Silvya karena kematian saudara kembarnya memutuskan bergabung dalam organisasi mafia saat berumur 17 tahun. kemampuannya dalam ilmu beladiri menjadikannya Ratu Mafia yang disegani. Ia tidak segan-segan menghabisi musuhnya saat itu juga.
karena sebuah penghianat dalam organisasinya menyebabkan dia mengalami kecelakaan tragis yang hampir meregang nyawanya.
Dokter Dika, niatnya menolong malah harus menikahi orang yang ditolongnya karena digrebek warga.
Bagaimana Silvya membongkar penghianatan dalam Wild Eagle dan menemukan dalang dibalik kematian saudaranya?
Bagaimana pernikahan Dokter Dika dan Silvya akan berjalan dan bagaimana reaksi dokter yang terkenal dingin itu saat mengetahui wanita yang dinikahinya itu adalah Ratu Mafia yang disegani?
Ikuti kisahnya, bukan plagiat jika ada kesamaan nama tokoh itu bukan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. Aksi Queen Mafia
"Aku adalah Dewi Kematianmu."
Suara Silvya begitu dingin, tatapan matanya sangat tajam. Mocito yang mendengarnya bergidik ketakutan. Ia tidak menyangka dirinya jatuh ke dalam sebuah perangkap. Lebih lebih ini adalah seorang wanita, dimana biasanya dialah yang mempermainkan para wanita.
Silvya merangkak diatas tubuh Mocito. Sesaat pria itu terpesona dengan kecantikan wajah dan kemolekan tubuh Silvya. "Sret….. Akh….." Mocito berteriak. Silvya menyayat wajah Mocito dengan pisau belati Gerber Mark II miliknya.
"Bagaimana apakah seru… aku rasa begitu."
Silvya bangkit ia pun mengambil cambuk dan mencambuk kedua paha Mocito."
"Arghhh….!!!"
" Heh baru segini saja sudah berteriak. Bukankah ini yang kau lakukan pada gadis gadis itu. Kau harus merasakannya apa yang dirasakan mereka."
Syuuuut….. Plak…..
"Argh…. Cukup… cukup. Apa yang kau minta berapapun itu aku akan memberikannya. Apa kau mau aku melepaskan gadis gadis itu? Baiklah akan ku lepaskan."
Silvya tertawa terbahak bahak. Ia sangat benci dengan sikap arogan Mocito.
" Hahahaha…. Heh kau pikir, aku begitu miskin hingga harus meminta hartamu cuih… dan lagi tanpa izin dari mu pun aku tetap bisa melepaskan mereka."
Silvya kembali mendekat. Ia duduk tepat di depan Mocito dengan seringai yang sangat mengerikan.
" Sayangku… bagian mana lagi di tubuhmu yang kau gunakan untuk menyiksa gadis gadis itu hmm? Aaah… aku tahu. Pasti itu…. Aku ingin lihat seperti apa 'dia' apakah begitu istimewanya hingga berani merusak para gadis."
Mocito membelalakkan matanya. Ia melihat Silvya memutar mutarkan belati tersebut di depan benda pusakanya.
" Tidak… Aku mohon… jangan… jangan lakukan ini…"
" Tck… berisik… aku paling benci suara ketakutan cengeng seperti ini. Diamlah aku jadi tidak bisa konsentrasi."
Silvya merobek gaunnya di bagian bawah lalu menyumpalkan ke mulut Mocito.
" Nah ini baru bagus. Seseorang memintaku untuk membunuhmu. Tapi aku tidak ingin kau mati dengan mudah. Jadi aku akan membiarkanmu hidup. Bagaimana aku baik kan. Tapi ngomong ngomong banyak juga yang menginginkan kematianmu. Jika di survei 70% warga negara Frost ini ingin kau hengkang dari alam dunia ini?"
Silvya berkata asal, ia pun mendekat dan semakin mendekat. Sebelumnya Silvya sudah mematahkan kedua kaki Mocito dan sekarang Silvya akan memangkas benda kesayangan Mocito.
Sreeet…..
"Emph… Emph… ahgg…..!!!"
Mocito berteriak.. Namun suaranya tidak bisa keluar. Ia bahkan sampai menangis merasakan ngilu di bagian sensitifnya. Silvya kembali melakukan apa yang dia mau hingga tubuh Mocito lemas. Darah segar bertebaran di atas tempat tidur bersprei putih itu.
" Selamat menikmati penderitaanmu oria brengsek."
Silvya menepuk wajah Mocito yang sudah jatuh pingsan. Ia lalu merobek robek pakaiannya dan mengacak rambutnya. Kemudian ia mengucapkan darah ke bagian tubuhnya agar terlihat dialah yang terluka.
Silvya keluar dari kamar dengan jalan terseok seok sambil meringis dan menangis. Sungguh akting yang sempurna.
" Auch.. Hiks… hiks… sakit…"
Para pengawal itu ternyata acuh. Mungkin mereka sudah biasa melihat pemandangan seperti ini. Silvya terus berjalan menjauh. Ia berjalan lebih cepat hingga memasuki lift.
Tring...lift sudah sampai di lantai safu. Disana Geoff sudah siap dengan sebuah tas yang berisi baju ganti untuk Silvya.
" Q… kau baik baik saja. Ini darah siapa? Bukan milikmu kan?"
" Sttt… bukan. Tenang lah aku baik baik saja."
Geoff menutupi Silvya dengan jaket dan berjalan menuju toilet. Geoff menunggu di luar. 15 menit berlalu akhirnya Silvya selesai.
" Ge… siapkan penerbangan. Kita akan segera pulang sekarang. Semua amankan?"
" Baik Q. Ya semua aman dibawah kendali Ben. Ternyata pria itu pandai di bidang meretas. Jadi semuanya tidak akan ada yang tahu dengan apa yang kita lakukan."
" Bagus… kau memang pandai mencari orang berbakat Ge."
" Sesuai perintahmu Q. Terus kalau si brengsek bangun bagaimana. Bukankah dia telah melihatmu."
" Hahaha kau tau aku Ge. Tidak akan kubiarkan target mengetahui wajahku. Seandainya mereka tahu, mereka tidak akan bisa mengatakan apapun."
Geoff mengangguk paham. Sudah bisa dipastikan bahwa mangsa Silvya pasti akan langsung dihabisi. Jika tidak dihabisi maka dia pasti akan kehilangan panca inderanya entah mata ataupun lidah.
***
Silvya dan Geoff sudah berada di pesawat pribadi mereka. Silvya kembali merebahkan tubuhnya. Ia cukup merasa lelah bermain tadi.
"Hahahahah….."
" Kenapa kau tertawa Q. apakah ada yang lucu?"
" Hahaha aku hanya sedang membayangkan wajah kesal si tuan Albern saat menyadari rencana menjebakku gagal total."
" Hehehe kau memang selalu bisa membuatnya kesal Q."
" Heh… siapa suruh dia sangat membenciku. Aku mana ada salah sama dia. Sudahlah aku akan tidur sebentar. Bangunkan aku saat kita sudah sampai."
" Tidurlah Q.'
Silvya memejamkan matanya dan ia pun sudah tertidur dalam hitungan menit saja."
🍀🍀🍀
Silvya sampai di tanah air sekitar pukul 3 pagi. Ia langsung membawa mobilnya untuk pulang ke rumah Dika. Entah mengapa ia ingin cepat cepat bertemu dengan pria itu.
" Q… ini…"
" Besok saja Ge… aku mau langsung pulang."
Brumm…. Silvya langsung melesatkan mobilnya. Geoff hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.
" Sejak kapan anak itu cepat cepat pengen pulang ke rumah."
Silvya mengemudi dengan sangat cepat, hanya dengan 30 menit ia sudah bisa sampai di depan rumah Dika. Silvya turun dari mobil dan memastikan tidak ada yang mencurigakan di tubuhnya.
Ia berjalan pelan dan membuka pintu rumah.
"Haish… Dasar dokter kulkas. Apakah dia lupa mengunci pintu. Bagaimana kalau ada maling."
Silvya bermonolog. Ia pun kembali berjalan perlahan. Silvya terkejut saat mendatangi Dika tidur di sofa ruang tamu, ia pun berjalan ke kamarnya untuk mengambil selimut dan menyelimuti Dika.
Ia duduk di karpet bawah dengan wajah tepat berada di depan wajah Dika.
" Tampan…"
Silvya memuji wajah tampan Dika. Ia pun memberanikan diri untuk membelai wajah dan rambut Dika. Silvya tersenyum menatap Dika yang tampak begitu pulas tertidur.
" Apakah sudah puas memandangku? Aku memang tampan famous lagi."
"Astaga….."
Silvya amat terkejut mendengar Dika berbicara. Tubuhnya sampai terhuyung ke belakang.
"Kau… maksudku mas… apakah sebenarnya dari tadi kamu tidak tidur? Atau sejak kapan kamu bangun?"
'" Sejak aku mendengar suara mobil berhenti didepan rumah."
" Ya ampun mas kau pura pura tidur ternyata. Huft…"
Silvya tampak kesal, ia merasa dikerjai oleh Dika. Dika yang melihat wajah Silvya yang ditekuk dan bibir yang manyun merasa sangat gemas. Ia pun menarik tubuh Silvya agar duduk di sebelahnya.
" Marah?"
" Bukan marah, kesel aja."
" Hahahaah. Aku sungguh seneng lho lihat ekspresimu begitu. Lucu.. Ngegemesin."
"Mas…."
Silvya tambah memanyunkan bibirnya. Dika sungguh tidak tahan melihat tingkah Silvya yang menurutnya sangat menggemaskan. Dika pun langsung meraup bibir Silvya dan melum*tnya dengan lembut.
Silvya yang tadinya hendak memberontak akhirnya mengikuti permainan Dika. Dika menjeda ciumannya, keduanya nampak terngah dan mengambil nafas. Namun sepertinya Dika masih belum puas, ia kembali melahap bibir Silvya lagi.
Ciuman tersebut menjadi semakin dalam, tangan Dika sudah menyusup ke dalam baju Silvya dan mengusap punggung mulus gadis itu. Ciuman tersebut pun turun ke leher.
Dika lalu mengangkat tubuh Silvya ala bridal style dan membawanya ke kamar. Dika merebahkan tubuh Silvya dengan lembut ke ranjang. Ia kembali mencium leher Silvya lalu semakin turun ke dada. Nampaknya hormon testosteron milik Dika tengah melonjak. Baju Silvya sudah berhasil terbuka, bahkan kain penutup berbentuk kacamata pun juga sudah dilempar oleh Dika ke sembarang arah.
Dika meremas Squishy berwarna putih dengan choco chip merah muda itu dengan lembut hingga membuat Silvya mengeluarkan suaranya. Dan mulut Dika bermain di squishy yang satunya. Akh…. Silvya memekik merasakan squishy nya basah oleh ulah mulut Dika. Tidak mau semakin jauh Dika langsung mendekap tubuh Silvya dan menyelimuti tubuh bagian atas Silvya yang sudah polos.
" Maaf.. Aku merindukanmu."
" Sama mas aku juga merindukanmu."
Keduanya saling memeluk namun sama sama tidak bisa tidur.
TBC
teo pa ya