Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Apa yang kau lakukan, hah?!!" sentak orang itu, orang yang telah membuka pintu ruangan Clara tanpa permisi.
Seharusnya Clara sudah akan menduga sebelumnya jika hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Mengingat perbuatannya hari ini mungkin telah menjadi kabar menggemparkan bagi sebagian orang, termasuk Bella, yang saat ini melabraknya. Tapi Clara tak menyangka jika akan secepat ini, padahal dirinya baru saja kembali dan memasuki ruangannya.
"Kenapa lagi kali ini?" tanya tuan Arkhana yang tiba-tiba sudah berada di sana juga.
Padahal seingat Clara tuan Arkhana telah pergi bersama asistennya meninggalkan Sierra pearl. Tapi, kenapa mereka kembali, fikir Clara.
"Apa maksud Anda, Nona? Saya tidak mengerti," ucap Clara tak menanggapi pertanyaan tuan Arkhana.
"Kau! Kau jangan berpura-pura tidak tau, Clara!" ucap Bella tanpa sadar telah menyebut Clara dengan hanya nama saja, tanpa nona, apalagi Azura. Membuat tuan Arkhana serta asisten Leo yang mendengarnya mengerutkan dahi dan saling pandang. "Apa yang kau lakukan! Mengapa kau menyuruh anak buahku untuk membuang semua persediaan di gudang..? Apa masalahmu sebenarnya, hah? Apa kau ingin balas dendam?" ucapnya lagi dengan meledak-ledak.
"Oh, masalah itu rupanya! Saya melakukan hal yang menurut saya adalah benar. Saya tidak suka bekerja dengan cara kotor, apalagi sampai mencurangi dan merugikan konsumen, saya tidak suka itu. Karena itu adalah salah satu masalah yang menyebabkan konsumen pada kabur," tutur Clara. "Tuan Davidson, Anda adalah saksi saya mengatakan ini. Nona Bella Bramastya, jika Anda tidak senang dengan cara bekerja saya yang seperti ini, maka silahkan Anda mencari desainer lain. Karena saya, Clara Firansyah, atau yang lebih dikenal dengan sebutan, Azura, menyatakan keluar dari perusahaan perhiasan Sierra pearl."
"Anda tidak bisa keluar begitu saja, Nona Azura," sela tuan Arkhana dengan tatapan tajamnya.
"Heh, kenapa tidak bisa? Apa Anda ingin saya membenarkan sebuah perbuatan curang? Atau Anda ingin saya menipu semua konsumen saya dengan mengatasnamakan Azura? Itu yang Anda inginkan Tuan Davidson yang terhormat?!" ucap Clara. "Tapi tidak, saya tidak ingin menjual nama saya hanya demi sesuap nasi yang Anda tawarkan. Karena saya tidak ingin nama baik saya ikut tercemar gara-gara membantu orang tak tau malu untuk berbuat curang. Maaf, saya tidak bisa. Permisi," lanjutnya seraya meraih tasnya lalu melangkah menuju pintu keluar.
Namun pada saat akan melewati tubuh tuan Arkhana, lengan Clara dicekal olehnya.
"Anda tidak boleh kemana-mana," ucapnya seraya melirik tajam Clara.
Dengan menahan aroma yang menusuk hidungnya, Clara berucap, "Jika nona Bella berubah fikiran dan tak lagi ikut campur apa yang saya perbuat dan ingin perbuat, maka kalian bisa menghubungi saya kembali. Tapi jika tidak, tidak masalah bagi saya. Tuan Davidson.. Tolong lepaskan tangan saya."
Tuan Arkhana pun terpaksa melepaskan cekalannya, sehingga Clara pun benar-benar pergi.
Akan tetapi, seperti yang Clara duga.. Tak sampai lima menit dan belum juga Clara sampai di parkiran, sebuah notifikasi dari tuan Arkhana masuk dan menyatakan jika esok dirinya harus kembali, dan Bella akan menuruti kemauan dirinya. Namun Clara tak meresponnya, hanya membacanya saja. Tak berselang lama, notifikasi ponselnya kembali terdengar, yang ternyata dari Bella. Yang menyatakan tak jauh berbeda dari tuan Arkhana. Yang membedakannya adalah notifikasi kedua dari Bella yang seakan menyatakan perang dengan Clara.
Membuat Clara jadi tersenyum sinis, karena sampai kapanpun manusia bernama Bella itu tidak akan pernah berubah.
Clara kembali menyimpan ponselnya dan segera menaiki taksi yang dia pesan.
"Hmm... Sepertinya aku harus segera memiliki mobil pribadi," gumam Clara, mengingat jika sepertinya dirinya akan lama berada di kota itu.
***
"Arsen, sebenarnya aku rindu daddy, granny, juga yang lainnya..., Apa tidak bisa kita bertukar tempat lagi? Sudah satu minggu kita bertukar tempat," ucap Airlen.
("Sama, sebenarnya aku juga sangat rindu dengan mommy...") sambung Arsen.
"Tapi aku juga tidak rela jika harus meninggalkan mommy..." ucap Airlen nampak sedih.
Ya, tak terasa sudah seminggu saja Airlen serta Arsen bertukar tempat, dengan alasan Arsen yang menurut Airlen tak masuk akal. Buktinya, hingga satu minggu ini saat keduanya bertukar suara, Arsen hanya akan mengatakan hal yang sama dan sama lagi, sama seperti yang diucapkannya kali ini.
("Tapi aku masih belum ada menemukan satupun bukti jika kita ini memang kembar.")
"Masih tentang hal itu? Sudah kukatakan__"
("Tapi ada satu lagi fakta yang membuat ku semakin yakin jika aku juga adalah anak dad Arkhan.")
"Benarkah? Apa?" tanya Airlen dengan mengernyitkan dahi.
("Kita berdua sama-sama alergi kacang.")
"Darimana kau tau?"
("Waktu aku pertama kali ke dapur, aku melihat banyak sekali stok kacang di sana. Dan iseng-iseng aku bertanya kenapa aku tak pernah melihat dad Arkhan memakan kacang, padahal banyak sekali kacang di dapur. Dan jawaban dad Arkhan membuat aku semakin yakin jika kita sedarah.")
"Ya ampun Arsen... Itu tidaklah membuktikan jika kita memang anak satu ayah. Banyak di luaran sana anak yang alergi kacang, apa mereka semua yang alergi kacang akan mengklaim diri mereka adalah anaknya dad Arkhan? tidak mungkin bukan..! Aku saja yang sudah nyata adalah anak kandungnya tidak ada tuh yang namanya alergi kacang, justru aku sangat menyukai kacang," jelas Airlen panjang lebar.
("Iya juga sih... Tapi bisa saja kan__")
"Eh, ada yang menghubungi nomor mu Arsen!" sela Airlen tiba-tiba dengan seruan.
("Menghubungi ku? Siapa?")
"Disini tertulis Davidson Elektro," ucap Arsen membaca tulisan yang tertera di gedget milik Arsen. "Apa kau berhubungan dengan salah satu perusahaan kami?" sambungnya dengan pertanyaan yang semakin membuat dirinya curiga akan sketsa waktu itu.
("Astaga, aku lupa!! Jangan, jangan diangkat,") ucap Arsen diseberang sana dengan heboh.
"Baiklah, tapi kenapa?"
("Kita bertukar hari ini saja.") putus Arsen dan tak memperdulikan pertanyaan dari Airlen.
"Hah?? Kenapa mendadak sekali?! Kau kira gampang apa? Atau kau memiliki pintu ajaib yang bisa tring... Langsung sampai, gitu?!" cerca Airlen. "Kau selalu mengatai ku bodoh, tapi sekarang giliran ku yang akan mengatakannya. Kau bodoh Arsen, kau stupid, kau__"
("Cukup! Seharusnya kau memikirkan bagaimana caranya agar kita bisa secepatnya bertukar tempat. Tapi kau justru mengejekku! Cepat, cari solusinya,") Arsen menyela ucapan Airlen karena saat ini fikirannya tengah bercabang, antara tentang si penelpon itu dan bagaimana caranya agar bisa secepatnya kembali bertukar tempat.
Alasan Arsen mendadak ingin bertukar tempat, itu karena Arsen tak ingin rahasianya sampai terbongkar jika ada yang sampai mengangkat dan berbicara dengan si penelpon itu.
"Kenapa aku! Seharusnya kau yang harus mencari solusinya, karena kau yang memaksa untuk tetap bertukar tempat waktu itu," sanggah Airlen.
("Huuh! Kau memang bodoh, Airlen.")
"Kau!!!"
("Secara tidak langsung kau telah mengakui jika kau itu memang bodoh. Tak bisa berfikir dan mencari solusi kecil semacam ini saja.")
"Baiklah, jika kau memang pintar... Kau sajalah yang mencari solusi. Dan karena aku bodoh, jadi aku tidak ingin ikut campur," ucap Airlen dengan senyuman miring tersungging di bibirnya.
("Airlen!!")
"Ya.. Itu namaku."
("Kau... Kau tak asyik.")
Airlen hanya mengedikkan bahunya tak lagi membalas ucapan Arsen.
beberapa saat setelah saling diam...
"Aha..!! I have an idea!" seru keduanya secara bersamaan.
***