NovelToon NovelToon
Gadis Cupu Mengandung Benih Dosen Duda

Gadis Cupu Mengandung Benih Dosen Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:15.9k
Nilai: 5
Nama Author: Erchapram

"Tolong jangan sentuh saya, Pak." Ucap seorang gadis cantik berkacamata bulat dengan tubuh bergetar hebat. Gadis itu terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen.

Azura Saskirana seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di ruang perpustakaan di malam hari yang sepi ditengah hujan badai. Zura hari itu memang sengaja ingin menyelesaikan skripsinya yang tinggal sedikit lagi selesai. Disaat bersamaan hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat dia enggan beranjak. Karena tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.

Garvin Reviano Agler, seorang dosen yang sudah lama menduda dan berhati dingin setelah pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir. Malam itu Garvin dijebak oleh dosen wanita yang terobsesi dengannya dengan minuman yang sudah dicampur obat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tragedi Dalam Sidang

Garvin semakin semangat bergoyang maju mundur di atas tubuh Zura. Dia ingin Zura hamil, karena dengan begitu dia bisa menggagalkan rencana pernikahan perjodohan yang dilakukan oleh orang tua Zura. Meskipun kemungkinan Zura yang akan menjadi korban dan terluka karena perbuatannya. Tapi, Garvin pastikan dirinya akan bertanggung jawab dan membahagiakan Zura.

"Kamu sudah siap hamil Zura?" Tanya Garvin di tengah permainan.

Zura hanya bisa mengangguk, karena bibirnya sibuk mengeluarkan suara desahan.

"Sekarang, aku mau keluar...Ahhh..."

Satu ronde selesai, dan mereka seperti biasa tidak cukup bermain satu kali. Apalagi dosen duda itu, baru akan puas jika bermain lebih dari lima ronde.

Sementara itu Daffa yang telah resmi menjadi suami Lestari menatap jengah pada wanita hamil di depannya ini. Dimana Lestari dari tadi mual muntah membuatnya jijik.

"Tari, kamu tidak capek apa muntah terus dari tadi. Aku jijik lihatnya. Sungguh merepotkan, makanya dari awal aku bilang aku tidak ingin kamu hamil." Ucapnya.

"Mau bagaimana lagi Daffa, ini juga benih kamu yang artinya darah daging kamu. Kok bisa-bisanya ngomong jijik, sedangkan kamu buatnya setiap hari selalu bilang enak." Balas Lestari tak kalah sinis.

"Hah, sudahlah nasi sudah jadi bubur. Mau bagaimana pun, kamu sudah menjadi istriku dan bayi itu memang milikku." Jawab Daffa.

Hari berganti hari, minggu pun telah berganti. Kini sudah satu bulan terlewati, dan waktunya bagi Zura untuk sidang skripsi kelulusannya.

Kedua orang tuanya sudah datang tadi malam, bersama dengan Daffa dan Lestari. Pun dengan juragan Kadir, karena memang mereka semua menumpang di mobil juragan Kadir.

"Bismillah, semoga aku diberi kelancaran."

Meskipun bukan wisuda, tapi seluruh keluarga Zura hadir karena setelah selesai dari kampus. Mereka akan membawa pulang Zura, untuk dinikahkan.

"Ayo kita berangkat, Zura lakukan sidang dengan cepat. Karena setelah ini, kita akan langsung pulang. Dua hari lagi, kita menikah." Ucap juragan Kadir, yang usianya tidak jauh dari ayah Ruslan.

Zura hanya bisa diam, berharap ada keajaiban yang bisa menolong dirinya terlepas dari pernikahan yang sama sekali tidak dia harapkan.

"Mas Garvin, tolong bawa pergi diriku." Gumam Zura dalam hati.

Rombongan Zura tiba di kampus membuat semua orang yang sering membully tertawa melihatnya. Karena mereka merasa lucu, sidang saja diantar.

"Zura, lu takut ya datang sendiri. Sampai segala keluarga lu bawa semua." Hina satu temannya.

Zura abai, dirinya tetap berjalan menuju ke ruangan. Karena jadwal hari ini ada beberapa mahasiswa yang mengikuti sidang skripsi kelulusan.

Tiba-tiba Zura merasakan perutnya mual, tapi dia tahan karena tidak mungkin pergi ke toilet dulu.

Keringat dingin sebiji jagung memenuhi seluruh wajah Zura. Sedangkan tubuhnya mendadak lemas seolah tidak bertenaga.

"Ya Alloh, tolong berikan kekuatan. Jangan dulu tumbang sebelum semua selesai." Doa Zura dalam hati.

"Wajah kamu kenapa terlihat pucat sekali, Zura?" Tanya ibu Yuliana.

"Kamu sudah sarapan kan tadi sebelum berangkat?" Sahut ayah Ruslan.

"Mungkin aku hanya takut saja ayah, ibu. Tidak perlu khawatir. Tadi pagi juga sudah makan meskipun hanya sedikit. Akhir-akhir ini aku kurang nafsu makan." Jawabnya.

"Kamu sedang tidak hamil kan Zura?" Celetuk Lestari bernada sinis.

"Ngomong apa kamu ini, ngawur." Ucap ibu Yuliana tidak senang.

"Aku hanya bertanya." Jawab Lestari.

Sementara itu, Zura kepikiran dengan omongan Lestari. "Mungkinkah aku kini sedang berbadan dua? Karena setelah malam itu aku memang belum menstruasi." Monolog Zura dalam hati.

Zura mengelus lembut perutnya yang diduga ada benih yang tumbuh dari dosen yang menjadi kekasihnya.

"Kenapa kamu mengelus perut jika tidak hamil." Ucap Lestari lagi.

"Daffa, tolong diajari istri kamu untuk tidak asal bicara. Ibu malu punya menantu nyablak seperti istrimu itu." Sarkas ibu Yuliana.

"Tari, jangan buat suasana panas hanya karena omongan kamu yang tidak berdasar. Lihatlah ada juragan Kadir, apa kamu tidak merasa sungkan menjelek-jelekkan calon istrinya itu." Ucap Daffa seolah membela Zura.

Sejak dinyatakan impoten, Daffa menjadi pribadi yang berbeda. Lebih banyak diam dan tidak lagi keluyuran. Dia sadar akan kekurangan dirinya, bahkan sejak pernikahan dengan Lestari dia belum pernah menyentuh istrinya.

Karma dibayar kontan, dan Daffa menyadarinya. Tapi hingga kini, belum satu pun orang yang tahu. Jika dia pernah melecehkan Zura.

Tidak lama kemudian, giliran Zura yang masuk ke ruangan. Sementara semua keluarganya hanya boleh menyaksikan dari luar melalui jendela kaca.

Selama hampir satu jam Zura berdiri berhadapan dengan para dosen. Termasuk diantaranya ada Garvin yang menatap dalam dan penuh arti. Peluh dingin semakin membanjiri kepala Zura yang pandangannya mulai menggelap.

"Selamat atas keberhasilan lulus dari ujian skripsimu! Ini adalah pencapaian besar dan kamu harus sangat bangga kepada diri sendiri." Ucap salah satu dosen pada Zura.

Tapi, Zura sudah tidak mendengar suara apa pun. Dia merasa dunia berputar-putar, tidak lama kemudian.

Bruk...

Zura tergeletak di atas lantai membuat semua orang panik.

"Zura..." Teriak Garvin. Dengan langkah besar Garvin mendekati mahasiswanya. Lalu menggendong tubuh lemah itu dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

Sementara itu, keluarga yang melihat Zura pingsan pun langsung menerobos masuk ke dalam ruangan. Mereka ingin mengetahui kondisi Zura. Terutama juragan Kadir, yang terlihat khawatir.

"Saya akan bawa Zura berobat."

Ucap juragan Kadir yang ingin mengambil alih tubuh Zura dari dekapan Garvin. Tapi semua tidak akan mudah, karena Garvin tidak mungkin memberikan tubuh kekasihnya kepada orang yang akan menikahi Zura.

"Biar saya bawa dulu ke klinik kampus, karena Zura pingsan saat sedang berada di lingkungan kampus." Ucap Garvin menggendong Zura.

Tidak ingin mendengarkan perdebatan lagi, Garvin melangkah terburu-buru menuju klinik. Sedangkan semua orang mengikuti dari belakang. Bahkan semua teman yang sering membully pun terlihat ikut.

Garvin merebahkan tubuh Zura dengan penuh kasih sayang, membuat semua orang yang melihat terpaku tidak percaya. Jika dosen dingin itu bisa bersikap hangat dengan Zura.

"Bagaimana keadaan putri saya dokter?" Tanya ayah Ruslan begitu melihat dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Sedangkan Garvin berdiri dengan jarak sedikit jauh dari keluarga Zura.

"Apakah pasien sudah menikah?" Tanya dokter, membuat semua orang heran.

"Maksudnya bagaimana, Zura baru akan menikah dengan saya dua hari ke depan." Jawab juragan Kadir.

"Begini, kondisi pasien saat ini kekurangan nutrisi dan dehidrasi. Kemungkinan karena kehamilan muda membuat pasien mual muntah setiap mengkonsumsi makanan."

"Zura hamil?, dia bahkan belum saya sentuh." Ucap juragan Kadir.

"Sesuai dugaanku, mungkinkah selama ini Zura jual diri di kota?" Ucap Lestari menambah bara api.

"Anda, jangan sembarangan memfitnah Zura."

1
Patri Behel
Kecewa
Patri Behel
Buruk
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus dan sangat menarik
Erchapram: Terima kasih kakak.
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
kalo lu cerita ma garvin pasti dia bakalan nolong lu zura
𝐈𝐬𝐭𝐲
kok Zura bego bgt ya mau² saja, bukanya nolak atau pergi dri rumah🤦‍♀️
Erchapram
Terima kasih buat yang sudah support karya Othor, dengan memberikan like. Kalau boleh bantu subscribe dan beri ulasan bintang limanya. Terima kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!