"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Sagara berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana bahannya, pria itu berjalan di depan Laura, sedang gadis itu tengah celingukan.
"Baby, itu bagus. Kamu mau?" Tanya Sagara sambil menunjuk melihat tas yang terpajang.
"Kita niatnya kan mau ke supermarket, Dad."
"Tidak ada salahnya sekalian membeli barang yang kamu mau, baby."
"Yaudah, aku mau sepatu buat kerja." Jawab Laura. Sagara menganggukan kepalanya, dia mengulurkan tangannya dan Laura segera menggenggam tangan besar itu. Dia mendongak sambil tersenyum dan keduanya berjalan menuju ke salah satu toko sepatu.
Tapi saat akan masuk ke dalam toko itu, Laura malah tak sengaja berpapasan dengan seseorang yang membuatnya merasa sebal.
"Eehh, kita ketemu disini.." Ucap seorang perempuan, tapi Laura tak berminat untuk menanggapi.
"Siapa, babe?" Tanya Sagara, melihat ekspresi wajah Laura, pria itu tahu kalau ada sesuatu yang tak beres dengan gadisnya.
"Hallo, Om ganteng." Sapanya dengan genit. Laura jelas bereaksi melihat hal itu di depan matanya.
"Dih, ganjen banget anjir."
"Aku Calista, kakaknya Laura. Salam kenal.." rupanya itu adalah kakak tiri Laura, pantas saja gadis itu bersikap datar dan dingin padahal perempuan itu menyapanya dengan senyuman, tapi senyuman sinis.
Dengan percaya diri, perempuan itu mengulurkan tangannya pada Sagara, tapi pria itu tidak berminat apalagi tertarik untuk menerimanya, dia malah mengernyitkan keningnya dengan heran saat melihat perempuan itu terlihat antusias saat bertemu dengannya.
Sadar tak mendapatkan respon, Calista menarik kembali tangannya dan menyembunyikan tangannya ke belakang punggungnya.
"Babe.."
"Aku gak mood lho sekarang, Dad." Jawab Laura sambil mendengus.
"Kita cari toko yang lain ya.." bujuk Sagara, Laura mengangguk dan keduanya pun pergi tanpa menghiraukan perempuan yang terlihat kesal itu.
"Ganteng juga, lihat saja Laura, aku akan merebutnya dan menjadikannya milikku. Aku berjanji, akan membuatnya bertekuk lutut padaku." Calista mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dia marah karena Laura berhasil mendapatkan pria kaya dan tampan.
Menjadi ani-ani bukanlah hal baru bagi Calista, bahkan Laura saja sudah tahu sejak lama. Dia sering ngamar bersama om-om kaya yang berani membayar mahal untuk jasa servisnya. Laura tahu, tapi dia diam karena tak ada gunanya juga memberitahu orang rumah tentang kelakuan perempuan itu, toh tak akan ada yang percaya padanya karena Calista adalah anak kesayangan di rumah itu.
"Dia kakak tirimu, baby?"
"Heem, ani-ani kabupaten." Jawab Laura dengan jutek. Tidak tahu, tapi dia tidak suka saat kakak tirinya itu terlihat genit pada Sagara, kesal sekali rasanya. Apa ini cemburu ya?
"Ani-ani?"
"Iya. Jangan tergoda, awas aja."
"Kalau dia ani-ani, berarti udah gak virgin lagi dong. Daddy suka yang original, gress bukan second." Jawab Sagara yang membuat Laura mendelik.
"Halah, cowok kalo diliatin cewek telanj*ng, tetep aja nafsv."
"Daddy berbeda kok, gak sembarangan nafsv juga." Jawab Sagara sambil tersenyum, dia merangkul pinggang Laura dan membawanya masuk ke dalam toko sepatu.
"Silahkan, ambil apapun, manapun yang kamu mau, baby."
"Sama tokonya boleh?"
"Boleh, kamu mau?"
"E-eehh, nggak kok bercanda." Jawab Laura. Dia harusnya sadar kalau pria yang berdiri di sampingnya ini bukanlah pria biasa, kata Lily dia tajir melintir, uangnya takkan habis sampai tujuh turunan, tujuh tanjakan. Katanya. Laura tidak tahu, sekaya apa pria ini. Tapi dari gaya hidup dan barang yang dimiliki dan dipakainya, mencerminkan bahwa dia memang orang berada.
Laura berjalan pelan sambil melihat-lihat sepatu yang tertata begitu rapi di etalase. Pria itu juga mengikuti langkah gadisnya dari belakang.
"Ini bagus, babe."
"Aku mau sepatu buat kerja, Dad. Bukan sepatu buat labrak pelakor." Jawab Laura yang membuat Sagara tertawa, pasalnya dia menawarkan sepatu dengan hak yang cukup tinggi dan dihiasi semacam duri-duri yang membuatnya nampak mengerikan. Cocok sekali untuk menggeplak pelakor.
"Kamu harus punya persediaan, babe. Barangkali perempuan macam tutul tadi menggoda Daddy, bisa kamu pukul bolak-balik pake ini."
"Perempuan macan tutul?"
"Iya. Kek ondel-ondel.."
"Daddy.."
"Kenapa? Yang Daddy bicarakan itu kenyataan. Make up-nya, khas ani-ani." Celetuk Sagara. Ternyata, pria ini julid juga. Lucu sekali. Selain Lily, sekarang Laura memiliki partner ghibah baru. Biasanya, laki-laki akan jauh lebih julid dibanding perempuan. Mulutnya jauh lebih pedas dibanding sambel seblak level lima.
"Iya iya, terserah Daddy lah." Laura pasrah, dia menyerah. Biarkan saja mulut Sagara mengatakan apapun yang dia inginkan.
Singkatnya, Laura pun menemukan sepatu yang cocok untuknya bekerja. Tapi, tentu saja tidak hanya satu pasang saja, Sagara mengambil beberapa pasang sepatu lagi untuk Laura dan akhirnya, belum belanja bulanan ke supermarket, tapi tangannya sudah menenteng beberapa paperbag berisi sepatu.
"Aduhh.." Laura menggelengkan kepalanya, jujur saja dia pusing dengan tingkah Mas-mas kaya raya satu ini.
"Ayo kita beberapa kebutuhan kita, babe."
"Iya, Dad." Jawab Laura. Keduanya pun berjalan-jalan di supermarket, mengambil kebutuhan-kebutuhan yang sudah habis di apartemen. Baik cemilan, buah, sayur, daging dan beberapa keperluan lainnya. Cukup lama keduanya belanja bersama disana, sampai akhirnya keduanya pun menyelesaikan semuanya. Sagara membayar belanjaannya dan keduanya pun segera pulang karena Laura mengeluh kakinya sakit.
Sagara lupa, kalau kaki Laura terluka karena ulah ibu tirinya, bahkan kakinya masih memerah dan lebam di banyak titik.
"Masih sakit kakinya, babe?" Tanya Sagara.
"Tidak terlalu.."
"Besok mau kerja?"
"Iya, aku gak enak sama Miss Claryn kalau aku gak kerja."
"Tapi kakimu masih sakit, babe."
"Masih bisa dipaksakan, gapapa kok."
"Baiklah, tapi kalau ada apa-apa segera hubungi Daddy. Oke?" Laura mengangguk mengiyakan ucapan Sagara. Tidak sulit, ponselnya sekarang sudah ada kuota 24 jam, unlimited selama satu tahun. Sagara yang mengisi kuota nya agar dia bisa dengan mudah menghubungi gadisnya kapan saja.
Beberapa waktu kemudian, akhirnya Laura bisa merebahkan tubuhnya di atas ranjang dia menghela nafasnya sambil mengusap-usap kakinya yang terasa sakit. Dia sudah menata barang-barang hasil buruannya dan Sagara di supermarket tadi, sekarang dia hanya perlu beristirahat. Makan malam pun sudah, Sagara mengajaknya makan di luar tadi, biar sekalian katanya.
"Kamu lelah, baby?"
"Sedikit, Daddy."
"Mana yang sakit? Biar Daddy pijat."
"Tidak usah, Daddy. Aku baik-baik saja kok.." Laura tersenyum hingga kedua matanya menyipit lucu sekali. Sagara pun beranjak dari duduknya setelah mendapat penolakan dari Laura, dia bergegeas membersihkan tubuhnya dan berpakaian. Tapi, kali ini Sagara hanya memakai celana pendek selutut saja, atasannya? Tidak ada.
Laura yang baru pertama kali melihat hal itu pun merona seketika, jujur saja ini pengalaman pertamanya melihat roti sobek secara langsung. Semua yang dia lakukan bersama Sagara, itu pertama kalinya dalam hidupnya. Dia tak pernah melakukannya dengan siapapun kecuali dengan Sagara dan dia adalah pria yang berhasil mengambil semuanya untuk pertama kali dari Laura.
"Tidurlah, beristirahat."
"Iya, Daddy."
"Besok, kita berangkat bersama. Oke?"
"Iya, Dad." Balas Laura. Dia pun merebahkan tubuhnya dan menyamankan posisinya, Sagara memposisikan satu lengannya sebagai bantal untuk Laura tidur. Dia memeluknya dan keduanya pun larut dalam tidur yang nyenyak malam itu.
lanjut Thor dobel Napa Thor...