NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di mulai

"Aduhhh. Salah jalan," keluh Nusa, keliru mengeluarkan angka. Nusa sedang bermain gaple dengan beberapa pria di bawah pohon mangga, di atas meja.

Dimalam yang terlihat bintang memancarkan sinarnya, terlihat suasana ramai di sebuah angkringan bernama Mbah Wage. Sesuai namanya, angkringan itu milik seorang kakek-kakek bernama Mbah Wage. Dia membuka angkringan di depan rumahnya dengan menggunakan gerobak tanpa roda.

## Skip saja bagian ini

Desain gerobaknya cukup sederhana. Badan gerobak berbentuk balok yang dibagian tengahnya sedikit kedalam, sebagai tempat makanan. Di bagian dalamnya sebagai tempat menyimpan persediaan dan peralatan yang berukuran sedang. Di sisi kanan terdapat dudukan tambahan sebagai tempat memasak air menggunakan arang. Di bagian depan, ada sebuah papan yang digunakan sebagai meja pelanggan.

Bagian atas berbentuk balok yang ukurannya lebih kecil, dipisahkan oleh tiang penyangga. Bagian atas digunakan sebagai tempat alat-alat permainan dan peralatan masak berukuran kecil. Terdapat papan selebar gerobak yang terhubung menggunakan engsel di bagian bawah balok atas. Papan itu digunakan sebagai tutup di bagian tiang penyangga ketika Angkringan tutup.

Di tiang penyangga, tergantung berbagai macam kerupuk. Tidak ada kaca pemisah di tiang penyangga, menjadikan pembeli bebas mengambil sesuai keinginan mereka.

Ditengah gerobak, terdapat berbagai macam makanan. Ada gorengan, kue basah ataupun kering, bacem, dan nasi bungkus. Tersedia juga minuman panas, hangat dan dingin dengan berbagai macam pilihan. Mulai dari kopi, teh dan empon-empon, yang diwadahi gerabah dari tanah liat.

##

Angkringan itu dipenuhi para pria yang sedang bersantai setelah seharian bekerja. Ada yang duduk di kursi depan gerobak, kursi pelanggan, dan ada yang lesehan. Mereka bersantai sambil menyantap berbagai macam jajanan dan bermain permainan.

- Bercerita

"Aku tadi siang dapat ikan Toman 3 kilo," kata orang 1.

"Waahh, benarkah?" sahut orang 2.

"Iya. Tarikannya mantep banget. Besok aku tunjukkan," lanjut orang 1.

- Gaple

"Ayo ayo, tutup palang enam! Jangan kasih keluar, hahaha," kata orang 1.

"Takk!" " Aaduuh. Salah pasang," kata Nusa.

"Haha, makasih banyak di kasih jalan 'Tak'," kata orang 2 senang.

"Aahhh, kenapa kamu tidak tutup. Keluar palangnya. Sengaja kamu," keluh orang 1.

"Hahaha, selamat kamu. Traktir Nusa sesuatu," kata orang 3.

- Catur

"Aduuhhh. Salah langkah ini." orang 1.

"Tak". "Tak". "Tak".

- Kartu Remi

"Haduuuhh, minum lagi." orang 1. "Ayo terus, habiskan kartunya. Jangan sampai tersisa." orang 2.

- Ludo

"Nice.Tiga. Tu, wa, ga, mat* kau, kembali ke kandang, hahaha." orang 1.

"A** Kon. Kau lihat nanti." orang 2.

"Hahaha. Masuk kandang." orang 3 dan 4 tertawa bersamaan.

_ _

"Sluurrpp, aaahhhh. Mantap(posisi gelas setinggi dada)," kata Nusa menikmati minumannya. Nusa sedang minum wedang jahe sembari bermain gaple dengan beberapa orang.

"Kau akhirnya tidak mendapatkannya?" tanya pak Rejo, orang didepannya.

"Klek,klek,klek(suara gaple di acak)".

"Iya. Senarnya malah putus. Dan aku belum sempat mengangkatnya kedarat. Haahhh, rugi besar, 'sluurpp'." keluh Nusa.

"Tidak masalah. Besok tangkap lagi saja, pakai tegangan," gurau pak Rejo sambil meringis.

"Malah di setrum warga saya nanti," balas Nusa membalas gurauannya pak Rejo.

" Hahaha. Tidak apa apa, kau kan kuat," lanjut pak Rejo.

"Sluurpp" Nusa menghabiskan minumannya. "Kuat, ya kuat. Tapi, mana kuat kalau di setrum. Saya juga manusia," balas Nusa.

"Sudah, tidak usah dipikir ikannya. Nah, ambil saja gaplenya,"perintah pak Paijo, orang yang mengacak gaple di sebelah kiri Nusa.

"Saya udahan saja. Mau pulang," kata Nusa sambil berdiri dari kursi.

"Mau pulang? Cepat sekali?" tanya pak Rejo.

"Iya, Janjinya sama ibu hanya sampai jam 9," jawab Nusa.

"Oke, hati-hati dijalan. Tomi gantikan Nusa!" perintah pek Rejo pada pemuda yang duduk dekat Nusa. Diapun duduk menggantikan Nusa.

Nusa berjalan ke samping gerobak. "Mbah, wedang jahe besar, tempe bacem 2, kepala ayam 1. Berapa?" tanya Nusa.

"10 repes," jawab seorang pria tua dengan suara agak serak.

Dia adalah Mbah Wage. Dia mempunyai janggut panjang dan kumis yang menyatu. Warnanya juga sudah beruban karena termakan usia. Kepalanya yang botak semakin menampakkan wajahnya yang keriput. Itu menggambarkan seberapa lama dia sudah menjalani pahitnya hidup.

Nusa mengambil uang di saku celananya, lalu mengambil uang 20 repes dan memberikannya ke Mbah Wage.

"Kembaliannya biar diambil Pak Rejo," kata Nusa.

"Pak Rejo, ambil kembalianku," lanjutnya sambil menoleh pak Rejo.

"Siiaaap. Makasih ya," sahut Pak Rejo semangat.

"Amaan," balas Nusa santai sambil mengacungkan jempol.

" Pulang dulu mbah. Makasih," Nusa pamit.

"Ya. Sama-sama," balas Mbah Wage.

Nusa beranjak pergi meninggalkan angkringan yang tidak tau kapan sepinya.

_ _

Nusa berjalan sendirian dengan santai, sambil menikmati malam yang indah. Terlihat obor menyala disetiap rumah dan di pinggir jalan, membantu memberikan penerangan.

Kebanyakan rumah rumah di sekitar sini masih berbahan kayu. Terkadang ada rumah yang terbuat dari anyaman bambu. Meskipun begitu, mereka tetap hidup berkecukupan karena bahan pokok tersedia di desa ini. Terlihat dari luasnya hamparan sawah (Kanan) dan kebun jagung (kiri).

Nusa melewati gapura desa, yang terbuat dari batang bambu, dibangun dengan bentuk sederhana. Bertujuan hanya untuk penanda batas desa. Sejauh mata memandang, hanya ribuan batang bambu yang terlihat.

Sebagian besar kawasan desa dipadati batang bambu. Setiap gap antar rumah, terdapat rumpun bambu. Hanya jalan desa, pekarangan dan halaman rumah yang tidak ditumbuhi bambu. Hampir tidak ada pohon lain yang tumbuh selain batang bambu.

Terdapat berbagai jenis dan warna bambu. Bambu itu ditanam sesuai dengan jenis dan warnanya. Tapi terkadang ada juga yang ditanam disatu tempat.

Rumah-rumah penduduk desa terbuat dari batang-batang bambu hidup yang masih utuh. Bambu-bambu itu disusun dengan rapi sampai membentuk sebuah rumah. Dengan menggabungkan berbagai macam warna bambu, rumah-rumah itu menjadi ikon desa ini.

Oleh sebab itu juga, desa ini dinamai "Preng Sewu(Jawa)", "Seribu Bambu" dalam bahasa Indonesia, karena saking banyaknya bambu, dan menjadi ciri khas desa ini.

"Krrr...kkk...sss."

Suara bambu bergesekan akibat tiupan angin, yang membuatnya bergoyang, memecah sunyinya malam. "kriik... kriik", disambut suara jangkrik di atas daun bambu, yang ikut meramaikan suasana malam.

"Kuuuu-kuuuu."

Nusa memandang asal suara tersebut. Terlihat seekor burung hantu sedang bertengger di sebuah batang bambu, bersiap meninggalkan tempat bertenggernya menuju jangkrik yang menjadi mangsanya. Jangkrik itu tidak tau kalau nyawanya dalam bahaya.

Burung hantu meluncur ke arah jangkrik tanpa suara, seakan akan ada peredam suara di sayapnya. Burung hantu menghunuskan cakarnya, menyergap mangsanya yang tidak sadar akan kedatangannya. Jangkrik pun berhasil ditangkap sang Burung hantu, mencengkeramnya dengan kuat, dan langsung dibawa pergi.Nusa menyaksikan kejadian itu berlangsung cepat. Tidak ada kesempatan bagi jangkrik untuk melawan balik.

"Kokk kokk pekokk, kokk kokk pekokk",

Tiba tiba, ayam-ayam berkokok dengan keras di dalam kandang, disebelah kiri Nusa, membunyikan alarm tanda bahaya. Nusa langsung mengambil kuda kuda karena terkejut.

"Siapa itu?" kata Nusa.

Nusa memandang ke arah kandang ayam. Dia mengamati kandang ayam. Dia mencari apa yang membuat para ayam berisik. Setelah menelusuri dan tidak menemukan apa-apa, dia pun kembali berdiri tegap.

"Mungkin cuma musang," pikir Nusa. Nusa akhirnya beranjak pergi.

Para ayam terus berkokok, dan semakin lama semakin keras. Bahkan mereka jadi gelisah, mondar-mandir dikandang. Nusa menghentikan langkahnya. Dia merasakan ada yang tidak beres.

Dia memperhatikan area kandang ayam dengan seksama. Matanya sudah menelusuri keberbagai tempat. Dia juga sudah mencoba merasakan menggunakan Aji(sebutan energi spiritual)miliknya, tapi belum bisa menemukan penyebab para ayam gelisah.

"Kenapa dengan ayam-ayam itu. Berisik terus. Seperti melihat malaikat maut," kata Nusa agak kesal.

"Mending pulang," lanjutnya. Nusa pun pergi meninggalkan ayam ayam yang masih berisik.

"Huh?"

Baru menoleh ke arah jalan pulang, Nusa melihat sosok hitam yang berdiri cukup jauh darinya. Sosok itu berdiri di kegelapan. Matanya yang tajam, memandang Nusa seperti melihat mangsa.

Nusa cukup terkejut. Karena, ketika dia tadi menggunakan Aji miliknya, dia tidak merasakan ada seseorang di sekitarnya. Tapi sekarang, dihadapannya, berdiri sosok misterius menghadang jalannya.

"Siapa kau? Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Nusa.

"......". Sosok itu hanya diam.

"Apa kau yang mengganggu para ayam itu?" tanya Nusa lagi.

"Sebaiknya kau hentikan. Itu bisa mengganggu kete—"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, sebuah suntik melayang ke arah pangkal leher Nusa.

_ _

Sebuah kain putih menampilkan bayangan berbentuk wayang. Bayangan itu bergerak-gerak seakan dia sedang terbang. Bayangan itu berasal dari wayang kulit yang berada dibelakang kain, yang sedang digerakkan seseorang yang disebut Dalang. Wayang itu disorot sebuah lampu, menghasilkan bayangan yang merefleksikan bentuk wayang ke kain putih.

"Klek"

Pintu di belakang Dalang terbuka. Tampak seseorang masuk dengan membawa Wayang berwarna hitam. Dia menghampiri Dalang yang sedang memainkan Wayang. Dia berhenti disamping dalang, dengan posisi menghadap kain. Dia mengeluarkan selembar kertas dan menunjukkannya ke Dalang.

Dalang melirik kertas itu. Setelah membacanya, dia berhenti memainkan Wayang. Tertulis dikertas itu kalimat "Saat terbacanya surat ini oleh 'mu', pertunjukan 'Dimulai'.

  Senyum jahat terlukis di wajah Dalang. Raut wajahnya menampilkan kegembiraan. Pupil mata kiri yang berbentuk kotak, menyatu dengan tato berbentuk penanda buku, yang melintang dari dahi kepipinya. Terlihat garis-garis tipis membujur di dahinya dan garis tebal membujur dibawah kedua kelopak mata dan hidungnya.

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!