NovelToon NovelToon
Kill All Player

Kill All Player

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Theoarrant

Dunia tiba-tiba berubah menjadi seperti permainan RPG.

Portal menuju dunia lain terbuka, mengeluarkan monster-monster mengerikan.

Sebagian manusia mendapatkan kekuatan luar biasa, disebut sebagai Player, dengan skill, level, dan item magis.

Namun, seiring berjalannya waktu, Player mulai bertindak sewenang-wenang, memperbudak, membantai, bahkan memperlakukan manusia biasa seperti mainan.

Di tengah kekacauan ini, Rai, seorang pemuda biasa, melihat keluarganya dibantai dan kakak perempuannya diperlakukan dengan keji oleh para Player.

Dipenuhi amarah dan dendam, ia bersumpah untuk memusnahkan semua Player di dunia dan mengembalikan dunia ke keadaan semula.

Meski tak memiliki kekuatan seperti Player, Rai menggunakan akal, strategi, dan teknologi untuk melawan mereka. Ini adalah perang antara manusia biasa yang haus balas dendam dan para Player yang menganggap diri mereka dewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theoarrant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Adu Domba

Malam berikutnya, Rai kembali bersiap untuk berburu.

Senjatanya telah diperiksa, amunisi sudah cukup, dan pikirannya fokus pada target yang akan dia buru malam ini.

Namun, sebelum dia sempat berangkat, pintu markasnya terbuka.

Seorang pria dengan wajah letih dan pakaian penuh noda darah masuk, Ruben.

"Kenapa wajahmu pucat?" tanya Rai dengan nada curiga.

Ruben menutup pintu dan menghela napas berat.

Dia adalah orang yang senasib dengan Rai dan sekarang menjadi pengangkut mayat, orang yang ditelpon Rai sebelumnya adalah dirinya.

"Rai, sebaiknya kau berhenti berburu untuk malam ini."

Rai menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Ada dua Guild yang bertemu di Kota Dahlan."

Nama itu langsung menarik perhatian Rai.

Kota Dahlan adalah salah satu wilayah pinggiran Jakarta.

Tempat itu menjadi sarang Player kelas rendah, Guild receh, dan para Player independen yang tak punya afiliasi kuat.

Lebih penting lagi, Kota Dahlan berada di luar pengawasan langsung Guild Black Lotus, membuatnya menjadi tempat perburuan sempurna bagi Rai.

"Guild mana yang bertemu?" tanya Rai, penasaran.

"Mad Dog dan Rodick."

Mendengar dua nama itu, Rai mulai tertarik.

"Bukankah mereka sudah bermusuhan sejak lama? Terutama dalam perebutan wilayah barat Kota Dahlan?"

Ruben mengangguk.

"Ya, tapi kali ini berbeda, mereka sepakat berdamai dan menyatukan kekuatan."

Rai menyipitkan matanya, tidak mungkin dua Guild serakah seperti mereka sepakat begitu saja.

Para pemimpin mereka lebih suka menumpahkan darah daripada berbagi kekuasaan.

"Ini pasti ada sesuatu," gumam Rai.

Profesor Lamberto yang sedari tadi mendengar percakapan mereka ikut berbicara,

"Mungkin seseorang di balik layar yang mengatur ini."

Namun, Rai malah tersenyum tipis, sebuah ide gila muncul di kepalanya.

"Kau tahu, Profesor, sepertinya kita sekarang bisa memburu Player Rank D."

Ruben dan Lamberto terkejut.

"Kau serius?" tanya Profesor, matanya menyipit curiga.

Rai menyesuaikan sarung tangannya dan menatap mereka dengan senyum penuh arti.

"Jika dua Guild yang saling membenci tiba-tiba sepakat berdamai, maka yang perlu kita lakukan hanyalah... menyulut api lama."

Ruben menelan ludah.

"Maksudmu... mengadu domba mereka?"

"Benar," jawab Rai santai.

"Bayangkan betapa banyak mayat Player yang akan berserakan setelah mereka saling membantai dan kita... Kita tinggal memungut hasilnya."

Profesor Lamberto tertawa kecil.

"Rai, kau benar-benar iblis."

"Tidak, Profesor," balas Rai.

"Aku hanya melakukan apa yang perlu dilakukan."

Namun, sebelum rencana itu bisa dilaksanakan, ada satu masalah.

"Bagaimana kau akan mengamati pergerakan mereka? Tidak mungkin kau bisa memata-matai dua Guild besar sendirian, mereka akan curiga jika ada yang meneropong," kata Ruben.

Rai terdiam sejenak.

"Teropong pendeteksi mana itu... bisa ditingkatkan?"

Profesor Lamberto tersenyum penuh kebanggaan.

"Aku tahu kau akan memintanya."

Dia berjalan menuju meja kerjanya dan membuka kotak kecil.

Di dalamnya ada sesuatu yang tampak seperti lensa kontak transparan.

"Aku sudah mengembangkan ini," katanya, menyerahkan lensa itu kepada Rai.

"Apa ini?"

"Versi terbaru dari teropong pendeteksi manamu, sekarang dalam bentuk lensa kontak, kau cukup mengenakannya, dan hanya dengan perintah mental 'Cek Status', kau bisa melihat informasi Player secara instan tanpa perlu membawa alat besar."

Rai mengambil lensa itu dan tersenyum.

"Bagus, ini akan membuat segalanya lebih mudah."

Ruben yang masih belum sepenuhnya yakin dengan rencana gila ini akhirnya bertanya,

"Jadi, apa langkah pertama?"

Rai memasang lensa kontak itu, mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan diri, lalu berkata dengan tenang.

"Kita pergi ke Kota Dahlan dan melihat siapa yang pertama kali bisa kita bakar."

*************************************

Dengan persiapan matang, Rai menyelinap ke Kota Dahlan.

Malam itu dingin, dan suasana kota terasa lebih sunyi dari biasanya.

Tidak banyak Player berkeliaran, seolah mereka tahu ada sesuatu yang besar sedang terjadi.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan Ruben, para pemimpin Mad Dog dan Rodick, Gunnar dan Rodick sendiri akan bertemu di sebuah gudang tua di pinggiran kota.

Rai bergerak melalui bayang-bayang, mengaktifkan lensa kontaknya dan melihat kearah mereka

"Cek Status."Informasi tentang Player yang berada di dekatnya langsung muncul di sudut penglihatannya.

Gunnar (Rank D) – Warrior

Rodick (Rank D) – Assassin

Rai menyeringai, kedua pemimpin itu memang kuat, tapi tidak mustahil untuk dijatuhkan.

Dia mengintai dari kejauhan, memperhatikan pertemuan mereka.

Rai sudah mengecek tidak ada pergerakan mana aneh yang bisa menjadi jebakan dan tidak mungkin ada Player pendeteksi jika pemimpin mereka saja hanyalah Rank D

"Aku tidak percaya kita akhirnya berdamai," kata Gunnar dengan suara berat.

"Kita tidak punya pilihan," balas Rodick.

"Jika terus bertarung, kita hanya akan melemahkan diri sendiri, Black Lotus bisa saja datang dan menghancurkan kita dalam sekejap."

Gunnar mendecak, tampak tidak senang.

"Aku masih tidak percaya sepenuhnya padamu."

Rodick menyipitkan mata.

"Begitu juga aku, tapi ini adalah satu-satunya jalan."

Rai tersenyum Mereka masih tidak percaya satu sama lain Itu bagus.

Kini, dia hanya perlu menyalakan percikan api.

Dalam kegelapan, Rai meraih sebuah panah kecil dari kantongnya.

Panah itu dilapisi racun dan dibuat dengan teknik khas Rodick.

Dengan kecepatan tinggi, dia menembakkan panah itu ke salah satu anggota Mad Dog yang berjaga.

Jleb!

Panah itu mengenai target si penjaga Mad Dog terjatuh sambil mengerang. Racunnya tidak mematikan, tapi cukup untuk membuatnya sekarat.

"Serangan!" teriaknya sebelum pingsan.

Semua mata langsung tertuju ke arah datangnya panah.

Rodick menoleh tajam ke Gunnar.

"Orangmu menyerang duluan?!"

"Apa? Itu jelas anak buahmu yang memanahnya!" balas Gunnar dengan marah.

Kedua kubu mulai panik, dan dalam hitungan detik, pertempuran pecah.

Rai tersenyum puas dari kejauhan, menyaksikan kekacauan yang dia ciptakan.

"Dua anjing liar bertarung... dan kita akan mengumpulkan bangkainya."

Gunnar dengan kekuatan Warriornya mencoba melawan Rodick yang seorang Assassin meskipun dengan berbagai serangan kuatnya tetap tidak bisa mengalahkan kecepatan Rodick

Rodick menggunakan skill menghilangnya sementara Gunnar mengaktifkan skill Taunt membuat keberadaanya langsung diketahui karena dia harus menyerang musuh yang terkena efek Taunt

Awalnya mereka seimbang, keduanya menggunakan berbagai skill yang mereka miliki tetapi seiring waktu Rodick menjadi lebih unggul

Dengan cekatan dia menebas tubuh Gunnar dengan pisau yang dipegangnya

"Kau pikir serangan lemahmu dapat melukaiku" ejek Gunnar yang memiliki skill regen tetapi Rodick hanya tersenyum licik

[Anda terkena status Bleeding]

"Khuaahk" Gunnar kesakitan karena lukanya tidak bisa disembuhkan ternyata pisau yang digunakan Rodick memiliki efek Bleeding

"Tidak sia-sia aku membeli pisau mahal ini menghabiskan hampir separuh kas Guildku"

Pertarungan berlangsung cukup lama kedua Guild bertarung dengan apapun yang mereka miliki hingga kedua kubu hampir tidak tersisa dan hanya menyisakan ketua mereka

Gunnar yang lukanya keluar terus-menerus akhirnya tumbang lebih dulu, meskipun menjadi pemenang kondisi Rodick juga tidak jauh berbeda

Rodick berdiri sebagai pemenang... tapi tubuhnya sendiri penuh luka.

Dan saat itulah, Rai mulai bergerak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!