Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Flashback
Drett...
Drett....
Melati yang sedang larut dalam pikiranya, seketika fokusnya teralihkan, saat mendengar bunyi ponselnya yang kini bergetar diatas ranjang sebelahnya.
'Bisma?? Duhh gawat ini!' rintih batin Melati sambil menatap sang mertua, yang kini tengah tertidur diatas sofa.
"Eghem!! Ada apa, Bisma??" dehem Melati to the point.
Melati dapat mendengar disebrang telfon, suara Bisma yang kini tengah tertawa luas bak orang tidak waras.
"Hahaha.....Melati sayang, apa kabar?? Oh, suaramu begitu membuatku langsung bergairah, sayang......" balas Bisma yang sedang duduk santai diatas kursi kerjanya.
Melati melirik kearah mertuanya sekilas, lalu memalingkan wajah, hingga suaranya kini menjadi bisikan bagi pria disebrang.
"Aku tidak suka main-main, Bisma!! Aku sedang berada dirumah sakit sekarang....." kata Melati menahan kesal.
Bisma tampak mengernyit. Dia seketika langsung bangkit dari tempat duduknya, berjalan kesembarang arah, "Rumah sakit?? Siapa yang sakit?? Apa kamu, sayang?? Jika iya, maka aku akan langsung datang kesana," tanya Bisma terdengar khawatir.
"Ini bukan main-main, Bisma!! Jika tidak ada yang penting, lebih baik aku matik........" suara Melati terputus, karena sang sahabat lebih dulu menyela ucapnya.
"Eitzzz....tunggu dulu, sayang!! Aku hanya ingin bertemu denganmu, jadi datanglah ditempat biasa, aku akan menunggumu. Atau, jika kamu tidak bisa datang, biar aku yang ijin dengan Bagas untuk menjemputmu?!!" Bisma menarik sudut bibirnya, hingga terlihat menyeringai bak senyum iblis.
Melati semakin membolakan mata tajam, "Gila kamu!! Biar aku sekarang yang kesana. Sudah dulu, aku matikan!!"
Panggilan terputus sepihak oleh Melati. Dia terdiam sejenak. Hati kecilnya seolah mengajaknya untuk segera menemui sang sahabat, agar dapat menceritakan yang sebenarnya terjadi.
Namun Melati bimbang. Antara yakin atau tidak untuk menceritakan kehamilannya pada Bisma. Dia hanya takut, jika Bisma akan semakin mengikatnya, karena kehamilannya kini. Apalagi, anak yang berada dikandunganya saat ini memanglah anak dari Bisma.
Flashback off.
Farhan yang di beri tugas untuk mengikuti nona mudanya, sempat membolakan mata tidak menyangka. Semula, Farhan sempat kehilangan jejak sang nonanya, karena perginya Melati lebih cepat dari kedatangan sang asisten.
Namun, karena Farhan juga memiliki anak buah, dia diberi tahu oleh salah satu anak buah tuanya, jika saat ini nona Melati tengah berada dalam hotel ternama dikota Batu.
'Sedang apa, nona Melati berada dalam hotel?? Pasti ada yang tidak benar ini.....' lirih batin Farhan didalam mobil, saat mengetahui nona mudanya ada didalam.
Sementara dilain tempat, tepatnya ditaman kota.
Dua wanita cantik dengan jilbab lebarnya masing-masing, kini tampak sedang asik bercengkrama yang diselingi candaan ringan serta tawa lepas, seolah dunia sedang bersahabat dengannya.
"Selamat Ara sayang......" seru Fatma yang tiba-tiba membuat Aisyah sontak terkejut.
"Aku sedang tidak ulang tahun Fatma!!" kekeh Aisyah yang merasa heran.
Fatma tampak mengeluarkan laptop didalam tasnya, dan mengetik sesuatu. Setelah itu dia memperlihatkan kepada Aisyah yang kini tengah menatap juga kearah laptopnya dengan antusias.
"Ara, lihatlah......." kata Fatma yang sudah tidak sabar menunggu reaksi sahabatnya itu.
Aisyah tertegun sambil menutup mulutnya, karena saking terkejutnya. Merasa kurang puas, Aisyah lebih mendekatkan pandanganya lagi, meyakinkan dirinya, bahwa yang saat ini tengah ditatapnya benar-benar nyata, bukan haluan sesaat.
"Ya ALLAH Fatma.....itu benar bukuku?" tanya Aisyah yang masih tetap meyakinkan sahabatnya.
Fatma mengangguk, "Ara, kamu telah berhasil menjadi seorang penulis!! Dia bagaikan Narendra, yang kau rawat sejak kecil, dan kini sudah tumbuh menjadi salah satu buku dambaan banyak orang di KOTA BATU ini. Bukumu sangat banyak sekali peminatnya, Ara!! Selamat....." saking merasa bahagianya, Fatma langsung saja memeluk sahabatnya itu.
Aisyah juga besyukur, namun ada yang mengganjal didalam hatinya saat ini. Dia sudah berhenti dengan tulisanya, semenjak Narendra lahir. Dan ditambah kepergiannya 3 tahun di Turki. Buku itu belum sepenuhnya jadi, mungkin masih kurang beberapa bab saja. Aisyah menulis buku motivasi kehidupan yang berjudul 'PANGGIL AKU IBU'
"Fatma...." lirih Aisyah, "Bagaimana bisa bukuku berjajar dirak, dan sudah tersampul rapi, sedangkan aku terakhir menulis disaat aku melahirkan Narendra. Lalu, bagaimana ada orang tahu, jika aku hanya memberitahu dua orang saja. Yaitu kamu, dan........"
"Ara...kamu sedang apa??" seru Dava yang baru saja tiba diperpustakaan. Dia sempat mengernyit, karena melihat sahabatnya tampak asik dengan lembaran kertas dan juga sebuah pena.
Aisyah menghentikan aktivitasnya. Dia kemudian menepuk bangku sebelahnya, agar sang sahabat dapat duduk.
"Lihatlah.....bagaimana, menurutmu??" kata Aisyah, setelah menunjukan satu lembar kertas, yang sudah ada beberapa kalimat indah hasil tulisanya.
Dava membolakan mata kagum. Pria tampan yang dulu berkacamata itu, membuat apresiasi dengan bertepuk tangan, agar sang sahabat merasa bahagia.
"Kamu sudah pantas menjadi seorang penulis yang terkenal, Ara!!" kekeh Dava, "Kamu kasih judul apa itu?" tanya Dava kembali.
"Doakan aku, Dava!! Karena aku sangat mencintai anak-anak....jadi, akan ku beri judul...." gumam Aisyah sambil berpikir sejenak, "Emt....bagaimana kalau, PANGGIL AKU IBU??" jawab Aisyah yang menunjukan wajah gemasnya.
"Sangat bagus!! Kamu kelak juga akan menjadi ibu, Ara!! Aku sangat mendukungmu dalam hal apapun. Aku sudah tidak sabar membayangkan bukumu tertata rapi bergandengan dengan buku-buku rekomendasi lainya, disalah satu pusat buku terbesar di KOTA BATU!!" Dava tampak antusias menatap depan, seolah menatap bangga pada buku Aisyah yang sudah dalam rak rekomendasi.
Aisyah tertawa lepas. Dia merasa bahagia, karena sang sahabat selalu memberi dukungan, walaupun dia belum sepenuhnya meyakini karyanya sendiri.
"Aku akan menyimpan judul ini, sampai aku menikah kelak!! Dan aku akan melanjutkannya hingga aku berhasil di panggil ibu oleh putraku sendiri!!" gumam Aisyah penuh harap.
Dava hanya ikut tersenyum, dan menatap wajah sang sahabat begitu antusiasnya. 'Entah pada akhirnya, kamu akan menikah dengan siapa.....semoga saja, kamu akan segera dipanggil ibu yang sesungguhnya Aisyah!!' lirih batinnya.
Melihat sahabatnya melamun, Fatma langsung saja menepuk pelan bahu Aisyah, agar sahabatnya tidak berlarut.
"Kamu baik-baik saja, Ara?? Kamu menggantung ucapanmu, padahal aku sudah antusias mendengarnya. Jadi siapa yang kamu beri tahu, selain aku??!" tegur Fatma kembali.
"Dava......" jawab Aisyah menatap lurus. Lalu dia memutus pandanganya, bergangi menatap sang sahabat, "Akun berkata dengan dia, jauh sebelum aku menikah dengan kakaknya, Fatma. Dan disaat itu, kita masih duduk dibangku fakultas," lanjut Aisyah berkata.
Sejenak, Fatma terdiam larut dalam ucapan sahabatnya. Fatma sebenarnya ingin sekali mengatakan sesuatu, namun dia rasa bukan saat ini yang tepat.
Setelah itu, dia menepuk pelan tangan Aisyah. Mengusapnya dengan lembut, bagaikan seorang kakak yang tengah menengkan adiknya, disaat bimbang melanda.
"Kamu tau, Ara......?! Terkadang, kita hanya terlambat menyadari sesuatu. Dari dulu hingga saat ini, ada sebuah sayap lebar yang selalu memelukmu dari jauh. Sayap itu yang selalu menaungimu, mendekapmu, memberi ruang indah tanpa kamu sadari. Kedua sayap itu begitu tulus, tidak mengharap apapun darimu, kecuali hanya melihatmu dapat tersenyum," ujar Fatma, yang hanya mampu mengibaratkan kalimatnya, agar tidak terdengar baku ditelinga sang sahabat.
Aisya mengernyit. Kedua netranya menatap lekat, seakan ingin tahu lebih, apa maksud ucapan sahabatnya barusan.
"Aku tidak mengerti maksudmu, Fatma!! Tapi aku sangat bersyukur, sudah memiliki beberapa sayap indah yang begitu nyata. Dia adalah sahabatku, ini....." gumam Aisyah sambil memeluk tubuh Fatma.
Fatma tersenyum penuh syukur, ternyata persahabatan mereka berlangsung hingga saat ini.
Dret...
Satu notif masuk dalam ponsel dosen cantik itu. Dia segera melerai pelukanya, dan langsung membuka pesan yang masuk.
'Mas Bagas?!' lirih Aisyah, lalu segera membuka pesan dari mantan suaminya itu.
"Ara, aku ingin bertemu dengan Narendra?? Apa dia ada dirumah?! Aku dalam perjalanan menuju kesana."
"Datang saja!! Narendra mungkin sedang beristirahat, siang tadi dia habis dari rumah sakit memeriksakan giginya." (send)
Melihat itu, Fatma sontak memicing, "Siapa??"
"Mas Bagas! Dia ingin bertemu dengan putranya. Kalau begitu, aku pamit dulu Fatma!!" kata Aisyah seraya bangkit dari duduknya.
Fatma juga bangkit, dia menepuk kembali bahu Aisyah, sebelum sahabatnya itu benar-benar pergi, "Tidak ada yang perlu kamu cemaskan, Ara!! Sampai kapanpun, hubungan darah antara ayah dengan putranya, tidak akan pernah terputus," ucap Fatma seolah mengerti, apa yang kini tengah dicemaskan oleh sang sahabat.
Aisyah menunduk sendu, "Aku hanya takut, jika putraku diambil oleh mereka, Fatma!! Aku tidak bisa membayangkan, sehancur apa hidupku, saat dulu pertama kalinya aku bertemu Narendra!!" lirihnya, dengan airmata yang sudah menggumpal dibalik pelupuk. Bayangan saat pertama kali dia bertemu dengan putranya kembali berputar.
"Semua akan baik-baik saja!! Aku yakin, Bagas tidak akan setega itu pada Narendra!! Sudah, pulanglah.....!! Aku juga mau ke hotel, untuk menjemput sepupuku."
Aisyah hanya mengangguk sambil mengusap air matanya. Lalu segera bergegas menuju tempat mobilnya.
** **
Golden Tulip Holland Resort Batu.
Setelah bertemu dengan Aisyah, Fatma langsung saja melanjutkan perjalananya, untuk menjemput sang sepupu, yang kini tengah menginap di hotel, karena baru saja tiba dari Singapore.
Fatma tampak tenang menelusuri lorong hotel, sambil membawa tas jinjingnya. Dia berjalan dengan tenang sembari melihat nomor kamar, yang baru saja diserahkan oleh staff penginapan.
Disaat belokan, Fatma yang tidak melihat depan, tiba-tiba.....
Brughh....
pantes awal dava mau jodohin mereka kok gk sreg bnget gk dpt chemistry ternyata kluarga franda bgitu jahat. franda juga jd wanita knp gk nyari tau atau bgaimana nelan mentah mentah omongan bpk ibunya.
mknya tega memisahkan anak nya dng suaminya. semoga dpt karma ortu franda itu.
muak bnget anaknya dah dpt laki baik mlh di pisahkan.
si Dava juga aneh mlh mau jodohin dng Bagas gk kasian apa dng Harsa kl bgini. jd sahabat hrse Dava gk cm dngerin satu pihak hrs dua belah pihak. Berati yg korban Harsa di sini korban keserakahan ortu franda.
sungguh ironis rela misahin anak demi dpt besan kaya raya.
semoga franda dan Harsa bersatu lagi krn kl franda dpt laki kaya cm pingin harta dan tahta saja.
ortu gila harta tu ortu franda.
semoga franda tau kebenarannya kl itu ulah ortunya dan bisa rujuk dng Harsa kasian korban fitnah ortu franda biar mereka pisah.
tanpa mikirin anak dan cucu. obsesi ortu gila ya bgini.
Lebih baik kl yg franda dan Harsa bisa rujuk krn sebetulnya mereka korban ortu franda.