NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Permintaan Maaf Roha

Dua hari setelah kepulangan Hafsa, Umi Zahra akhirnya keluar dari rumah sakit. Kata dokter, kesembuhan Umi Zahra seperti keajaiban. Gairah hidup Umi Zahra yang semula menghilang kembali lagi setelah mengetahui sang menantu dan putranya berbaikan. Dan gairah hidup itulah yang berpengaruh besar untuk kesembuhan Umi Zahra.

Hafsa mendorong pelan kursi roda Umi Zahra keluar dari rumah sakit. Memapah pelan-pelan mertuanya masuk ke dalam mobil.

"Terimakasih Nduk," Umi Zahra menggenggam tangan Hafsa sepanjang perjalanan pulang. "Terimakasih sudah percaya sama Sahil,"

Hafsa tersenyum. Peran Umi Zahra juga amat penting, alasannya kembali juga karena tidak tega melihat Umi Zahra yang terbaring sakit.

Sampai di Darul Quran, Hafsa cepat-cepat membawa sang mertua masuk ke kamar. Meskipun sudah sehat, Umi Zahra masih butuh waktu untuk pulih seperti sediakala.

"Terimakasih sudah mau merawat Umi," ujar Gus Sahil saat mereka membongkar barang bawaan dari rumah sakit. "Aku nggak tahu harus gimana lagi kalau nggak ada kamu,"

"Sudah kewajiban saya Mas Gus," Hafsa kini sudah kembali memanggil suaminya dengan panggilan sayang, tanda sudah berdamai. "Saya kan menantunya Umi, sudah pasti harus mengurus Umi."

Gus Sahil mengangguk-anggukkan kepala. Perasaannya jauh lebih tenang dari hari-hari sebelumnya. Dia bahkan sempat bercukur dulu sebelum menjemput Umi Zahra pulang tadi. Wajahnya pun jadi terlihat lebih segar.

"Assalamu'alaikum.." suara seorang wanita membuat mereka berdua serentak menghentikan aktivitas beres-beres, kemudian menoleh ke asal suara. Baik Hafsa maupun Gus Sahil sama-sama terbelalak kaget melihat siapa yang datang.

"Mbak Roha?" desis Hafsa lirih.

...----------------...

"Maafkan saya Umi," Roha sudah setengah jam berlutut di depan Umi Zahra. Berulangkali meminta maaf sembari menangis sesenggukan.

"Bukan salahmu Nduk," Umi Zahra mengelus-elus rambut Roha.

"Saya tahu saya tidak tahu diri. Seharusnya saya segera mengakhirinya saat mulai kelewat batas. Saya benar-benar minta maaf Umi. Saya menyesal,"

Hafsa berdiri di ambang pintu kamar Umi Zahra sembari berkali-kali menghembuskan napas panjang. Sementara Gus Sahil memilih untuk pergi, ia tahu keberadaannya hanya akan menambah kacau keadaan.

"Ning, saya minta maaf Ning." Roha kemudian merangkak menghampiri Hafsa, bersimpuh di kakinya. "Maafkan saya sudah menyakiti hati njenengan,"

"Iya mbak, saya maafkan." Hafsa sekuat tenaga mencoba mengangkat tubuh Roha agar berdiri. Dia tidak enak hati melihat gadis itu bersimpuh di kakinya. "Sudah mbak, sudah. Jangan begini, ayo berdiri."

"Umi minta maaf karena sudah mengeluarkan kamu dari abdi ndalem," Umi Zahra berkata lirih. "Tapi Umi lakukan itu demi kebaikan bersama,"

Sembari terisak, Roha mengangguk-anggukkan kepalanya. "Saya mengerti Umi. Saya tidak apa-apa. Saya memang pantas dihukum seperti itu,"

"Umi tahu itu semua bukan sepenuhnya salahmu Ha. Tapi tetap saja, saat ini perasaan Hafsa selaku istri Sahil lebih penting. Umi ingin kamu segera mengakhiri urusanmu dengan Sahil,"

Roha kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. "Saya sudah mengakhiri hubungan saya dengan Gus Sahil Mi. Saya juga akan segera menerima lamaran Kang Alwi. Saya akan segera pergi dari pondok ini,"

Hafsa menundukkan kepala. Ah, dia jadi ingat percakapan Roha dengan Kang Alwi tempo hari. Bukankah Roha ingin tetap tinggal di Darul Quran bahkan setelah menikah? Gara-gara kejadian itu, pada akhirnya dia memilih pindah karena tidak ingin menjadi pengganggu.

Tapi Hafsa juga mengerti keputusan itu. Karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan jika masih ada Roha di sekitar mereka.

...----------------...

Gus Sahil keluar dari ndalem dengan terburu-buru. Kedatangan Roha barusan jelas membuat keadaan menjadi kurang nyaman. Daripada menambah masalah, ia lebih baik menghindar saja. Karena tidak ada tujuan lain, tempat yang ia tuju hanya di parkiran pesantren, tempat yang pasti ada Mabrur di sana.

"Loh, njenengan mau kemana Gus?" Seperti dugaan, Mabrur terlihat duduk-duduk di kursi panjang yang memang ada di sana. Mabrur melihat kedatangan Gus Sahil dengan tatapan penuh tanya, meski begitu tangannya masih sibuk memegang handphone. Dia sedang bermain game. Sedang war katanya.

"Nggak papa," Gus Sahil berucap sembari duduk di sebelah Mabrur.

"Ada apa to Gus?" Mabrur akhirnya menurunkan handphone saat melihat wajah gusar Gus Sahil. "Kok kaya habis ketemu hantu begitu?"

"Bukan hantu," decak Gus Sahil. "Tapi Roha."

"Oh.." Mabrur terlihat malas menanggapi, kembali mengutak-atik layar handphonenya.

Alis Gus Sahil terangkat. "Kok responmu cuma begitu?"

"Ya mau bagaimana lagi," Mabrur mengedikkan bahu. "Makanya Gus, pilih itu salah satu aja, jangan salah dua, nanti jadinya salah semua."

Gus Sahil yang merasa tersinggung melemparkan batu kerikil ke arah Mabrur, membuat bujangan itu mengeluh kesakitan.

"Pinter banget kamu ngomongnya Brur," sindir Gus Sahil kesal. Namun, raut wajah kesal Gus Sahil tidak berlangsung lama. Kedatangan seorang pria di depan mereka membuat ekspresi Gus Sahil seketika salah tingkah.

"Assalamu'alaikum Gus," suara berat Kang Alwi yang terdengar tegas membuat Gus Sahil gugup.

"Wa-waalaikumsalam.." Jawab Gus Sahil terbata-bata.

"Saya mau bicara sama njenengan," ucap Kang Alwi dengan wajah serius.

Gus Sahil menelan ludahnya. Ekspresi Kang Alwi membuat nyalinya ciut. Pasalnya, lelaki tinggi besar itu belum pernah menunjukkan raut wajah semarah itu. Atmosfer di antara mereka pun seketika berubah menjadi penuh ketegangan. Mabrur, yang merasa suasana menjadi tidak nyaman, dengan cepat beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan mereka berdua.

Kang Alwi menatap Gus Sahil dengan tatapan tajam, sepertinya siap untuk mengungkapkan sesuatu yang penting. Gus Sahil merasakan detak jantungnya semakin cepat, tidak yakin dengan apa yang akan diungkapkan Kang Alwi.

"Gus Sahil," ucap Kang Alwi dengan suara serius. "Saya sudah tahu semuanya. Saya dengar, njenengan minta Roha untuk menolak lamaran saya,"

Gus Sahil terkejut mendengar pengakuan tegas Kang Alwi. Wajahnya pucat dan tubuhnya kaku. Ia tidak bisa menyangkal atau berpura-pura tidak tahu apa-apa.

"Kang, saya.."

"Sudahlah Gus," potong Kang Alwi. "Yang lebih penting, saya tetap akan melaksanakan niat saya melamar Roha. Dan saya akan segera menikahinya dalam waktu dekat. Saya harap, njenengan tidak akan menjadi pengganggu dalam hubungan kami,"

Gus Sahil terhenyak. Mendengar kata 'pengganggu' disematkan padanya jelas membuatnya terpaku. Dia sama sekali tidak menyangka perbuatannya yang sembrono itu membuatnya dicap pengganggu oleh orang lain.

"Maafkan aku Kang," Gus Sahil berkata pahit. "SekaranG aku sudah mengakui kesalahanku, dan aku janji tidak akan pernah mengulanginya. Aku juga tidak akan menjadi pengganggu lagi dalam hubungan kalian."

"Syukurlah Gus," ujar Kang Alwi. "Kalau begini saya sudah tenang. Saya juga memohon doa dan restu njenengan,"

Gus Sahil menganggukkan kepala perlahan. Setelah itu, Kang Alwi segera meninggalkan Gus Sahil begitu saja.

...****************...

Terimakasih yang sudah mampir di lapak ini

Tinggalkan jejak dengan like ❤ dan komen

Love youuuuu😚

1
Nadiska Vika
Baik pokoknya
Nadiska Vika
/Cry//Cry//Cry/
Ari Sawitri
kapok .. emang gampang apa poligami? makan tuh karma 😏😏
Ari Sawitri
haha kena karma mereka karena menyia nyiakan istri pertama Gus Ilham .. Alhamdulillah Arum dpt kebahagiaan lain ..
Ari Sawitri
ya emang kamu hama pengganggu.. biasa nya pengganggu di novel cewek ini cowok dan katanya pandai ilmu agama 😏😏 payah
klu aku jd hafsa ogah balik lagi
Ari Sawitri
heran gelar aja Gus tp kelakuan kayak Cemen gt .. tau agama tp bego .. aku g suka karakter Sahil .. ga ad gentle sama sekali ga berprinsip
Ari Sawitri
betul banget 👍 lanjut Gus Ihsan
Dede Bleher
hebatnya adat jawa.
jd inget ya kita punya budaya.
jangan sampe budaya luhur warisan tergerus oleh budaya luar!
kita Muslim terapkan budaya dan doa!
jangan ikuti baby shower lah inilah itulah.
krna bayi Muslim itu sejak dlm kandungan di doakan terus!
Salsa Billa
emang boleh ya thor orang lain jadi wali ningkah, katanya selain saudara laki" dr pihak bapak gk boleh jadi wali ningkah, ini kok orng lain jadi wali thor
Rafanda Ziyyan
apa film hati suhita di angkat dari novel ini Tah? karena jalan ceritanya mirip?
Soraya
Safna sama ikhsan Roha sama Awil pas kn, klo si jahil biar gigit jari aja
Soraya
si jahil soal poligami paham bgt tentang agama nya boleh mengijinkan beristri lagi, 🤔
Soraya
kmu ganti sarungnya Sahil Hafsah biar gak disepelein biar dia mikir cuma masalah sarung rusak aja segitu marahnya Gus dajal
Soraya
kadang aku bingung sama orang yang paham akan Agama, tpi akhlak dan prilakunya kok gak sesuai
Soraya
mampir thor
Bonna Nana
luar biasa..
laelatul qomar
Luar biasa
Annie Soe..
Karya yg bagus, jadi tahu kehidupan di pesantren,
Makasih tor, teruslah berkarya..
Ita rahmawati
ufah baca juga 😁
Ita rahmawati
malah baca ustadz galak dulu aku mah 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!