Seorang gadis yang yang bernama Ana terpaksa menerima perjodohan dari orang tua dan keluarga, setelah lima tahun pernikahannya, suami Ana mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera pada kakinya.
Selama sebulan penuh Ana merawat suaminya dengan ikhlas hingga suaminya pulih kembali seperti semula.
Di saat Ana bahagia karena kesembuhan cedera suaminya, Ana di kejutkan dengan hilangnya sang suami yang entah pergi kemana, tanpa pamit dan memberi kabar apapun padanya, sehingga membuat Ana beserta keluarga bingung dan terus mencari keberadaan sang suami.
Akankah Ana bertemu lagi dengan suaminya yang tiba-tiba menghilang itu, dan apakah alasan menghilangnya suami Ana.
Penasaran... Yu baca kisah Ana selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
🍀🍀🍀🌹🌹🌹🍀🍀🍀
Sambil memikirkan tentang suaminya Ana masih betah berada di ruang kerja Aldo.
Sampai ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
Tok tok tok
" Masuk"
" Ana..." panggil kedua paruh baya siapa lagi kalau bukan Pak Arman dan Bu Rima sambil berjalan mendekati sang putri yang masih tengah terdiam sendirian.
" Pah Mah, kenapa kalian belum istirahat?"
" Kamu sendiri kenapa tidak istirahat sayang, kasihan ketiga putra mu" jawab Bu Rima sambil memeluk putrinya untuk menguatkan.
" Mah...Hiks hiks hiks hiks..." tumpah lah tangis Ana lagi saat berada di pelukan ibunya, karena saking bingungnya ia saat ini.
" Sabar nak, Papah sudah menyuruh semua orang kita untuk mencari Aldo, kamu tidak usah khawatir ya, yang penting saat ini kamu harus kuat untuk anak-anak mu " kata pak Arman sambil mengusap kepala sang Putri.
Ana hanya mengangguk mengiyakan, Ana masih merasa beruntung karena orang tuanya selalu ada untuknya melalui setiap masa - masa tersulit yang telah Ana lalui.
" Ya sudah sekarang pergi temani ketiga anakmu, meskipun sekarang ayah mereka tidak ada, setidaknya mereka masih ada kamu, kamu harus kuat untuk mereka ya " sambil perlahan Bu Rima melepas pelukannya Ana dan mengusap air mata sang putri.
" Hhmmm... Ana ke kamar anak - anak dulu Mah Pah "
" Hhmmm..." pak Arman dan Bu Rima mengangguk.
Dengan langkah gontai Ana meninggalkan ruan kerja Aldo menuju ke kamar anak-anaknya.
Setelah sampai di depan kamar anaknya, Ana menghapus air matanya dan menguatkan dirinya, meskipun kesedihan karena hilangnya sang suami tidak dapat ia sembunyikan, demi anak-anaknya ia harus tegar.
Ceklek
Perlahan Ana membuka pintu kamar anak-anaknya dan terlihat jelas dua putra bungsunya sudah tertidur pulas dengan mata yang sembab akibat terus menangis.
Hanya putra sulungnya Arkan yang masih belum tidur dan hanya berdiam diri sambil menatap ke luar jendela.
" Abang kenapa belum tidur ?" sambil perlahan Ana mendekati putra pertamanya dengan Aldo itu.
" Arkan masih belum ngantuk Mah " tanpa menatap sang ibu dan masih terus menatap suasana kota.
" Abang, Abang jangan terlalu memikirkan kemana papah pergi ya, Mama kakek dan om Rehan terus berusaha mencari keberadaan Papah. " sambil memeluk putra sulungnya itu dari belakang.
" Kemana papah pergi Mah, bukankah tadi pagi semuanya baik-baik saja, Papah juga tidak marah sama kita kenapa papah pergi ga bilang sama kita, biasa kalau papah mau pergi papah selalu pamit sama Abang, kenapa sekarang tidak, apa papah marah hiks hiks hiks..." tumpah lah air mata yang dari tadi Arkan tahan dan berusaha tidak menangis di depan kedua adiknya.
" Mama juga tidak tahu sayang, mungkin papah pergi tidak sempat untuk memberitahu kita, Arkan jangan khawatir ya, doakan saja semoga dimanapun Papah berada sekarang papah baik - baik saja "
" Hhmmm... hiks hiks hiks " dengan masih menangis sesenggukan di pelukan ibunya.
Masih dalam kebingungan ibu dan anak itu saling menguatkan, tanpa mereka berdua sadari Aris dan sekecil Agam mendengar pembicaraan Abang dan ibu mereka lalu perlahan mendekati dan langsung memeluk kesayangan mereka itu.
" Mama, Mama, jangan nangis nanti Aris dan Dede Agam juga ikut nangis "
Ana dan Arkan sangat terkejut ternyata Aris dan Dede Agam mendengar pembicaraan mereka.
" Adek Aris, Dede Agam kalian bangun, sini sayang " masih sambil berderai air mata Ana langsung memeluk ketiga buah hatinya itu.
" Mama hiks hiks hiks... " berpelukan lah mereka berempat saling menguatkan.
" Kalian harus kuat ya, Mama akan terus berusaha mencari papah sampai ketemu "
" Mommy harus kuat seperti wonder woman biar bisa cepat bawa kita bertemu Papah lagi " tiba-tiba adek Aris mengatakan itu membuat Ana dan kedua Kaka dan adiknya terkejut mendengarnya.
" Ade, Mama dek bukan mommy" sambil menghentikan tangisannya dan mengusap sisa air matanya Arkan menyahut perkataan adik sulungnya itu yang bagi Arkan terdengar lucu.
" Mommy kuat mommy... " si kecil Agam juga menghentikan tangisannya ikut menimpali.
Mendengar itu mereka saling pandang dan langsung tersenyum.
" Benar, mulai sekarang kita manggil mommy biar mommy selalu kuat seperti wonder woman ya kan dek " si kecil Agam langsung mengangguk mengiyakan.
Kedua anaknya itu ingin ibu mereka kuat seperti super Hero idolanya dan bisa membawa kembali ayah mereka yang hilang entah kemana.
" Baiklah, mulai sekarang Abang juga akan memanggil mommy seperti adik - adik, semoga mommy bisa kuat seperti super Hero wonder woman dan bawa kembali Papah" dengan semangatnya mereka bertiga menguatkan ibu mereka.
Mendengar itu Ana langsung menghapus air matanya dan langsung mengangguk sambil tersenyum pada ketiga putranya.
" Iya sayang - sayangnya mommy, mommy akan berusaha kuat seperti super Hero, mommy harus bisa membawa kembali Papah kita kembali, doakan Mommy ya sayang "
Mereka bertiga mengangguk dan langsung kembali memeluk pahlawan bagi mereka itu dengan penuh kasih sayang.
Mendapat dukungan dari anak-anaknya menjadi kekuatan tersendiri bagi Ana sebagai ibu dari tiga orang anak itu.
" Mulai sekarang aku akan berusaha selalu kuat dan akan mengurus semuanya, bagiku senyuman mereka adalah yang terpenting. Dimanapun kamu berada sekarang Mas, aku akan berusaha menemukan mu secepatnya demi anak-anak."
Begitulah Ana akhirnya bangkit karena di sampingnya ada ketiga buah hatinya yang menjadi kekuatannya.
🍀🍀🍀🌹🌹🌹🍀🍀🍀