Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.
Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.
"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAYEMBARA
Adler mendaftarkan dirinya dalam sayembara itu. Edith sangat tidak menduga jika sosok Adler tertarik dengan hal seperti itu.
"PENDAFTARAN AKAN DITUTUP 2 MENIT LAGI. SUDAH ADA 7 PENDAFTAR UNTUK SAYEMBARA INI!"
Adler tersenyum, "Semakin sedikit penantang, Semakin bagus kan?" Adler menyengol bahu Edith disebelahnya.
Edith hanya mengeleng dan memutar bola matanya.
Tak jauh di belakang mereka, Putra Count yang terus mengikuti mereka, diam-diam mendaftarkan dirinya dalam sayembara itu. Panitia pendaftaran cukup terkejut dengan sosok yang terkenal karena tingkahnya itu berani mendaftarkan dirinya dalam sayembara yang Pangeran Elfy buat.
Panitia itu menatap Putra Count dengan keraguan. Menyadari dirinya mendapatkan tatapan hina itu, Putra Count menatapnya balik. "Hah?! Kenapa melihatku seperti itu!?" Tanyanya sambil sedikit meremas biodata pendaftar lainnya.
Dua panitia pendaftaran sayembara itu terlihat berusaha membulatkan tekadnya. "Anda tau.... Ini bukan acara yang bagus untuk Anda kacaukan" Ucap salah satu dari mereka dengan gemetar.
"HAH?! Ku kacaukan? Apa aku terlihat seperti pengacau!?" Tanyanya sekali lagi.
Sekilas, dia mengingat banyak kejadian yang sering dia kacaukan. Dia menutup mulutnya dengan tangan kirinya. "Lupakan saja, kali ini aku hanya ingin mengikuti sayembara aneh ini" Putra Count tidak ingin memancing keributan lagi.
Dia kembali melihat ke arah belakang, arah terakhir kali dia melihat Edith dan Adler. Namun, dua orang yang dia buntuti itu menghilang dari sana. "Astaga! Kemana perginya mereka?" Putra Count pergi setelah mendapatkan nomor urutan ke-08.
□■□■□■□■□
Edith dan Adler tanpa sengaja berkontak mata dengan Elfy. Elfy tersenyum dan datang ke arah mereka berdua.
"Sial...." Gumam Edith dan Adler bersamaan.
Adler dan Edith saling melihat. Adler menunjukkan senyumannya dan mengenggam telapak tangan Edith agar tidak jauh darinya.
Elfy menyapa mereka berdua, "Aku tidak menduga jika kita akan bertemu secepat ini" Ucap Elfy melambaikan tangan pada Edith.
Edith hanya sedikit membungkukkan tubuhnya dan menunjukkan senyumannya.
Tangan Adler tiba-tiba sedikit melambai, menganggu pandangan mata Elfy pada Edith. Tentunya, itu membuat Elfy menoleh ke arah Adler. Di dada kiri Adler terdapat nomor urut sebagai peserta sayembara yang dia buat. Kedua alis Elfy terangkat ke atas, matanya sedikit terbelalak.
"Menarik. Bagus-bagus! Aku sangat tidak sabar dengan sayembara itu. Haruskah, ada taruhan khusus antara kau dan aku jika salah satu dari kita mampu bertahan lebih lama?" Elfy mengulurkan tangannya pada Adler.
Edith mencubit lengan Adler agar tidak macam-macam. "Aduh..." Adler menoleh ke arah Edith. Edith sudah melotot padanya. Lototan mata Edith juga terlihat di mata Elfy.
"Aduh, seramnya~ haha" Elfy terkekeh melihatnya.
Edith kembali menunjukkan senyumannya kepada Elfy.
"Seperti yang Anda lihat. Kekasih saya tidak suka jika saya ikut taruhan. Saya hanya butuh pekerjaan untuk keberlangsungan kami" Ucap Adler.
Edith menatap Adler dengan tatapan omong kosong, "Padahal kau hanya tertarik pada naga" Batin Edith mendengar ucapan manis Adler pada seorang Bangsawan didepannya.
"Butuh pekerjaan?" Tanya Elfy sambil melihat ke arah Edith.
Edith menganggukkan kepalanya.
"Sayang sekali, aku hanya mempekerjakan seorang Iblis" Ucapnya.
"Permisi.... Yang cari pekerjaan itu saya...." Ucap Adler menyembunyikan Edith di belakangnya.
Elfy menatap Adler dari atas hingga bawah. Mata Elfy tidak pernah salah. "Dari auramu, kau tidak seperti Iblis normal. Pekerjaan untuk membesarkan naga, tidak cocok untukmu" Ucap Elfy setelah menilai Adler.
Adler sudah berusaha menekan auranya, yang Elfy rasakan hanyalah 25% dari aura yang Adler miliki. Adler tiba-tiba menundukkan punggungnya. Melihat Adler membungkuk seperti itu, Edith tidak mengerti apa yang Adler pikirkan saat ini. "Hanya karena seekor naga! Apa yang kau lakukan!?" Karena refleks, Edith turut membungkuk.
"Tolong, berikan saya kesempatan untuk mencoba sayembara ini! Saya akan membuktikan jika saya pantas untuk menjadi bagian dalam menjaga naga yang akan menetas!" Tegas Adler.
Elfy merasa jika Adler salah paham. Tentu saja, Adler salah paham. "Bukannya kau tidak pantas menjaga anak naga. Hanya saja, auramu dengan auraku tidak jauh berbeda. Adanya, anak itu malah takut"
Adler tertohok seakan mulutnya mengeluarkan darah. "Auraku? Menakuti anak naga?" Gumam Adler sambil menjatuhkan dirinya yang sangat ingin merawat monster sejak dia kecil.
Edith tidak mengerti apa yang membuat Adler terobsesi seperti itu untuk bisa menjadi bagian dalam membesarkan seekor naga. Edith kembali berdiri dengan sopan. "Baginda, meski saya seorang Manusia, saya adalah seorang Healer. Bayi naga tidak mampu mengontrol sihir mereka. Jika Anda berkenan, biarkan saya untuk menawarkan diri agar bisa menjadi bagian membesarkan bayi naga"
Mendengar ucapan Edith, Adler menoleh ke arah Edith. Dia langsung berdiri dan memegang tangan Edith. "Edith, aku tidak mengizinkanmu untuk mendekati naga. Entah itu Healer, atau Saint. Manusia, tetaplah makhluk lemah yang berumur pendek. Kau bisa mati jika terkena api naga" Jelas Adler.
Elfy mematikkan jarinya sambil menunjuk Adler, namun pandangannya masih menatap Edith. "Kekasihmu benar. Tapi, jika Kekasihmu mau menerima taruhanku, aku bisa memberikanmu item untuk menangkis semua efek sihir di sekitar bayi naga. Bagaimana? Itu pun, jika Kekasihmu bisa tahan di air dingin lebih dariku" Ucap Elfy.
Adler menghela napas dan membelakangkan rambutnya. "Baiklah Tuan Muda, katakan padaku apa taruhannya?" Adler tidak ingin langsung menerima taruhan itu mentah-mentah.
Elfy menyeringai, seringaian itu membuat Edith teringat dengan Iblis yang merasuki tubuh Ash. Tapi, kali ini, "Dia lebih seram dari Ash" Batin Edith.
"Jika kau berhasil mengalahkanku, Aku akan memberimu pekerjaan itu dan sedikit negosiasi tentang gaji. Jika kau kalah, Kekasihmu itu milikku" Ucap Elfy.
Adler mengambil langkah. Dia sungguh dekat dengan Elfy. Tinggi mereka terlihat sejajar. "Taruhanmu, berat sebelah. Aku cukup kaya jika dibandingkan dengan gaji yang kau berikan" Ucap Adler.
"Lantas?"
"Bayi naga itu, beri aku kebebasan untuk merawatnya. Dan jangan mengangguku saat aku melatih atau merawatnya, serta jangan menyentuh kekasihku sedikitpun" Ucap Adler.
Elfy dan Adler beradu tatapan. Semua orang melihat ke arah mereka, termasuk Putra Count yang mencari mereka. "Sialan, dia orang gila..." Lirih Putra Count. Di sana, hampir tidak ada yang berani menerima ataupun berhadapan dengan Elfy seperti Adler.
"GREP! DEAL!" Keduanya saling berjabat tangan.
Edith hampir saja mengalami serangan kematian mendadak. "Adler.... Kali ini... kau yang menyeretku dalam masalah" Edith memukul bahu Adler tanpa tenaga.