Awalnya aku merasa melayang dan jatuh cinta, tapi setelah tahu alasannya memilihku hanya karena aku mirip cinta pertamanya, membuat hatiku terluka.
Bisakah aku, kabur dari obsesi cinta suamiku🎶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Aku Mencintaimu
Malam yang mencekam itu belum berakhir, karena sorot mata Bastian untuk Viola masih sedingin tadi.
Udara pun masih terasa menyesakkan.
Lakukan seperti biasanya Viola, seperti kau yang biasanya.
Kaki Viola langsung lunglai, dia menjatuhkan lututnya dan duduk bersimpuh. Sambil menundukkan kepala.
"Maaf Kak, aku tidak bermaksud begitu. Maaf. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku salah, sudah pulang terlambat dan masih bicara yang tidak perlu."
Bagaimana ini? Kalau dia marah, dia pasti mencabut semua kebebasan ku. Teruslah memohon Viola. Bukankah hanya wajah dan tubuhmu yang bisa melunakkan hati suamimu. Tangan di pangkuan Viola masih terlihat bergetar.
"Kau membuatku kesal, aku sudah lama menunggu. Kau tahu, jam berapa aku datang?" Viola masih menundukkan kepala, dengan tangan bergetar. Tidak berani menjawab. "Aku datang sebelum Jam enam Viola."
Tiga jam, dia menunggu ku selama tiga jam. Tapi, bukan itu yang membuatnya marah. Aku yang pergi tanpa izinnya itu yang paling membuatnya marah.
"Maaf Kak, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Aku salah."
Viola sudah mengatupkan kedua tangannya, bahkan buliran airmata sudah menetes di ujung matanya. Dia selalu memakai ini, airmatanya, biasanya suaminya akan mudah luluh jika dia sudah menangis.
"Kemarilah."
Viola bergerak mendekat, merangkak dengan lutut tertekuk mendekati Bastian. Saat dia sudah mendekat di sofa, tangan Bastian langsung terulur mencengkeram dagunya.
"Aku tidak suka istri yang tidak patuh pada ku." Viola memejamkan mata takut, saat cengkeram tangan itu semakin menguat. "Bukankah aku selalu memberikan apa pun yang kau inginkan Viola, ini kah cara mu membalas suami mu?"
"Maaf Kak, maaf."
Bastian berdecak sambil menggoyangkan dagu Viola.
"Selama akhir pekan ini kau dilarang keluar dari rumah, tidak ada hp ataupun TV. Renungkan kesalahan mu selama dua hari ini, sendirian."
Mulut Viola yang masih terkunci, matanya yang masih terpejam.
"Tidak menjawab?"
"Ba.. baik Kak."
"Sekarang, pergilah mandi. Bersihkan dirimu, aku tidak mau mencium apa pun selain aroma tubuh mu."
"Ba..baik Kak."
Cengkeram di dagu Viola mengendur, lalu tiba-tiba Bastian sudah mendekatkan bibir, dan mengecup lembut bibir Viola yang masih bergetar. Mencium lagi dan lagi, seperti tak ada masalah sama sekali.
Begitulah akhirnya, malam yang seharusnya menjadi malamnya bermalasan, hilang sudah. Suami yang dia pikir akan menghabiskan malam dengan istri pertamanya, ternyata malah sudah menunggunya. Hari yang melelahkan ini akan semakin panjang gumam Viola.
Di kamar mandi, dia membasahi tubuhnya dengan air. Buliran air yang deras menyapu tubuhnya, menghilangkan segala macam aroma yang menempel di tubuhnya. Rambutnya tadi bau daging bakar, dia pencet sampo lebih banyak, untuk menghilangkan seluruh bau. Kecuali aroma tubuhnya sendiri.
Inilah Viola, gadis muda yang harus terjebak di dalam pernikahan dengan seorang Presdir muda yang sudah beristri. Viola adalah istri kedua Bastian, biasanya dalam beberapa hari di masa subur istri pertamanya, laki-laki itu akan tinggal di sana.
Ya, pernikahan politik yang terjalin antara dia dan istri pertamanya, hanyalah demi kehormatan dan nama baik perusahaan. Kelahiran anak pun, hanya sebatas menjadi kewajiban semata. Viola terjebak di dalam rumitnya kehidupan konglomerat dengan segala intrik kepentingannya.
Gadis mungil dengan wajah cantik itu menyapu sudut matanya sambil tergelak sinis, kau semakin pandai berakting Viola. Walaupun perasaan takutnya pada Bastian bukan akting, namun sebagian besar senyum yang dia tunjukkan untuk suaminya, hanya sebatas kepalsuan. Untuk menyelamatkan hidupnya.
Seperti halnya, meluluhkan hati Bastian di tempat tidur.
Saat ini Viola melakukannya hanya sebatas untuk mendapatkan pengampunan dari suaminya.
Di tengah malam, ketika hanya terdengar suara angin di kejauhan. Sayup terdengar, suara di balik kamar yang lampunya sudah temaran, hanya menyisa berkas kecil lampu tidur.
Saatnya rayuan manja Viola terdengar.
"Sayang, maaf, maaf aku salah. Aku tidak akan melakukannya lagi." Suara Viola yang lembut dan syahdu terdengar. Suara gadis yang sedang bermanja-manja. "Aku salah sayang, aku akan instrospeksi diri."
Terdengar suara kecupan beberapa kali. Yang keluar dari bibir mungil Viola.
Cup.. cup.. muah...
"Aku salah, maafkan aku yang membuat mu menunggu. Sayang, aku mohon redakan amarahmu ya."
Suara kecupan dan desa han terdengar lagi. Masih hanya suara Viola yang memenuhi kamar, dan mengisi kesunyian malam.
"Jangan marah lagi, aku mohon."
"Kau sedang memohon? Hanya seperti ini caramu memohon?"
Akhirnya Bastian merespon dengan suaranya. Viola sudah melewati titik kritis. Dia hanya perlu meningkatkan intensitas cum..buan dan rayuannya.
Kecupan terdengar jauh lebih keras. Cup, cup. Muah, muah. Dan berapa kali lagi semakin keras suara kecupan itu. Lalu, terdengar gelak tawa kecil, Bastian mulai tertawa, suaranya terdengar mengisi kegelapan malam bercampur dengan suara kecupa Viola.
Viola sudah menarik nafas lega, ketika Bastian mulai tertawa. Tangannya lembut menjajah tubuh suaminya, mengendurkan ketegangan.
Bastian tergelak lagi, ketika tangan Viola mulai menyentuh bagian sensitif tubuhnya.
"Lucunya, kau menggemaskan sekali. Aku mencintai mu Viola," wajah dan suara Bastian yang tadinya dingin, sudah lembut dan manis terdengar di telinga.
Semakin intens suara kecupan.
Senyuman dan tawa palsu Viola, berhasil membujuk Bastian. Gadis itu menyapu wajah dan leher Bastian dengan kecupan lagi.
"Kau tidak membalas cinta ku?" ujar Bastian.
"Ia Kakak, aku juga mencintai mu. Sangat mencintai mu. Ahhhhh, ahhhhh."
Sangat, sangat, saking besarnya tak tertampung dan menguap. Perasaan getir mengalir di seluruh tubuh Viola saat ini. Senyuman cerianya, suara manja dan kecupannya membuat hasrat di dalam tubuh Bastian terus membara.
Viola mencengkeram seprei saat Bastian mendorongnya jatuh ke atas tempat tidur, dia memalingkan wajah. Melihat jendela kaca. Tatapannya terlihat nanar dan sedih. Hasrat di dalam tubuh Bastian sudah berkobar, setelah dihujani Viola kecupan demi kecupan di seluruh tubuhnya tadi.
"Aku mencintaimu Viola."
Viola yang tidak langsung menjawab, membuat Bastian berhenti mengecup leher Viola. Laki-laki itu menarik tubuhnya dan bersangga di lututnya, meraih dagu Viola, supaya istrinya itu melihat ke arahnya.
Viola tersenyum secerah mentari di keremangan lampu tidur.
"Aku juga mencintaimu Sayang."
"Langsung jawab kalau aku mengatakannya. Aku mencintaimu Viola."
Viola mencengkram seprei lagi. Dan tersenyum secerah tadi.
"Aku mencintaimu Kak, aku sangat mencintaimu."
Puas dengan jawaban Viola, Bastian menunduk, dan mulai menodai tubuh Viola dengan hasrat yang meluap.
Dan selanjutnya, terserah Bastian.
Cinta? Apa benar kau mencinta ku Kak? Tidak? Yang kau cintai hanyalah wajah ku ini kan.
Malam semakin larut, namun Bastian belum selesai dengan urusannya, membuat Viola pun masih membuka mata dan meladeni semua yang diinginkan Bastian, dengan wajahnya yang tersenyum.
bersambung