NovelToon NovelToon
Terpikat Pesona Suami Brondong

Terpikat Pesona Suami Brondong

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / CEO / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.

Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.

Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.

Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 4

Akmal masih tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya, kalau perempuan yang diselamatkannya dan rencananya akan dinikahinya secara paksa adalah seorang polwan. Belum apa-apa sudah berpikir yang aneh-aneh.

”Kalau gue jadi menikah dengannya terus gue melakukan kesalahan bisa-bisa gue ditembak olehnya bisa-bisa mampus, tinggal nama, beban hidup dan dosaku.” Akmal membatin was-was.

“Jadi ibu seorang polwan toh, kalau begitu apa jaminannya ibu tidak bakalan melanggar perjanjian kalau kalian akan menikah satu bulan kedepannya?” Tanyanya pak RT.

“Bapak bisa membuat surat perjanjian agar kami bisa tandatangani kalau kalian meragukan ucapanku,” balasnya Erina yang tubuhnya sudah panas dingin kepalanya semakin nyut-nyutan.

Akmal hanya terdiam mendengarkan apa yang mereka katakan. Perangkat RT segera membuat surat perjanjian bermaterai agar ada kepastian hukum yang mengikat perjanjian mereka.

“Silahkan ditandatangani, Bu Polwan dan Pak Akmal,” pintanya pak Ridwan.

Erni secepatnya menandatangani kontrak perjanjian mereka dengan terpaksa. Daripada diarak keliling kampung tanpa memakai pakaian apapun adalah hal yang akan mencoreng nama baik keluarga besarnya. Jadi jalan terbaik hanya menikah saat ini yang terlintas di pikirannya.

“Ya Allah apa kisah hidupku akan berakhir dengan seorang polwan? Bagaimana nanti malam pertama kami jangan-jangan dia malah menodongkan senjatanya ke kepalaku?” monolognya Akmal.

Jari jemarinya sampai tremor gemetaran ketika Akmal menandatangani surat pernyataan perjanjian, kalau satu bulan dihitung mulai sekarang dan kedepannya mereka harus dan wajib menikah.

“Bismillahirrahmanirrahim,” gumamnya sebelum membubuhkan tanda tangan ke atas kertas tersebut.

Semua warga masyarakat yang hadir beserta pak RT dan istrinya pun turut menandatangani kontrak perjanjian itu sebagai pihak saksi.

“Baiklah kalian boleh pulang, tapi satu bulan kedepan kami semua akan mendatangi rumah kalian untuk melihat apa benar kalian berdua tidak ingkar janji kalau kalian mengingkari isi dari surat perjanjian tersebut kalian pasti paham kan dengan konsekuensinya,” ujarnya pak Ridwan selaku pak RT setempat.

Keduanya hanya mengangguk pasrah dan tidak punya kekuatan lagi untuk memprotes keputusan tersebut apalagi untuk menolaknya.

Keduanya pun berpamitan pulang setelah berbicara panjang lebar dan sepakat kalau satu bulan dari sekarang adalah tanggal pernikahannya. Kendaraan mereka pun sudah terparkir di depan rumah pak RT berkat bantuan beberapa warga masyarakat.

Erina sedikit berjalan sempoyongan karena pandangannya sedikit gelap dan berkunang-kunang.

“Ya Allah kenapa kepalaku pusing banget, keningku juga panas. Apa gue bakal demam?” gumamnya seraya meraih handle pintu mobilnya.

Belum kebuka pintu mobil berwarna merah itu, tubuhnya ambruk ke atas aspal. Semua orang kembali dibuat panik melihat Erina jatuh tak sadarkan diri.

“Ibu Polwan!”

“Mbak Erina!”

Teriak sebagian orang-orang yang belum pulang yang masih ada di sekitar rumah pak RT.

Akmal yang kebetulan berada paling dekat langsung gerak cepat menolongnya.

“Masukkan ke dalam mobilnya! Kamu bisa kan mengendarai mobil?” Tanyanya Pak RT.

“Insha Allah saya bisa pak, tapi gimana dengan motorku kalau saya pakai mobil?” Akmal malah memikirkan motornya disaat genting seperti saat ini.

“Tenang saja, motormu pasti aman di rumah kami. Yang perlu kamu perhatikan adalah saat ini harus membawa ibu Polwan ke rumah sakit agar secepatnya mendapatkan pertolongan,”

Akmal bersama ibu-ibu mengangkat tubuhnya Erina ke dalam jok kursi penumpang bagian belakang. Akmal tidak ingin Erina digotong oleh seorang pria. Belum apa-apa Akmal sudah posesif yah readers tidak mengijinkan calon istrinya disentuh oleh lelaki lain.

“Saya pamit kalau begitu Pak, assalamualaikum,”

“Waalaikum salam,” Akmal cepat-cepat mengemudikan mobilnya Erina menuju salah satu rumah sakit swasta terdekat.

Sesampainya di rumah sakit Akmal mondar mandir kesana kemari mengurus surat-surat administrasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan penanganan medis untuk Erina.

“Ini surat-suratnya Mbak, tolong ditangani secepatnya!” Perintah Akmal.

“Terima kasih Pak, insha Allah istrinya bapak pasti baik-baik saja,” balasnya Pegawai itu.

Akmal melongo keheranan mendengar ucapan pegawai itu yang menganggap kalau Erina adalah istrinya. Akmal hanya ber o saja tanpa berniat untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

Akmal duduk di kursi tunggu di depan pintu UGD, penampilannya tampak kacau. Dia sesekali menghela nafasnya dengan gusar.

“Ya Allah bagaimana caranya gue berbicara dengan ayah sama Bunda? Pasti mereka akan mengira gue sudah nakal dan bertindak diluar batas,” gumamnya.

Lamunannya terganggu ketika telpon genggam milik Erina yang kebetulan dipegangnya bergetar di saku celananya.

“Astaghfirullahaladzim bikin kaget saja ini benda!” gerutunya sambil merogoh sakunya.

Akmal mengerutkan keningnya melihat nama yang tertera di layar benda pipih itu.

“Mama,”

“Apa gue angkat saja yah? Kalau gue angkat terus mamanya, bu polwan marah-marah dan menuduhku yang tidak-tidak tentu saja semakin berabe masalahnya,” cicitnya Akmal sambil memandangi ponselnya Erina yang layarnya masih menyala.

Berulang kali menimbang dan memikirkan apa yang seharusnya diperbuatnya dan akhirnya tanpa sengaja dia malah menekan tombol hijau.

Akmal tidak memperhatikan dengan seksama layar ponsel itu yang sebenarnya melakukan panggilan video.

“Assalamualaikum Nak, kamu di mana sayang kok nggak pulang? Apa kamu baik-baik saja atau kamu langsung ke kantor?” Tanyanya seorang perempuan paruh baya masih kelihatan cantik dan awet muda di usia senjanya.

“Masya Allah ibu ini cantik banget pantesan ibu polwan cantik karena mamanya juga cantik ini mah namanya good looking anak Mama semuanya berparas rupawan nan ayu,” batinnya Akmal yang keseringan bertingkah di luar nurul.

“Halo, maaf Nak kamu siapa kok kamu yang angkat teleponnya putriku?” Tanyanya ibu itu lagi yang keheranan melihat wajahnya Akmal ketika kamera menyorot ke arah wajahnya.

Akmal jadi salah tingkah padahal niatnya ingin ngumpet tidak mau memperlihatkan wajahnya, malah tanpa sengaja dia mengarahkan kamera ponsel tersebut tepat ke wajahnya.

Akmal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu,” hehe! A-pa a-nu itu ibu Polwan sedang sakit Bu kami saat ini ada di rumah sakit.”

“Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un, astaghfirullahaladzim kenapa bisa putriku masuk rumah sakit,” keluhnya perempuan itu.

“Untuk lebih jelasnya silahkan datang ke rumah sakit X, saya akan mengirimkan alamatnya ke nomornya ibu,” imbuhnya Akmal.

Sambungan teleponnya pun terputus layar ponsel itu langsung kembali ke layar semula dan memperlihatkan foto wajah sang pemilik hp yang cukup cantik membuat Akmal tak bosan-bosannya memandangi wajah cantik itu.

“Subhanallah ademnya melihat wajahnya calon bidadari surgaku,” ceplosnya Akmal.

“Maaf Pak, istrinya bapak sudah kami pindahkan ke perawatan VIP,” imbuhnya seorang laki-laki berpakaian seragam perawat khas rumah sakit tersebut.

Akmal mendongak menatap ke arah suster yang baru saja datang. “Oh iya makasih banyak Sus, ngomong-ngomong ruangannya di mana?”

“Ikuti saja arah jalan koridor ini terus diujung sana ada lift bapak belok kanan setelah itu bapak pasti ketemu ruangannya asalkan bapak tidak keliru,” jelas perawat itu.

Akmal berjalan ke arah tempat yang telah dijelaskan oleh perawat itu sambil menenteng tas selempangnya Erina.

Berselang beberapa menit kemudian…

Kedua orang tua dan adiknya Erina mendatangi rumah sakit tempat putri sulungnya dirawat.

Pintu ruangan perawatan VIP itu terbuka lebar dan masuklah seorang ibu-ibu yang kemungkinan besarnya adalah mamanya Erina, dua gadis muda yang tak kalah cantik dengan Erina sang calon istri dan juga seorang lelaki dewasa berpakaian seragam polisi.

“Semua anaknya wajahnya good looking. Ini namanya bibit unggul nggak sih?” pujinya Akmal.

Akmal kembali dibuat deg degan dan nervous melihat polisi yang kelihatannya berpangkat tinggi.

“Ya Allah apa gue bakal dipenjara dulu sebelum menikahi polwan cantik ini?” gumamnya.

“Ya Allah kakak Erina kenapa bisa seperti ini apa yang terjadi sebenarnya?” tanyanya Esra.

“Kami kira lagi happy-happy dengan Mas Dimas malah terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit. Tapi ngomong-ngomong pria itu dimana kok nggak kelihatan batang hidungnya?” cerca Elma adik bungsunya.

Ibu Rasmi dan Pak Irfan Wijaya Kusuma pria berpangkat jenderal itu memperhatikan sekitarnya dan pandangan mereka tertuju pada satu sosok pria muda berusia 19 tahun duduk di salah satu sofa.

“Maaf apa kamu yang tadi mengangkat teleponnya putri kami?” Tanyanya lembut Bu Rasmi.

Akmal spontan mengangguk,” iya Bu benar sekali saya orang yang mengangkat teleponnya Bu Polwan.”

“Kenapa kamu yang menemani putriku, dimana tunangannya yang bernama Dimas Satya Wiguna?” Tanyanya Pak Irfan dengan suara khasnya yang tegas dan sedikit bariton membuat nyali Akmal menciut.

Akmal menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya sebelum berbicara karena tiba-tiba tubuhnya tremor, jantungnya berdebar-debar hanya ditatap seperti itu oleh seorang pria berpakaian polisi.

Akmal pun mulai menjelaskan kronologis kejadian dari awal pertama kali melihat apa yang dilakukan oleh Erina hingga mereka digrebek sampai dipaksa harus menandatangani perjanjian pernikahan.

Tetapi, hal-hal yang seperti berpelukan dan memberi nafas buatan melalui mulutnya sengaja terlewat tidak disebut karena dia takut orang-orang berpikiran negatif dan aneh-aneh padanya. Terutama melihat cup milik Erina yang transparan karena kemejanya Erina yang basah sehingga tembus pandang.

Apalagi saat ini tatapan semua orang tertuju padanya yang membuatnya terus berdzikir dan beristighfar dalam hati.

“Astaghfirullah hal adzim, Allahu Akbar lailahaillallah, subhanallah, Alhamdulillah.” batin Akmal.

“Apa kalian akan menikah!? Itu tidak mungkin!?” Teriaknya Esra dan Elma bersamaan.

1
Nurul cahyani
kuis kali
Karmila
hahaha kaget
Karmila
cowok makondo
nuraeinieni
kwkwkw,,,ada saja arshaka,,,tuh ibu yg punya warung udah jelaskan tuh,,kalau yg bersayap itu lebih bagus.
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: haha maklum kagak pernah beli malah beli demi istri 🤣
total 1 replies
Zaini
sabar
nuraeinieni
adem juga hati kalau ipar dan mertua baik dan mau mengajari memasak.
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ga kayak author nya ehh malah curhat 🤣😂
total 1 replies
nuraeinieni
ya allah kasian erina,,,ternyata trauma dgn sura petasan dan kembang api karna kejadian masa kecilnya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Fitry Resky Nero
hahaha 😂
Inha Khaerunnisa
gawat darurat kalau gini
Inha Khaerunnisa
Badas juga Bu polwan
Inha Khaerunnisa
semoga samawa pengantin baru
Inha Khaerunnisa
sederhana tapi megah dan mewah yah
Inha Khaerunnisa
anak yang baik
Fia ismail
dasar wanita licik Lo
Fia ismail
kayaknya Nafisa sama Bu Ranti
Fia ismail
seharusnya cemaskan dirimu sendiri bukan motore
Fia ismail
anak pinter
Fia ismail
meminta wejangan bagus
Asrianty Qira irwan
hari ini ngomong tua besok pasti cinta
Asrianty Qira irwan
gak bunuh diri tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!