Lucinda de Vries mengira acara wisudanya akan menjadi hari kebahagiaannya sebagai sarjana kedokteran akan tetapi semua berakhir bencana karena dia harus menggantikan kakak kandungnya sendiri yang melarikan diri dari acara pernikahannya.
Dan Lucinda harus mau menggantikan posisi kakak perempuannya itu sebagai pengantin pengganti.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Lucinda de Vries nantinya, bahagiakah dia ataukah dia harus menderita ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 KEJADIAN MENEGANGKAN
Tatapan Lucinda menyorot tajam kepada Sugeng, laki-laki berumur sekitar 40 tahunan ke atas yang mengaku-ngaku bahwa dirinya adalah seorang panembahan.
Ujung bibir Lucinda terangkat naik lalu terdengar desis kecil dari bibirnya yang agak terbuka.
"DASAR PECUNDANG..."
Ucap Lucinda yang membuat panembahan Sugeng semakin marah.
"Kau, berani sekali bicara seperti itu padaku !"
Sahut Sugeng merangsek maju bermaksud menyerang Lucinda yang ada di hadapannya namun seseorang langsung menangkap kedua tangan Sugeng sehingga dia tidak dapat bergerak.
Sugeng langsung memalingkan muka ke arah samping.
Alangkah terkejutnya Sugeng ketika dia melihat siapa yang menahan dirinya di sampingnya.
"Tu-tuan Kevin... ???"
Sugeng bergumam pelan sedangkan ekspresi wajahnya langsung berubah membeku pucat.
Tak pernah disangka-sangka olehnya, dia akan melihat Kevin Jansen kembali tersadar dari tidur panjangnya dan menyaksikan laki-laki itu berdiri sehat tepat di hadapannya
"A-anda tersadar ???"
"Yah, aku tersadar kembali, apa kabarmu Sugeng ?"
"Sa-saya baik-baik saja, tapi bagaimana mungkin tu-tuan bisa terjaga dari koma panjang ini ???"
"Kau terkejut karenanya atau kau takut padaku telah menghabiskan uangku, Sugeng ?"
"Sa-saya tidak tahu yang anda bicarakan ini !"
Sugeng mendorong keras tubuh Kevin dari dirinya, dan dia mencoba melarikan diri akan tetapi Sugeng kalah tangkas daripada Kevin meskipun kondisi Kevin masih lemah sehabis koma panjang namun dia masih menyimpan energi besar dalam dirinya.
"TAP !!!"
Kevin berhasil menangkap tangan Sugeng yang hendak kabur darinya.
"Mau kemana kau Sugeng ???"
Ucap Kevin Jansen dengan sorot mata tajam kepada Sugeng.
"Lepaskan aku !"
Sentak Sugeng berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman tangan Kevin Jansen.
Sugeng hampir lolos dari cengkraman tangan Kevin yang berhasil menahan dirinya agar dia tidak kabur.
"JLEBH !!!"
Dengan tangkasnya, Lucinda menyuntik Sugeng sehingga dia tersentak kaget.
Sugeng melotot tajam kepada Lucinda yang tak terima atas perlakuannya karena Lucinda telah menyuntik dirinya.
Samar-samar pandangan mata Sugeng berubah nanar dan berkunang-kunang sedangkan kepalanya mendadak pening seperti dihantam palu besar.
Tak sempat dia berucap pada Lucinda, sedetik kemudian tubuhnya ambruk lalu jatuh tak sadarkan diri.
Kevin terkejut kaget dengan apa yang dilakukan oleh Lucinda kepada Sugeng sehinggga dia bertanya.
"Apa yang kau suntikkan pada dia, Lucinda ???"
Tanya Kevin tak mampu menyembunyikan keterkejutannya dan memandang ke arah Lucinda yang berdiri dengan sikap dinginnya.
"Aku hanya menyuntikkan obat pelumpuh ingatan serta membuat sedikit tubuhnya tak bergerak tangkas, mungkin dia akan lupa pada kita dan kembali seperti orang asing..."
Lucinda menjawab rasa penasaran Kevin terhadap apa yang telah dia lakukan barusan saja.
"Tapi kita tidak akan bisa mengorek informasi dari Sugeng, bukankah dia mempunyai kunci rahasia Saraswati lantas bagaimana kita dapat membuka kejahatan mereka jika kau buat dia lumpuh serta lupa, Lucinda..."
Kevin semakin tak mengerti dengan jalan pikiran Lucinda karena dia menganggap bahwa perbuatannya justru menimbulkan kekacauan.
"Jangan cemas, dia akan baik-baik saja bahkan kita bisa mengorek semua informasi yang dia punyai dari kejahatan Saraswati dan dirinya yang pernah dia lakukan terhadapmu, Kevin."
Kata Lucinda seraya memasukkan bekas alat suntik ke kantung plastik untuk dibuang.
"Apa kau seorang dokter ???"
Tanya Kevin sembari menatap serius pada Lucinda.
"Ya, benar sekali, aku seorang dokter dan baru saja lulus wisuda tahun ini bahkan baru beberapa hari yang lalu aku menyandang gelas sarjana kedokteran dari Universitas Leiden..."
Jawab Lucinda tanpa ekspresi apa-apa, dia sangat tenang.
"Aku tidak menyangka akan menikahi seorang dokter, wow, hebat sekali !"
Seru Kevin terkejut lalu tertawa ringan.
"Yah, begitulah tentang diriku..."
Sahut Lucinda sembari tersenyum simpul lalu membuang kantung plastik berisi bekas alat suntikan ke dalam tong sampah.
"Lantas sekarang, apa yang mesti kita lakukan, kau punya suatu ide lainnya ?"
Kata Kevin dengan nada bertanya lalu menoleh ke arah Lucinda.
Lucinda hanya membalas ucapan Kevin dengan menaikkan kedua bahunya ke atas, tersenyum sekilas kemudian menjawab.
"Kita harus menyembunyikan dia dan menunggunya sampai tersadar kembali, selama itu, kita sebaiknya duduk santai..."
"Yah, baiklah... !"
Jawab Kevin sembari menghela nafas panjang.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kondisimu sekarang ini, kau baik-baik saja kan ?"
Lucinda memperhatikan Kevin mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Tatapannya terlihat penuh simpati pada Kevin Jansen, dia sangat kacau balau dan tak terawat bahkan tercium aroma kurang sedap dari tubuh Kevin.
"Yah, badanku masih agak lemas, mungkin aku kekurangan tenaga..."
"Bisa di pahami itu sebab kau belum makan selama kau tak sadarkan diri akibat racun di dalam tubuhmu, Kevin."
"Apa kau punya sesuatu yang bisa di makan sekarang, Lucinda ?"
Lantas Lucinda mengerlingkan kedua bola matanya secara bergantian.
"Tunggu sebentar, aku mungkin menyimpan makanan dalam tasku, kau duduklah dulu atau kusarankan kepadamu supaya kau mandi sekarang !"
"Mandi ?!"
Kevin memandangi dirinya hanya mengenakan piyama serta tercium aroma tidak sedap dari dirinya.
"Uhf, bau apa ini ??? Seperti formalin ???"
"Karena kau berbaring lama dan hanya mengonsumsi obat selama kau tak sadarkan diri, wajar saja tubuhmu berbau obat, Kevin..."
"Yah, aku mengerti itu, betul saranmu, sebaiknya aku mandi sekarang saja lalu makan."
"Tepat sekali, selagi kamu mandi, aku akan mencari sesuatu yang bisa aku makan dalam tasku jika itu mungkin ada."
"Ya, baiklah..."
Kevin mengangguk pelan seraya menoleh kepada Lucinda yang berjalan ke arah sofa, tempat dia duduk biasanya.
"Sret... ! Sret... ! Sret... !"
Lucinda mencari-cari sesuatu dari dalam tasnya, mungkin dia menyimpan cadangan makanan sebab selama ini, dia selalu membawa camilan berupa keripik kering, manisan, roti atau makanan siap saji kalau berangkat ke kampus.
Teringat akan kebiasannya itu, Lucinda selalu membawa serta tas kesayangannya itu kemana pun dia pergi.
"Aha, dapat !"
Ucapnya ketika dia menemukan sesuatu yang bisa di makan dari dalam tas miliknya.
Sebungkus camilan berisi kue kering tersedia di tasnya dan Lucinda dapat bernafas lega karena ada sesuatu buat Kevin untuk di makan.
"Lumayan, meski hanya sebungkus camilan kue kering, makanan ini mampu membantu perut kenyang sampai beberapa menit kemudian..."
Lucinda kembali merogoh isi tasnya, mencari-cari sesuatu di dalam tas yang mungkin bisa di minum oleh Kevin seperti minuman sachet atau susu bubuk.
Serenteng minuman siap saji keluar dari dalam tasnya, rupanya itu adalah minuman penambah energi.
Sejenak Lucinda berpikir serius, dan bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana bisa Kevin diperbolehkan minum minuman penambah energi sedangkan dia baru saja sadar dari koma panjang.
Terdengar suara guyuran air dari dalam kamar mandi di kamar tidur ini.
Lucinda bergegas menyiapkan kebutuhan Kevin seperti baju ganti yang bersih setelah dia menata beberapa bungkusan camilan kue kering dan minuman air yang telah tersedia di kamar ini ke atas meja dekat tempat tidur Kevin.
Sesaat pikiran Lucinda terhenti, dia seperti memikirkan sesuatu tentang minuman disini.
"Sebaiknya tidak usah minum air di ruangan ini, bisa saja semua minuman di ruangan kamar Kevin telah dicampuri sesuatu yang berbahaya..."
Lucinda segera menyingkirkan gelas-gelas minuman mineral ke tong sampah lalu menoleh kembali pada Sugeng yang tergeletak tak sadarkan diri.
"Kau mungkin lupa telah membuatku hilang kesadaran dan hampir mati di kamar ini namun sayangnya situasi berbanding terbalik pada kita sekarang ini..."
Ucap Lucinda setelah dia menghampiri Sugeng.
Lucinda membungkukkan setengah badannya ke arah Sugeng seraya berbisik lirih.
"Kau juga pasti lupa telah menyuntikku dengan cairan penghilang ingatan karena kau takut aku mengingat kejadian di kamar ini, tapi malangnya kau tak pernah tahu bahwa aku mendengar semua ucapanmu waktu ruangan di kamar ini berubah aneh... !"