Dulu, Lise hanya ingin sekolah dengan tenang. Tapi sejak bertemu Kevin, pria dengan rahasia di balik setiap diamnya, semua berubah. Hatinya yang polos tak bisa membohongi getaran tiap kali Kevin menatapnya. Meski dunia Kevin gelap, Lise merasa hangat saat di dekatnya. Seolah... cinta itu memang tidak selalu datang dari tempat yang terang.
“Kalau dunia ini hancur besok, kamu bakal nyesel udah deket sama aku?” bisik Kevin di telinga Lise, jemarinya menyentuh lembut dagu gadis itu.
Lise tersenyum kecil, lalu menggeleng.
“Enggak. Karena sejak hari pertama kamu panggil nama aku, hidup aku mulai punya arti.” mata sayu nya menatap lembut pada pria yang telah mengambil hatinya itu.
------
Karya ini adalah hasil tulisan asli saya. Dilarang keras mengambil, menyalin, atau memodifikasi tanpa izin. Plagiarisme adalah pelanggaran serius dan tidak akan ditoleransi.
#OriginalWork #NoPlagiarism #RespectWriters #DoNotCopy
penulis_ Evelyne Lisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evelyne lisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 6
SESEDERHANA ITU?
(gambar made by penulis)
BAB 34
Pagi cerah cemerlang, para burung bercuit cuit dan hinggap di pepohonan, sebagian berterbangan dengan bebas. kota Clief yang penuh dengan keindahan gedung pencakar langit. dimana kekayaan materi yang tertumpuk di setiap sisi kota itu.
seperti biasa lise yang sudah bersiap setelah sarapan, ia akan pergi ke sekolah.
"mau di antar? "
tanya kevin kepada gadis yang sering ia jahili akhir akhir ini.
"apa? diantar? kamu sendiri tidak pergi ke sekolah" ujar lise yang kesal melihat kevin tersenyum jahil, seolah senang karena dia tidak perlu pergi ke sekolah untuk belajar.
"oh, atau aku masukin kamu ke kelas onstu aja kali ya? " kevin berkata dengan nada sedikit menjengkelkan.
lise menggeram sebelum menarik keras rambut kevin yang kini merintih "ouch sayang, sakit tahu"
"kamu tau tidak sih kalo kamu itu nyebelin?"
"aduh, iya sorry sorry"
kevin melemah dalam kata katanya
"sorry sorry, sok english banget kamu kevin"
ujar lise yang masih saja kesal
sekejap kecupan kecil mendarat di pipi lise. hangat, hingga membuat jantungnya berdebar kencang. "sekarang di maafin kan?" tanya kevin dengan wajah yang memelas.
lise membeku sejenak sebelum pipinya kini terlihat bersemu merah. "a--apasih keke!, tiba tiba banget!" teriaknya.
"tapi kamu suka kan?, mau disini nggak?"
ucapnya dengan nada yang menggoda, ujung jarinya menyentuh bibir lise lembut.
"hiii!! kamu ini! A-aku mau sekolah tau!"
lise menepis tangan Kevin yang menyentuh bibirnya dan berlari menjauh.
"pfft, imutnya~ Lise ku. kamu, tidak akan pernah ku lepaskan"
DRTT~. DRTT~
kevin menatap ponselnya sebelum kini diraihnya dan mengangkat panggilan yang masuk.
"Ke, datanglah. Ada yang mau di bicarakan" sahut seseorang di balik telepon itu.
"iya" jawab Kevin singkat.
Dengan helaan nafas panjang, Kevin bergegas mengambil jaketnya dan pergi ke garasi dengan niat mau pergi dengan motornya.
"ck! Yang benar saja"
namun baru ingat, ketika ia ke garasi, motornya tak ada disana.karena ya,ia meninggalkan motornya saat ia terkepung oleh musuh saat itu.
mau bagaimana lagi, Kevin kini menaiki mobilnya dan mulai berkendara di jalanan kota. "kayaknya harus beli motor baru"
ujarnya sambil melajukan mobil yang kini sampai di gedung pencakar langit yang besar.
Langkah kakinya yang tegas, menuntunnya ke lantai gedung paling atas.
Sesampainya di sana, Kevin pun membuka pintu itu. Dilihatnya sosok pria tua yang duduk di meja kerjanya, wajah yang berkerut dengan mata yang tajam, tubuhnya yang masih terlihat gagah membuatnya tampak sangat berwibawa.
Kevin menatap sosok ayahnya itu, sekejap ingatannya berkelana.selama ini, ayahnya bekerja keras untuk mempertahankan segalanya dan menguak apa yang terjadi. Tanpa sosok istrinya yang begitu dicintai, membanting tulang membabi buta mencari kebenaran di balik keras-kejamnya dunia yang mungkin telah menjadi takdirnya yang mutlak, tak bisa berubah maupun diubah.
Begitu banyak ular berbisa yang melilitkan dan menusukkan racun ke dalam lingkup lemahnya yang dibentengi kebencian dan milyaran amarah.
Ancaman, kekerasan sekalipun yang menerjangnya tanpa henti, tak membuatnya goyah.
__ goyah, terlalu telat untuk merasakan bagaimana rasanya mati rasa.
Kakinya yang tetap berdiri di atas bayang bayang seluk beluk kegelapan yang terus memakan dan menggerogoti layaknya zombie yang kelaparan akan otak manusia.
Tegap
Kaki itu tetap berdiri tegap, mengarahkan suatu jalan benar kepada satu satunya putra yang dimilikinya, satu satunya keturunan dari kekasih tercinta yang telah lama meninggal. kekasih yang telah lama menjadi bidadari bayangan yang tak pernah bisa dipeluk, tak bisa di genggam, tak bisa di raih. Hanya bisa dirasakan kehadirannya dengan perasaan rindu yang terkunci di dalam seluk dalam hati dan jiwa.
itulah yang selama ini ia bawa, makna dari kehilangan, adalah rasa sakit yang bahkan tak bisa digantikan apapun, bahkan tak bisa digantikan oleh luasnya semesta dan melimpahnya sebuah harta.
____________________________
IG: @obsidianeverose
Btw, sorry thor, itu ada bbrp paragraf yg ke ulang²/Frown/