Luna,panggilan untuk gadis manis berhidung mancung tersebut.terbiasa hidup sederhana sejak kecil membuatnya jadi sosok yang mandiri,karna ia tinggal bersama bibi dan paman nya.
siapa sangka tiba-tiba ia harus menikah, karna paman nya terlilit hutang.
bagaimana kelanjutannya?
akankah Ghaluna bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liburan ke Blitar
Keluarga Naura dan Vano hari ini akan terbang ke Jawa Timur. Liburan mendadak ini di atur oleh Vano. Awalnya mommy belinda dan Daddy Arga menolak keras, tetapi setelah mendengar alasan Vano ke Jawa timur, akhirnya mereka setuju.
Mobil yang di naiki keluarga Vano dan Luna tiba di bandara. Mereka hanya menunggu waktu keberangkatan, karena telah check-in secara online.
Vano dari tadi melihat Luna yang hanya diam saja. Dia tahu, kekasihnya ini sedang marah, karena kepergian mendadak ini, apalagi sebentar lagi mereka akan menikah. Pasti nanti akan berkali lipat rasa lelahnya.
“Sayang udah dong ngambek nya. Aku janji, setibanya kamu di sana, aku akan bikin kamu bahagia. Aku juga punya kejutan Lo buat kamu.’' ucap Vano panjang lebar tapi tak di tanggapi Luna.
Sedang Aldo dari jarak dekat menahan tawanya, melihat sang sahabat di anggurin.
Sementara di sebelahnya, Sila ngobrol dengan mommy Belinda. Ide mengajak Sila ini dari Vano juga, demi sang tunangan ada teman se frekuensi bila di ajak cerita.
.
.
1 jam 36 menit kemudian, mereka telah tiba di Banda Juanda Surabaya. Di sana, mereka telah di tunggu oleh supir dari keluarga jauh Vano atau adiknya Daddy Arga. Malam ini mereka akan menginap di desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, Blitar.
Arya, adiknya Daddy Arga atau Om nya Vano, tidak ingin keluarga nya ini menginap di hotel. Demi menghargai Arya, mereka semua ikut ke rumahnya.
Beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di kediaman Arya. Mereka di sambut dengan sangat baik.
“Makasih Om sudah mau merima kami semua dan menjamu kami sedemikian rupa. Maaf sudah merepotkan’’ ucap Vano tidak enak.
“Ah kamu kayak sama orang lain saja. Aku ni Om mu toh!, sudah sewajarnya aku dan keluargaku menyambut kalian. Apalagi kalian ini sangat jarang main ke Blitar.’’ balas Arya dengan logat jawanya.
“Kedatangan kami ke sini, selain untuk berlibur. Kami juga ingin sekeluarga untuk hadir di pernikahan Vano dan luna.’’ timpal mommy Belinda.
“Oalah, pantesan toh kalian kesini. Insyaallah akan aku usahakan datang nggeh mbak yu’’ ucap Arya.
“Wajib Ar, kamu satu-satunya Oom nya Vano. Kebun coklat mu kan bisa di titipkan dulu sama adik istrimu_’’ timpal Daddy Arga.
“Aku ni loh mengajakmu bukan sebagai tamu, tapi sebagai tuan rumah. Kamu harus datang 3 hari sebelum hari H nya’’ lanjutnya lagi.
“Nggeh-nggeh kang. Aku pasti datang to. Yo wes, sebaiknya kalian istirahat dulu barang sebentar. Nanti sore aku akan ajak kalian keliling di kampung coklat.’’ ucap nya.
“Oh ya? ... Jadi kampung coklat itu di Desa sini ya Om?’’ kali ini Luna yang malah antusias. Jiwa explore nya seakan menyala.
“Iya, jarak beberapa rumah saja dari rumah Om.’’ jawab Arya.
Luna mengangguk saja. Seakan lihat lelah nya. benar kata Vano, jika Dia akan buat Luna bahagia jika ke sini, Pikir Luna.
Bi Fitri, mommy belinda dan Valery sedang membantu istri Arya membuat makanan khas Blitar. Sambil sesekali ngobrol seputar perempuan dan rencana pernikahan Vano.
.
*
“Oom tau desa kolo Mayan?’’ tanya Vano.
“Tau lah, nggak seberapa jauh dari desa ini. Ono opo to Van?’’ Arya jadi penasaran.
“Ada nggak salah satu warga yang bukan berasal dari sana...? Seorang pria duda gitu?’’ tanya paman Hari.
“Sepertinya ada. Aku Luman juga banyak kenal warga desa itu. Nanti aku akan tanyakan pada teman ku pemilik kampung coklat itu.’’ balas Arya.
“Sebaiknya begitu. Dari pada kita menebak.’’ Daddy menimpali.
Semakin penasaran lah Arya, tapi tidak ingin terlalu kepo.
.
.
*****
Seorang pria paruh baya, sedang menghitung hasil penjualan pupuk dan bibi tanamannya.
Fajar. Kini dia tidak lagi kerja bangunan seperti beberapa tahun dahulu. Sekarang dirinya mulai mendulang kesuksesan. Di Blitar ini, dia mempunyai beberapa toko yang menjual pupuk dan bibit tanaman. Tidak hanya bibit tanaman lokal, dirinya juga menjual bibit dari luar negeri. Keahliannya ini sesuai dengan jurusan yang dirinya ambil saat kuliah dulu.
Meskipun terlihat tenang, sebenarnya, hati pria ini begitu rapuh. Merindukan anak dan mantan istrinya yang telah lama terpisah. Fajar berharap, baik mantan istri dan anaknya selalu di lindungi di mana pun. Dirinya bekerja keras siang malam, hingga sampai di titik ini, bukan ingin melupakan keduanya, dirinya berniat mengumpulkan uang, supaya Tuan Ivander bisa menerima nya.
“Mas, mas fajar? Kok bengong sih. Aku loh dari tadi ngajak mu bicara. Aku bertanya pupuk yang itu berapa harganya?’’ tanya Mona.
“Yang itu bisa beli kiloan loh ya?... Ini harga nya perkilo 50ribu.‘‘ jelas Fajar.
Mona mengulurkan lembaran uang 50 ribu ke Farhan.
Saat akan mengambil uang dari tangan Mona, Farhan sudah bisa membaca situasi, karena wanita ini biasanya akan mengelus tangannya. Seperti pertama kalinya dulu. Tapi kini fajar telah hafal dengan wanita ulat bulu ini.
Mona mengerucutkan bibirnya kesal. Karena gagal untuk yang ke sekian kalinya untuk menarik perhatian pria idamannya. Siapa yang tidak terpesona dengan duren ini. Walaupun umur tidak lagi muda, tapi wajah awet muda nya tak lekang oleh waktu.
Sementara dari kejauhan, seorang wanita tersenyum hambar melihat kedekatan mantan suami nya dengan wanita lain.
*****
Luna dan Sila sedang mengelilingi kebun coklat
Disana mereka di sajikan dengan suasana yang menyejukkan dan tenang. Suasana yang sangat asri. Rasa nya mereka sangat betah berlama-lama disini. Jika di jakarta hanya akan di kelilingi bangunan bertingkat dan polusi, disini mereka sangat di manjakan karena udara segar ini.
Kebetulan hari ini tidak banyak pengunjung. Disini juga di sediakan coklat yang sudah di olah. Seperti coklat panas, coklat batangan, permen coklat, dan aneka olahan coklat lainnya.
“Bagaimana keadaan Ibu Sil?’’ tanya Luna.
"Alhamdulillah baik.’’ jawab Sila singkat. Membuat Luna curiga.
“Biasanya kamu sama Aldo sperti kucing dan guguk. Tumben diem!?’’ Luna memancing sahabatnya ini.
“Nggak, perasaan kamu aja kali. Aku sama dia biasa aja kok. Teman seperti biasanya.’’ jawab Lisa mencoba terlihat biasa saja.
.
.
.
“Apa kecelakaan?’’
Yuk, mampir di ceritaku
Dosen Licik terobsesi padaku ᐛ
semoga setelah ini ada karya yang lain juga