnya, Sabrina masih memiliki satu adik lagi. Namun, hingga sekarang ia tidak pernah bertemu, semenjak perceraian orang tuanya. Dan Ayahnya membawa adiknya itu.
📲 "Alhamdulillah, Mbak sudah dapat kontrakan! Alamatnya ada di jalan Subroto, kompek perumahan Asri Indah. Revan, jangan berpikiran lebih pada Mbak! Mbak nggak kenapa-kenapa."
Setelah mengetik pesan untuk adiknya, Sabrina mencoba merebahkan tubuhnya, karena mentalnya akhir-akhir ini kurang begitu sehat.
Pagi harinya.
Setelah menimang-nimang semuanya, Sabrina memutuskan untuk kembali bekerja, setelah hampir 20 tahun lebih ia vakum dari kariernya.
Walaupun usianya tidak lagi muda, Sabrina sangat beruntung karena memiliki wajah yang awet muda. Diusianya yang sudah mencapai kepala 4 lebih, tak membuat semangat Sabrina padam, walaupun hantaman masalah datang silih berganti.
Setelah mendapat recomendasi dari temanya, Sabrina kini sudah berdiri didepan Perusahaan besar, yang diberi nama 'Pambudi Official One'.
Dengan ucapan Bismillah, Sabrina melangkah begitu mantap, masuk kedalam kantor raksasa itu.
Setelah mengkonfirmasi tujuan datangnya, kini staff 1 langsung mengarahkan Sabrina menuju ruang HRD.
Karena agak bingung, Sabrina mencoba berjalan kearah seseorang yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Sabrina sedikit berlari kecil, karena pria didepannya itu berjalan agak sedikit cepat.
"Maaf, permisi!"
Pria tadi spontan berhenti, dan langsung membalikan tubuhnya. Kemeja putih panjang, dengan paduan celana kerja bewarma hitam, rambut tertata rapi, dan maps yang melekat didadanya. Dapat pria itu pastikan, jika wanita didepanya kini akan melamar kerja.
Namun bukan itu yang menarik pandangan si Pria. Bukan penampilan Sabrina, melainkan wajah cantik itu! Wajah Sabrina memang terlihat seperti wanita Eropa. Tubuhnya yang kecil, seringkali disangka masih berusia 25 tahunan.
"Iya, ada apa?" jawab pria tadi begitu dingin.
"Dimana ya ruangan HRD, karena sebentar lagi saya akan interviw!" Sabrina tampak bingung, harus memanggil dengan sebutan apa. Pak? Tidak! Pria didepannya tidak setua itu. Jika Mas? Nggak mungkin itu terjadi. Tuan? Terlalu agak aneh dalam lidah Sabrina. Iya kalau pria tadi Bosnya, kalau hanya karyawan biasa. Kan nggak etis.
"Anda lurus saja dari sini. Nanti ada belokan, Anda pasti tahu jika Anda dapat membaca!" Setelah mengatakan itu, pria tadi langsung berbalik dan melanjutkan jalannya.
"Dingin banget? Perasaan para karyawan disini baik-baik? Tapi kok ada ya modelan orang seperti itu?!" Sabrina menggerutu sepanjang jalan, hingga ia tiba didepan ruangan HRD.
Pria berusia bekisar 45 tahun, kini menyambut kedatanganya dengan berdiri. "Anda yang bernama Sabrina?"
Sabrina menganggk sopan.
"Silahkan duduk dulu! Saya bisa lihat dokumennya?" pinta kepala HRD tadi.
"Oh, iya ini, Pak!"
Begitu HRD tadi menelisik daftar riwayat hidup. Ia tampak tercengang kala melihat umur yang tertera. Sekali lagi, pria itu memandang wajah Sabrina untuk memastikan.
"Umur Anda benar 42 tahun?" HRD tadi memastikan.
"Benar, Pak! Sebentar lagi juga 43 tahun!" pungkas Sabrina sedikit tertunduk.
'Tapi kenapa wajahnya hanpir imbang dengan para gadis?'
Sabrina menyadarkan lamunan pria didepannya. Setelah itu, kepala HRD menjelaskan semua konsekuensi yang harus Sabrina perhatikan.
"Selamat, Anda diterima! Anda lusa sudah dapat bekerja! Nanti saya antarkan untuk melihat ruangan kerja Anda. Agar lusa tidak bingung." Pria bernama Budiman itu mengarahkan tangannya keluar, seraya ia juga ikut bangkit.
Dan kebetulan, Sabrina mendapat kerjaan sebagai staff penanggung jawab, atas jalannya pemasaran produk dari pabrik.
"Ini tempatmu besok! Kalau kamu mau membersihkan dulu juga bisa! Kalau begitu saya tinggal."
"Terimakasih, Pak!" Sabrina tampak mengedarkan pandangan keseluruh ruang. Ruangan besar itu hanya terdapat 3 meja, dengan pekerjaan yang berbeda. Namun, didalam ruang itu, terdapat ruangan besar lagi, yang Sabrina yakini adalah ruangan Bos besar.
Dua orang wanita masuk kedalam, kini tampak mengerutkan dahi menatap Sabrina. Wanita yang memakai atasan batik, dipadukan span hitam, Kini langsung duduk dengan lirikan tajam, sekitar usia 30 tahun. Ia adalah seorang sekertaris.
Sementara satunya. Wanita muda itu tampak tersenyum sopan, kala melewati Sabrina. Kira-kira usianya baru 25 tahunan.
"Permisi, Mbak! Mbak Staff baru, ya? Kok bersihin meja ini?" ucap Gadis tadi. Di kartu yang bergelantung didepan dadanya, terdapat nama~Sinta Ayu.
"Iya ... Saya baru saja selesai Interview, dan besok sudah dapat bekerja!"
"Panggil saja Sinta, Mbak!" Sinta Ayu mengulurkan tanganya dengan sopan.
"Oh ya Sinta ... Saya Sabrina!" Sabrina menerima uluran tangan gadis muda didepannya.
Sementara wanita yang mengenakan kemeja batik tadi, kini tampak acuh, seakan merasa tersaingi oleh kecantikan Sabrina.
Tiba-tiba, pintu ruangan besar tadi terbuka dari dalam.
'Wanita itu? Bukanya dia wanita tadi? Apa dia yang menggantikan Diana?' gumam batin Prita tadi.
"Tuan ... Ada apa?" tanya Raisa begitu ia tersadar, dan segera bangkit.
Rayhan Pambudi tersadar. Ekor matanya namun masih melekat pada Sarina yang masih sibuk merapikan tempatnya.
"Dia Staff baru?" Apa yang diucapkan Rayhan kali ini jelas berbeda, dari rencananya sejak awal.
"Benar, Tuan! Saya rasa dia gantinya Diana!" pungkas Raisa, sekertaris Rayhan.
Rayhan manggut-manggut. Lalu berniat balik lagi masuk kedalam. Namun, dia tersadar. Untuk apa ia menanyakan perihal wanita tadi, sedangkan niatnya untuk memberi tahu sang sekertaris perihal meting nanti.
'Loh, itu bukanya pria tadi? Jadi, dia Bosnya?' Sabrina menatap sosok Rayhan, yang kini juga melempar tatap kearahnya.
Tak peduli dengan apapun, begitu selesai, Sabrina langsung pamit pada rekannya~Sinta Ayu, karena mau pulang.
"Sinta, saya duluan ya!" pamit Sabrina tersenyum hangat.
"Oh, iya ya Mbak! Hati-hati! Sampai ketemu besok lagi," Sinta mengangkat tangannya sebagai bentuk sapaan sopan.
Setelah itu Sabrina langsung bergegas keluar. Dalam dadanya sejak tadi berdenyut, semoga saja apa yang ia lakukan sekarang, menjadi awal yang baik dalam hidupnya.
Sekarang tidak ada lagi manja-manjaan. Ia harus mengubah sikapnya menjadi wanita badas, yang tahan apapun. Masa depan sang putra-Haikal masih panjang. Sabrina tidak ingin adanya masalah dalam rumah tangganya, akan berpengaruh dalam masa tumbuh sang putra.
...lanjut thor 💪🏼
di tunggu boncapnya thor lanjut.
lanjut thor💪🏼