Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ALASAN UNTUK HIDUP
"Di mana Selly?" seru Ziya , memotong ucapan penuh basa-basi dari salah seorang rekan kerjanya.
"Ehem, Nyonya sudah pergi sekitar satu jam yang lalu...." Tanpa membuang waktu lagi, Ziya langsung berbalik dan berlari.
la tahu di mana Selly tinggal. Bukankah ia juga datang ke rumah wanita itu saat membutuhkan uang? dan ia berakhir seperti ini.
Menghentikan taksi dan langsung masuk ke dalam, lalu meminta supir mengantarnya ke rumah mewah milik Selly Ayrazed.
Di dalam rumah mewah milik Selly Ayrazed
."Ahhh... Ahhh... Ya, ya...." posisi Amy berada di atas teman kencannya. Pemuda berusia 20 tahun, berada tepat di bawah tubuhnya.
Pria muda, Selly tergila-gila dengan pria muda yang berusia belasan tahun lebih muda darinya. Satu sentakan, membuat tubuh mereka berganti posisi.
Pemuda itu menggulingkan tubuh mungil Selly dengan tubuh yang masih menyatu. Menahan kedua kaki ramping dan mulus milik Selly dengan lengannya yang kokoh, mendorongnya hingga kedua kaki itu membuka lebih lebar.
Selly menarik kepala pemuda itu dan menempatkannya di payudara besar miliknya.
Terdengar suara desahan dan erangan keluar dari bibir merona milik Selly. Pria muda memiliki stamina yang mampu mengimbangi hasrat liarnya.
Karena itulah, ia rela membayar mahal untuk pelayanan panas seperti ini. Telepon di depan ruang tidur, terus berdering.
Berulang-ulang, tanpa henti. Biasanya, panggilan itu dari staff keamanan yang berjaga di bawah.
"Lebih cepat! Cepat! CEPAT!" teriak Selly , saat hendak mencapai klimaks.
Goyangan pinggul pemuda itu semakin kencang dan kasar, mengikuti perintah sang Nyonya. Desahan dan pekikan, mengiringi pergulatan panas mereka dan bersama-sama kepuasan pun digapai.
"SIAL!" maki Selly, saat pesawat telepon terus berdering dan amat mengganggu. Melompat turun dari ranjang dan mengenakan jubah sutera, Selly langsung melangkah keluar kamar meninggalkan teman kencannya yang sudah tertidur pulas.
Dengan kesal, Selly berjalan ke arah meja samping dan mengangkat pesawat telepon itu.
"ADA APA?" bentaknya kesal, saat menjawab panggilan telepon itu.
Selly terdiam, saat mendengar penjelasan dari staff keamanan.
"Baik! Izinkan dia naik!" ujar Selly ketus .
Berjalan ke arah mini bar yang ada di sudut ruangan yang lain, selly menuangkan segelas wine untuk dirinya sendiri dan menenggak habis dalam satu tegukan.
Tidak butuh waktu lama, hingga Ziya berdiri di hadapannya.
"Ada apa?" tanya Selly dengan nada suara malas, sambil meletakkan gelas yang telah kosong di atas meja mini bar.
"Bantu aku!" seru Ziya .
"Ha ha ha! Bantu? Apakah kamu kira aku adalah seorang pemilik yayasan sosial?" tanya Selly dengan nada suara penuh ejekan.
Selly tidak peduli dengan ejekan itu dan melangkah maju, semakin mendekati Selly.
"Bawa aku ke hadapan anakku! Aku bisa jadi pelayan atau apa pun. Yang penting, aku bisa melihat anakku dan memiliki tujuan hidup," ujar Ziya .
"Apakah kamu lupa dengan kontrak yang sudah kamu tanda tangani? Jika lupa, maafkan aku sebab tidak bisa membantumu!" tolak Selly secara langsung.
"Darren Arshaq Ryzadrd!" seru Ziya. Nama itu lah yang mampu membuat wajah Selly pucat pasi dan tercengang.
"Jika kamu tidak mau membantu, aku bisa mencari tahu siapa Darren Arshaq Ryzadrd. Walaupun ada ribuan nama itu di dunia ini, aku akan mencarinya dan menunjukkan diri tepat di hadapannya. Bagaimana dengan itu?" tanya Ziya penuh ancaman.
"K-Kau... Dari mana kamu mendengar nama itu?" tanya Selly tergagap.
"Anda yang menyebutkan nama itu! Jika Anda lupa, nama itu Anda sebutkan di awal aku menerima pekerjaan itu. Saat itu Anda mabuk," jawab Ziya jujur apa adanya.
Selly mulai berjalan mondar-mandir dan berusaha menemukan alasan atau apapun.
"Dan jika aku menemukan pria itu, aku juga akan memastikan apakah bayaran yang aku terima sesuai atau tidak," ancam Lyra. Ya, ia tahu wanita yang berdiri di hadapannya cukup licik dan mata duitan.
"Itu sesuai! Tidakkah kamu tahu, biaya pengobatan ibumu begitu mahal?" raung selly jelas-jelas terlihat panik.
"Jika Anda takut, maka bantu aku! Aku hanya akan berada di sekitarnya, hanya melihat!" timpal Ziya sambil menggenggam pergelangan tangan Selly .
"Bagaimana bisa?" tanya Selly .
"Aku akan menyamar! Aku jamin pria itu tidak akan mengenali diriku!"
"Aku mohon, bantu aku. Aku butuh alasan untuk hidup. Kau tahu betapa buruknya jalan yang aku pilih dan pada akhirnya, aku harus kehilangan ayah ku . Aku mohon, aku mohon...."
Selly menelan salvinanya sekuat tenaga . Ia dapat melihat keputusasaan di mata hazel milik Ziya . Ia bukan orang yang berbelas kasih, tapi kemalangan dan kesialan Ziya mampu menggerakkan hatinya.
"Entahlah! Aku tidak tahu bagaimana membantumu. Namun, aku akan mencoba mencari tahu. Jadi - "
"TERIMA KASIH!" pekik Ziya memotong ucapan Selly dan langsung memeluk tubuh wanita itu. Penglihatannya menjadi gelap, Ziya pingsan ditempat .
.....
Keesokan harinya.
"Sudah sadar?" tanya Selly dengan nada suara tidak senang. Ziya mengerjapkan mata beberapa kali sebelum pandangannya dapat fokus.
la melihat ke sekeliling dan tahu ini bukan rumahnya. Kamar tidur yang terlihat mewah dengan beberapa pilar menyangga ruangan luas ini. Ziya menoleh dan menatap selly yang sedang menarik tirai jendela, hingga terbuka lebar. Wanita itu terlihat seperti biasa, memukau dengan balutan pakaian mewah.
"A-Apa yang terjadi?" tanya Ziya dengan suara serak.
Tenggorokannya terasa kering dan kepalanya begitu sakit, seperti hendak pecah.
"Merepotkan! Kamu pingsan dan aku harus memanggil dokter untuk memeriksa dirimu. Kekurangan gizi!" sembur Selly kesal dan berjalan mendekati ranjang di mana Ziya terbaring dengan kedua tangan yang bersidekap dada.
"Apakah Anda sudah menemukan cara untuk membuatku dapat bertemu dengan putraku?" tanya ziya .
"Ya! Tapi, kamu harus sehat terlebih dahulu," tandas Selly .
Ziya memejamkan mata dan air mata membasahi wajahnya. Secercah harapan, langsung menerangi jiwanya yang gelap gulita.
Hanya melihat, itulah yang akan dilakukan. Ia harus melihat anaknya tumbuh dengan baik, baru dapat hidup dengan sedikit tenang.
"Entah mengapa, sepertinya ini takdir. Keluarga Ryzadrd memang sedang mencari pengasuh untuk putramu. Tiga hari dari sekarang, aku akan mengantarmu ke sana. Namun, aku tidak menjamin apakah kamu akan diterima atau tidak. Karena, banyak sekali pengasuh profesional yang melamar ke sana," ujar selly tidak mau terlalu memberi harapan pada gadis kampung itu.
Ziya mengangguk. la harus melakukan apa saja agar dapat diterima bekerja sebagai pengasuh putranya. Hanya ada satu kesempatan dan harus digunakan dengan sebaik mungkin. la memiliki tiga hari untuk mempelajari banyak hal tentang pengasuhan.
.*.*.*
"Bagus! Aku bahkan tidak dapat mengenalimu," ujar selly yang barusan melangkah masuk ke kamar tamu di apartemennya.
Tiga hari ini, ziya tinggal di tempatnya untuk mempersiapkan diri. Hari ini, Ziya akan diantar langsung ke kediaman Ryzadrd dengan penyamaran yang sempurna.Wajah, leher, lengan dan kaki yang terlihat semua dilapisi oleh foundation tahan air dengan warna lima tingkat lebih gelap dari warna kulit aslinya.
Rambut panjangnya diminyaki dan ikat kepang satu yang begitu kaku tergerai di punggung. Tidak lupa, Ziya menggunakan lensa kontak berwarna hitam untuk menyamarkan bola matanya yang berwarna hazel.
"Kenakan Ini juga," ujar selly menyodorkan satu buah kacamata persegi dengan bingkai tebal berwarna hitam.
Saat dikenakan kacamata itu menutup sebagian wajahnya. Ziya mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih, yang dipadukan dengan celana kain berwarna hitam. Satu kata untuk penampilannya saat ini kampungan.
"Apakah kamu siap?" tanya Selly kembali, yang dapat melihat betapa tegangnya ziya.
Ziya berdiri dari duduknya , "Aku siap." Tidak lagi ada yang berbicara, mereka melangkah keluar dari kamar dan meninggalkan rumah mewah itu.
Selly sendiri yang akan mengantar Ziya ke sana. Mobil sport keluaran terbaru berwarna merah, melaju kencang meninggalkan rumah mewah milik Selly Ayrazed.
Perjalanan hanya butuh waktu 20 menit saja untuk tiba di depan kediaman mewah milik Keluarga Ryzadrd.
"Begitu dekat," gumam ziya . Siapa sangka ternyata mereka berada di kota yang sama dan begitu dekat.
"Walau dekat, kalian tidak akan pernah bertemu! Dunia kalian berbeda. Lagipula, yang menempati kediaman ini hanya istrinya saja. Mereka sering berpindah kota, sesuai dengan keinginan mereka di mana ingin tinggal" jelas selly datar.
Ziya mengangguk, apa yang dikatakan Selly tidaklah salah. Walau berada di satu kota, tidak mungkin ia dapat bertemu dengan pria itu. Sebab, dunia mereka memang berbeda.
Menarik dan membuang napas beberapa kali, ziya pun membuka pintu mobil sport itu.
"Bilang namaku, saat kamu bertemu dengan petugas keamanan," pesan selly saat Ziya turun.
"Baik," jawab ziya dengan tatapan tertuju pada gedung mewah yang berada tepat di hadapannya.
"Semoga beruntung," seru Selly sekali lagi dengan suara yang cukup lantang , Ziya menoleh dan menatap selly , perlahan seulas senyum terpatri di wajahnya yang tertutup kacamata besar dan foundation gelap.
"Terima kasih," ujar Ziya tulus sebelum menutup pintu mobil dan melangkah ke arah gerbang megah yang menjulang tinggi. Mobil sport merah pun berbalik, meninggalkan Ziya sendiri.
Meninggalkan Ziya untuk menghadapi takdirnya sendiri. Menarik dan membuang napas berkali-kali, akhirnya Ziya berani mendekati salah satu pengawal yang berjaga di depan gerbang.
"Saya utusan dari sang Selly Ayrazed untuk mengikuti interview sebagai pengasuh" jelas Ziya .
Pengawal itu menatapnya dengan mengernyit. Ziya tidak tersinggung karena penampilannya saat ini pantas ditatap dengan tatapan seperti itu.
"Ehem, sebentar saya periksa dulu" ujar si pengawal dan mulai membolak balikkan kertas yang ada di genggamannya.
"Ziwa?" tanya si pengawal sambil menatap ke arah Ziya. Ziya mengerjapkan mata beberapa kali, la lupa menanyakan nama samaran yang diberikan oleh Selly.
Mau tidak mau agar tidak mencurigakan, Ziya mengangguk kencang.
"Baik, masuklah. Sebagian peserta juga sudah hadir," jawab si pengawal dan membukakan gerbang secara otomatis.
Menghela napas dan tidak lupa mengucapkan terima kasih, Ziya pun segera melangkah masuk dengan jantung yang berdebar begitu kencang. Setiap langkah kakinya, seakan membawanya semakin dekat dengan anak yang dilahirkannya.
Kenyataan itu, membuat sinar dalam harapannya semakin terang. Kediaman mewah yang begitu luas dan megah, terbentang di hadapannya.
Begitu kaya, jelas-jelas kediaman itu menunjukkan betapa kaya raya sang pemilik. Sedikit rasa tenang memenuhi perasaan Ziya karena mengetahui sang putra tidak akan tumbuh dengan kekurangan.
"Siapa namamu?" tanya seorang pelayan yang berjaga di depan pintu utama kediaman. "
"Zi-ziwa " jawab ziya . Sial, mengapa nama samarannya begitu mirip dengan nama aslinya.
Apakah Selly ingin ia ketahuan? Namun, semua sudah terlambat. Yang harus dilakukan adalah lolos interview dan mendapatkan pekerjaan ini, barulah ia memiliki alasan untuk hidup.
"Ikut aku!" seru si pelayan dengan nada suara yang begitu dingin.
Ziya mengikuti si pelayan yang sudah melangkah masuk ke dalam kediaman dengan terburu-buru. Mulut Ziya membulat saat melihat design rumah megah ini.
Setiap lukisan atau perabotan, mampu menunjukkan betapa mahal harga mereka. Belum lagi pilar-pilar besar dan lantai batu alam yang dapat membuatnya bercermin.
"Tunggu di sini!" seru si pelayan saat mendorong salah satu pintu ganda, hingga terbuka lebar. Dengan patuh, Ziya pun melangkah masuk ke dalam ruangan itu dan kehadirannya disambut oleh belasan pasang mata yang menatapnya dengan tatapan menghina.
Ziya melangkah masuk dua langkah dan segera berhenti, saat orang-orang di hadapannya tertawa cekikan. Ada sekitar 15 orang peserta interview yang jelas memiliki penampilan memukau dan menawan .