Aluna tiba-tiba diceraikan oleh suami nya Wardana, tepat saat anniversary pernikahan mereka yang ke 7 tahun. Padahal malam itu dijadikan Luna sebagai momen untuk membagi kabar bahagia, kalau ia telah sembuh dari sakit kanker yang menyerangnya selama 4 tahun terakhir.
Wardana mengatakan ingin menikahi Anita Yang sedang hamil anak kakak nya, Tapi fakta baru terungkap, keluarga Wardana menginginkan kematiannya, dapatkah Luna mengungkap tabir misteri yang keluarga Wardana sembunyikan?
Yuuk dukung karya terbaru aku.. jangan lupa subscribe nya ya..
karena subscribe kan kalian sangat berarti untuk menambah imun biar lebih semangat lanjutin cerita nya❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanayaa Irany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Malam merangkak naik, tapi mata ku sulit terpejam. Malam ini malam pertama aku tidur tanpa mas Wardana ada disamping ku. Aku duduk di tepi ranjang dengan mengangkat kaki, dan ku peluk lagi tubuh ku sendiri dalam kesunyian malam yang kelam.
Malam-malam selanjutnya sudah pasti aku akan sendirian. Aku mengusap air mata ku .. ku lihat wajah ku di cermin, memang memprihatinkan.
Sudah cukup, Lun.. jangan tangisi lagi.
Saat nya bangkit, harus nya aku bersyukur.. Allah memberiku sakit, sebab dia ingin menunjukkan padaku siapa mas Wardana dan keluarga nya. Selama ini mereka baik, tapi mungkin mereka tak setulus itu..
Baiklah..
Mulai saat ini, aku tidak akan menangis untuk mu lagi mas!
Dimulai dengan hari ini, aku harus bersiap kembali kerumah Abah.
Aku yatim piatu, tanpa saudara. Abah dan Umi sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Dimulai dengan Umi yang lebih dulu meninggalkan kami saat usia ku masih 17 tahun, kalau Abah setahun setelah pernikahan ku dengan mas Wardana.
Selama ini mama mertua ku, Bu Lisa begitu perhatian.. bahkan adik kandung mas Wardana, Hanin sudah ku anggap seperti adik ku sendiri.
Tak ku sangka mereka mengusulkan niat untuk menyakitiku sedemikan rupa.
**
Pagi hari, aku memasak sarapan untukku dan mas Wardana , anggap saja ini yang terakhir. Karena setelah ini tentu dapur ini akan menjadi milik Anita. Jika ada yang tanya kenapa aku memilih pergi dan tidak menuntut harta Gono gini.
Aku malas, lelah pikiran kalau aku ngotot ingin menunjukkan kalau aku kuat. Lebih baik aku pergi dan tak berurusan lagi dengan keluarga ini, itu sudah cukup bagiku.
Meskipun rumah ini juga ada uang ku, seperti perabotan rumah, itu murni gaji ku menjadi dosen. Tapi biar lah.. anggap saja itu kenang-kenangan Anita dan mas Wardana jika mereka masih ingin menempati rumah ini.
Pagi ini aku memasak nasi goreng seafood. Makanan kesukaan mas Wardana, sudah 4 tahun ini ia menahan selera nya karena aku tidak bisa memakan nya.
Tapi pagi ini.. aku memasak nya, bukan hanya untuknya, tapi untuk ku juga yang sudah puasa hampir 4 tahun.
Kutata sarapannya di meja, ku lihat mas Wardana sudah turun dengan rapi.
“Kamu masak lagi?” tanya nya dengan menggulung kemeja nya.
“Ya..”
Mas Wardana kembali memperhatikan aku, ku harap ia tak tahu aku sudah sembuh. Rasanya aku sudah malas menatap diri nya. Karena dalam hati juga aku sungguh merasa kecewa dan di khianati. Bisa saja anak yang didalam kandungan Anita bukan anak Almarhum mas Doni, tapi anak nya sendiri.
“Lun.. kamu masih marah sama mas!”
“Makan lah mas, nanti kamu telat!!” tak ku hiraukan rengekan nya padaku, aku langsung menyuapkan nasi goreng itu ke mulut ku sendiri.
Dugaan ku benar kan, mas Wardana sudah tak perhatian lagi padaku, buktinya dia tidak ingat aku bisa makan seafod atau tidak.
Baguslah!
Saat kami sarapan, bel rumah kami berbunyi. Aku langsung sigap melihat, tamu siapa yang datang sepagi ini.
“Anita..”
“Mbak Luna..” sapa nya dengan wajah polos dan senyum manis. Dulu aku selalu suka kalau Anita seperti ini, tapi tidak lagi sekarang.. aku benci malah melihat ekspresi nya yang sok polos padahal sudah menghancurkan aku.
“Mau ngapain sepagi ini?” tanya ku tanpa basa basi.
“Itu mbak.. aku bawain mas Dana sarapan, aku tahu mbak kan lagi sakit, dan mas Dana pasti belum makan, dia kan mau ke kantor.. jadi aku bawakan nasi goreng kesukaan nya! Nasi goreng seafood, selama ini mas Dana kan gak bisa makan di rumah kan.. karena dia menghargai perasaan mbak, tapi aku seering bawakan makanan ini ke kantor nya! Dan Alhamdulillah mas Dana suka mbak!” kata Anita dengan semangat menceritakan kalau calon suami nya itu menyukai masakan nya.
Oh.. jadi selama ini, Anita sudah berani mengirimkan makanan untuk mas Wardana ke kantor, dan aku tidak tahu?? Bodoh sekali kau Luna!
“Tapi sayang nya mas Wardana sudah sarapan!”
“Loh kok udah sarapan!” dia kesal dan langsung menyerobot masuk begitu saja. Aku mengekori nya dari belakang, ingin melihat drama apa yang akan di buat oleh calon istri suami ku ini .. eh.. mas Wardana bukan suami ku lagi. Mantan suami, Luna!
“Anita!” mas Wardana memekik kaget saat melihat Anita datang dengan suara heels nya yang menggema di rumah ini, karena dia sedang kesal, jadi suara heels nya jelas terdengar sangat kuat.
“Mas, kamu sudah sarapan??”
“Iya sudah... Kenapa kamu datang sepagi ini?”
“Aku bawakan kamu nasi goreng seafood! Aku udah susah-susah masak, kamu malah udah makan, gak ngehargai aku kamu tuh mas!” bentak nya dengan nada merajuk.
Mas Wardana langsung membawa kepala Anita ke dalam pelukannya. Membuat hatiku terasa sakit sekali. Dari interaksi kedua nya bisa ku lihat kalau mereka terutama mas Wardana, berhubungan dengan Anita bukan sekedar karena dia ingin bertanggung jawab saja.
Pasti ada yang mereka sembunyikan dibelakang ku.
Hati ku memang sakit, tapi air mataku tak keluar lagi! Mungkin karena aku sudah menangis semalaman.
“Maaf maaf.. kamu jangan marah gitu dong! Ini tadi Aluna sudah masakin mas, gak mungkin mas gak makan, kan? Sudah sini bekal yang kamu bawa ini, biar mas bawa aja ke kantor ya..”
“Kamu makan juga kan nanti?? Takut nya di buang nya lagi!”
“Enggak, pasti mas makan! Ya sudah mas berangkat dulu ya.. baik-baik sama Aluna, karena selama kami belum resmi bercerai, dia akan tetap tinggal disini! Setelah itu baru mas akan menyuruh nya pindah ke rumah di jalan Anggrek itu, dia sakit, Anita.. jadi kamu harus ngerti kenapa mas berbuat gini!” ucap nya lirih, tapi aku bisa mendengar semua nya. Jelas disini kalau mas Wardana sudah merencanakan ini sejak lama. Dugaan ku semakin kuat kalau mereka punya hubungan di balik semua ini.
Apa aku harus mencari tahu?? Tapi untuk apa? Bukannya kami sudah bukan suami istri lagi?
Mas Wardana berangkat kerja, sedang Anita masih disini.
“Mbak, kamu bisa masak?? Emang kuat?”
“Kamu lihat sendiri kan?”
“Bukannya kamu udah sekarat ya mbak! Uppss... Maaf mbak!”
Aku menarik nafas pelan, seperti nya orang seperti Anita ini, memang seperti rubah, yang licik dan bisa mengelabui orang-orang di sekitar nya.
“Terserah kamu, Nit! Sudah ya.. aku mau ke kamar!”
“Eh tunggu mbak!! Kamu masih tidur di kamar utama, kan mas Wardana bilang bakal cerai dari mbak, kok masih dikamar itu sih! Itu bakal jadi kamar ku dengan mas Wardana loh!”