Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERKENALAN YANG MENYAKITKAN
Damn ... why should I cry again for you Ghavi batinku merintih. Didalam mobil aku menangis sejadi-jadinya meratapi takdir yang harus aku jalani.
Flash back moment ...
Teringat masa-masa indah kami di Paris dimana aku mendapat beasiswa penuh di Institut Français De La Mode Paris dan Ghavi kuliah di Paris Panthéon Assas University dan mengambil jurusan arsitektur. Perlahan dan pasti mulailah tumbuh benih-benih cinta diantara kami berdua. Awal pacaran kami sama saja dengan anak muda pada umumnya. Penuh gejolak, cinta dan hasrat yang berkobar-kobar. Tak jarang kami harus disibukkan dengan jadwal perkuliahan yang padat. Namun disela-sela itu kami selalu memiliki waktu untuk bercinta dan saling memanjakan satu sama lain. Dan bisa dikatakan kami adalah partner sex yang hebat di ranjang (ups ...). Kami sudah berpacaran selama 5 tahun tentunya sudah sangat mengenal satu sama lain. Kehidupan kami berdua telah melalui pasang surut sebuah hubungan.
Sampai pada suatu saat tiba-tiba di apartemen Ghavi kedatangan tamu yang tidak duga. Saat itu Ghavi berada di Amsterdam untuk menyelesaikan pekerjaan nya, sedangkan aku menginap disana karena malamnya baru tiba dari Milan untuk bekerja. Kebetulan apartemen Ghavi lebih dekat dengan train station dibanding apartemen ku. Jadi lebih simpel jika aku beristirahat disana saat sampai di Paris.
Thit thit ... bunyi bel di apartemen menandakan ada tamu yang berada di depan pintu. Aku hanya berpikir masa Ghavi pulang cepat sih. Kan dia bilang baru besok tiba di Paris. Apalagi password smart door itu kami berdua yang membuatnya. Pasti dia akan langsung masuk tanpa perlu membunyikan bel. Saat aku melihat monitor di samping pintu apartemen tampak seorang wanita separuh baya sedang berdiri. Perlahan aku buka pintu dan ingin segera mengetahui siapa yang siang hari begini bertamu.
Klik ... Pintu apartemen aku buka dan aku berhadapan dengan sosok wanita yang sepertinya berbusana cukup berkelas. Dandanan nya cukup menonjolkan status sosialnya. "Saya mau ketemu dengan Ghavi" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut wanita itu dan ia memperhatikan ku dengan tatapan yang tajam. Langsung aku bukakan pintu agar beliau bisa masuk. "Mohon maaf Ghavi tidak ada ditempat Tante. Kalau boleh tau ada keperluan apa ya mau ketemu Ghavi ?" ucapku agak bingung karena tidak mengenal sama sekali sosok yang ada di depanku. Selama 5 tahun aku sangat mengenal baik keluarga Ghavi baik ayahnya maupun adiknya. Ayah Ghavi seorang pengusaha kecil di Kota Surabaya dan adiknya bernama DAVINA SHERIN ATMADJA yang saat ini sedang kuliah Kedokteran di Kuala lumpur Malaysia. Orang tua mereka bercerai sejak Ghavi SMA. Karena Ghavi pernah cerita bahwa kondisi perekonomian mama dan papanya bagai langit dan bumi. Papanya hanya seorang pengusaha alat kesehatan dan memiliki rumah sakit di Surabaya. Sedangkan mamanya adalah pewaris dari kerajaan bisnis ATMADJA CORPORATION yang memiliki hotel, resort dan real estate cukup besar di Indonesia. Kemudian ayahnya menikah lagi disaat Ghavi sudah kuliah di Paris. Tapi sosok seseorang yang ada di depanku ini sama sekali tidak aku kenal.
Setelah beliau masuk ke ruang tamu dan terlihat tatapan matanya menyebar ke seluruh ruangan seperti meremehkan ucapan nya cukup mengagetkan "Saya Renatta. Saya ibu kandungnya Ghavi. Sudah lama saya tidak bertemu dengan dia. Saya ingin tanyakan kamu punya hubungan apa dengan Ghavi ?".
Deg ... dengan wajah kaget aku berusaha tersenyum dan menjawab pertanyaan nya "Saya Catelyn kekasih Ghavi. Dan kalau memang Tante Renatta ingin bertemu dengan Ghavi bisa kembali lagi besok sore atau malam karena dia baru kembali dari Amsterdam besok siang" ujarku dengan sopan.
Masih dengan mode menatapku dengan tatapan penuh selidik, dia bertanya kembali "Apa pekerjaanmu di Paris Catelyn? Apakah kamu menumpang hidup kepada anakku ?". Dwuaaaar ... pertanyaan yang sangat menampar harga diriku sebagai wanita mandiri. Dengan mengangkat dagu akhirnya kujawab dengan setengah tersenyum "Ops sorry Tante ... Saya sudah bekerja sebagai designer dan saya lulusan terbaik di kampus saya. Rasanya Ghavi sudah tau kog penghasilan saya berapa sebagai seorang designer. So there is no reason for me to ask Ghavi for money". Sepertinya kalimat yang keluar dari mulut mungilku cukup telak untuk menjawab pertanyaan tadi. Tapi ternyata masih dijawab oleh Tante Renatta "Saya gak mau aja ada benalu di hidup anak saya. Karena saya akan memilih bobot bibit bebet yang sepadan untuk menjadi pendamping Ghavi nantinya" ujarnya sombong.
Oh come on ... Ghavi aku gak menyangka mamamu kalau bicara mulutnya seperti bon cabe level 50. Aku hanya diam dan terpaku tanpa mau berdebat apapun. Dan aku berkata "Kalau Tante memang mau berkomunikasi dengan Ghavi bisa langsung hubungi aja. Karena saya pun disini cuma tamu yang numpang istirahat" dengan tangan ku yang mulai terlipat di dada. Gerah aku harus berhadapan dengan calon mertua yang nyinyir ini. Dan sangat berbanding terbalik dengan papanya Ghavi yang baik dan sangat menyenangkan untuk menjadi teman bicara. Apalagi dengan Davina adiknya Ghavi yang selalu ceria dan manja.
"Ok baiklah ... Saya akan hubungi Ghavi langsung dan besok akan kembali kesini" ujarnya sambil meraih clutch yang tadinya diletakkan nya di meja. Dan dia melangkah menuju pintu ... Klik dia membukanya. Tapi kemudian dia berbalik ke arahku dan berkata "Ghavi itu adalah pewaris perusahaan yang saya miliki. Jadi saya akan memilih kan yang terbaik untuk anak saya. Dan tolong kamu sampaikan juga hal ini kepada Ghavi" lalu ia berbalik dan melangkah menuju koridor. Pintu tertutup dan aku terdiam sambil mencerna semua kata-kata yang dilontarkan.
Entah apa maksudnya dan dari pada aku gundah langsung saat itu juga Ghavi aku hubungi via telepon. "Hai sayang ..." ujarku "Hai ... tumben telepon kan besok aku pulang" jawabnya "I want to tell you something sayang ... barusan Tante Renatta yang dia bilang sebagai mama kamu datang kesini dan besok dia mau ketemu kamu" aku berbicara sedatar mungkin. "Apa yang mamaku bilang ke kamu sayang ? Apa dia ada menyakitimu dengan perkataannya ?" tanya Ghavi penuh selidik. "Gimana ya sempat gak enak didengar tapi aku gak tau dia siapa. Makanya aku memastikan ini ke kamu" jawabku agak malas karena benar-benar pertemuan yang bikin badmood di pagi hari. "Oh shit ... Aku sangat tau bagaimana kalimat yang keluar dari mulut mamaku. Aku selesaikan pekerjaan ku segera dan ku usahakan sore ini aku pulang" jawab Ghavi. "Baik kalau begitu ... Take care sayang. I love you" ujarku. "I love you more sayang" Ghavi menutup teleponnya dengan kalimat yang menenangkan hati.
Tapi kedatangan beliau kesini memang cukup mengganggu ketentraman batinku. Entahlah kalimat apa lagi yang bakal membuatku sakit untuk mendengarnya ketika kami bertemu lagi.
***