Ada yang kayak mereka nggak sih? Jodoh lewat chat? Ya ampyuun CHAT?? Iya ho'oh! Mereka nggak pernah ketemu, cuma bertukar kabar melalui pesan ketikan, nggak ada pidio kol (video call). Cuma deretan huruf tapi membuat hidup mereka semprawut!
Giliran ketemu secara nggak sengaja di dunia nyata, mereka malah kayak musuh bebuyutan! Pas kembali ke aplikasi, weeeh sayang sayangan lagi.
Di sini yang koplak siapa sebenarnya? Lintang nya? Bang Baga? atau.... Yang nulis cerita??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Frustasi tingkat tinggi
Baga memutuskan pulang setelah berpamitan dengan pemilik rumah, om Den dan tante Tisya, Lintang? Boro-boro mau ketemu lagi, berada di satu ruangan sama Baga aja langsung bikin Lintang alergi gatal-gatal berkepanjangan. Lebay? Yo mben!
Dengan langkah meleyot kayak habis ngalamin side quest yang gagal total, Baga menuju mobilnya. Dia masih sempat memandang ke arah gerbang rumah om Den sambil menghembuskan nafas panjang. Lelah udah pasti tapi ada rasa lain yang lebih mendominasi. Kayak kecewa, bingung, ngelag.. Ah, entahlah Baga sendiri nggak bisa menjelaskan kerumitan yang memeluk dirinya saat ini.
Padahal biasanya kalau pulang malam kayak gini, dia masih bisa santai nyalain lagu-lagu viral di Tikitok. Tapi sekarang? Hening. Baga bahkan nggak punya niat menyalakan musik di mobilnya untuk membunuh rasa sepi. Dia biarkan saja deru mobil atau sesekali bunyi klakson dari kendaraan lain mengantar dirinya menuju rumahnya.
Sambil berkendara, otaknya stuck di satu kata yang dilontarkan gadis mejikuhibiniu tadi dengan aura badai petir membelah langit.
'Ai nyesel kenal sama you…'
Aduh. Itu bukan sekadar kalimat tapi kayak critical hit. Damage nya full 100%. Makin dipikir makin membuat Baga pusing. Dia benturkan kepalanya pada setir mobil, siapa tahu dengan melakukan hal demikian itu.. kata-kata Lintang tadi bisa hilang dari otaknya.
Begitu sampai rumah, Baga menatap gerbang yang sudah dibuka lebar mempersilahkan dirinya masuk sambil menghela napas berat. Rumput halaman bahkan kayak ikut ngejudge dia, 'Di aplikasi pacaran, di realnya tawuran! Dasar anak kuda!'
Bayangan Lintang yang ngeselin tapi lucu itu muncul terus. Dari cara ngomelnya, cara mata merahnya melotot, sampai jari tengahnya yang tadi beneran nancep ke muka Baga tanpa ampun. Kok bisa gadis itu yang jadi Star nya...?
Masuk rumah, dia langsung buang badan ke sofa di kamarnya. Nggak urus banget sama tatapan ingin tahu yang bapak Abhi dan emak Deepika arahkan padanya. Dia ingin menyendiri sekarang ini. Dia ambil ponselnya, benda tersebut masih terbuka pada aplikasi chat dengan Star nya eh maksudnya… Lintang!
Nama Bintang212 bahkan terpampang jelas di layarnya. Baga makin sadar dengan kebodohan yang dia lakukan. Kok bisa dia nggak ngenali Star nya sejak awal pertemuan mereka. Ya misalnya nggak bisa mengenali Lintang, minimal nggak ngasih track record buruk di setiap pertemuan mereka lah.
Baga nutupin mukanya pakai kedua tangan, lalu dia mendongak ke atas. "Gila… Kepala ku berasa pecah banget hari ini."
Sebelum semuanya kacau kayak gini, jam-jam segini biasanya Baga dan Bintang212 akan menghabiskan waktu dengan guyonan sengklek ala mereka. Menertawakan kekonyolan yang mereka abadikan lewat ketikan. Saling melempar perhatian, kasih sayang, dan mencurahkan semua rindu hanya berbekal ketikan. Jangan protes sama hubungan percintaan nggak normal mereka, karena sebenarnya banyak juga kaum nggak normal lain di dunia ini yang ngikutin jejak Lintang dan Baga, cuma nggak ke blow up aja.
Lah tapi sekarang? Dia cuma bisa menatap miris pada nasip percintaannya yang awut-awutan karena ternyata pacarnya, sosok yang selama ini dia puja secara online adalah gadis yang dia kenal di dunia nyata sebagai gadis kemoceng, orang aneh dan satu lagi.. Gadis mejikuhibiniu! Hidup memang penuh plot twist yang sangat kejam.
Gawai masih di tangannya. Dia kepikiran buat ngechat Lintang. Banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Star nya.. Tapi dia bingung harus memulai dari mana. Kenapa tiba-tiba banget kalau si Star itu Lintang?! Atau emang harus gini jalan cerita cintanya?
Otomatis jemari tangannya mengetikan nama 'Star…' seperti sebuah panggilan untuk online. Tapi cepat-cepat dia hapus kembali.
Bukan karena gengsi. Tapi karena dia takut. Takut beneran dicuekin, takut nyakitin Lintang lebih parah. Dan.. Takut pada kenyataan jika dirinya emang nggak pantas untuk Lintang.
Lima belas menit kemudian, Baga berdiri di depan kaca. Dia ngeliatin mukanya yang pias. Matanya kayak panda broken home. Rambutnya kayak abis diseruduk angin puting beliung.
"Hadeeeeh, pantes aja dia marah. Aku emang ngeselin gini." Baga acak-acak rambutnya sendiri.
Dia ambil jaket, lalu duduk lagi. Gelisah. Resah. Pengen ke rumah Lintang lagi tapi… apa yang mau dia omongin? Dia bahkan nggak ngerti tentang perasaan sendiri saat ini. Dan akhirnya dia hanya bisa pasrah.
Dulu, gampang banget buat dia bilang 'kangen, sayang, cinta, love you, kesayangan,' bla bla blaaa pada Star, tapi sekarang setelah mengetahui fakta sosok Star di dunia nyata, untuk sekedar mengetik nama Star aja, Baga nggak sanggup melakukannya.
Baga naik ke kasur, memilih tidur dengan posisi telentang. Dia buang jaketnya tadi entah kemana. "Aku ini tolol apa gimana sih, ya Allah.."
Dalam kepalanya, semua memori chat muncul kayak slideshow yang menyakitkan.
'Sayaaaaaang, you udah makan belum? Ai lagi makan nih, barengan yuk!'
'Inget ya, yank! Kalau mau keluar itu wajib pakai jaket. Ai nggak mau you sikat!'
'Ngapain jam segini you masih on, you nggak lagi menggatal sama betina lain kan? Tidur sekarang!'
'Yaaaaank, ai kangen. You kangen ai nggak?'
Astagaaaa, makin nyeleneh aja pikiran Baga. Dia membalik tubuh dan mengubur muka ke bantal.
"NGGAK BISA GINI, GA! NGGAK BISA! JAGA WIBAWA KALI!" Sedikit berkata lantang untuk menyemangati diri.
Tapi kan wibawanya udah runtuh, digantikan oleh kutukan combro maut oleh dedek Lintang. Ajooor kowe, Ga!
Malam makin larut. Keheningan makin terasa mengambil alih dunianya. Baga nggak bisa tidur. Dia bangun dari kasur dan duduk di lantai. Dia ambil laptop. Dibukanya folder chat backup Star yang pernah dia simpan. Ya Baga emang bucin akut sama si Bintang212.
Bintang212 : Jadi minggu ini kita deal ketemu, right?
Zyan609 : Iya, yank. Aku nggak bisa nunggu sampai akhir bulan. Rasanya nggak sabar banget pengen ketemu kamu.
Bintang212 : Eciyee yang nunggu setaon batu bisa meet up. Tapi kalau nanti kita meet up, you ternyata nggak segenteng yang ai bayangkan, kita langsung putus di tempat nggak apa-apa kan?
Zyan609 : Heh! Ngadi-adi ya kamu, tak ketekin maooo?! Sembarang ngatain aku nggak ganteng. Aku malah takut kamu makin cinta sama aku kalau kita udah ketemu. Hehe, maaf maaf aja ya dek ya.. Pacarmu ini turunan produk unggul kualitas grade A.
Bintang212 : Really? You turunan produk tanggul? Waah berarti bapak you jauh lebih handsome dari pada you dong.. Wah ai nggak like lah!
Baga menutup kasar laptopnya. Dia nggak kuat baca semua pesan backup dari si pacar. Padahal udah plek ketiplek banget cara ngetik dan cara ngomongnya si Bintang212 dan Lintang tapi kok ya Baga masih nggak sadar kalau mereka itu satu orang yang sama! Haduuuuh, kalau dipikir-pikir lagi.. Bintang dan Lintang kan artinya sama!
"Blook gobloook!!" Baga kembali menjambak rambutnya frustasi.
"Mana yang tak mintain tolong buat ngelacak dia itu bapaknya sendiri lagi, pake sesumbar ngomong ini itu nggak pake filter! Emang brengsek kamu, Ga! Huaaaaah!!" makin semrawut aja dia.
"Ini gimana jalan keluarnya oeee? Tulungin lah!"
Lah, dia minta tolong sama siapa?
aku malah mikirnya dia kasih Paramex tadi🤦🏻♀️ taunya feminax😐
bisa kali Tang ungkap akun² anonim disini yg kurang kerjaan mampir² di trending org 😌