Lima abad setelah hilangnya Pendekar Kaisar, dunia persilatan terbelah. Pengguna tombak diburu dan dianggap hina, sementara sekte-sekte pedang berkuasa dengan tangan besi.
Zilong, pewaris terakhir Tombak Naga Langit, turun gunung untuk menyatukan kembali persaudaraan yang hancur. Ditemani Xiao Bai, gadis siluman rubah, dan Jian Chen, si jenius pedang, Zilong mengembara membawa Panji Pengembara yang kini didukung oleh dua sekte pedang terbesar.
Di tengah kebangkitan Kaisar Iblis dan intrik berdarah, mampukah satu tombak menantang dunia demi kedamaian, ataukah sejarah akan kembali tertulis dalam genangan darah?
"Satu Tombak menantang dunia, satu Pedang menjaga jiwa, dan satu Panji menyatukan semua."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Murka Naga dan Runtuhnya Keangkuhan
Zilong melangkah dengan tenang menyusuri jalan setapak menuju markas bandit yang berada di lereng bukit. Namun, di balik ketenangan wajahnya, terdapat amarah yang membara layaknya kawah gunung berapi yang siap meledak. Ia perlahan mengalirkan Qi dalam jumlah besar ke arah senjatanya.
Energi biru yang menyelimuti mata tombaknya tidak lagi sekadar berpendar. Kini, energi itu memadat dan bergejolak, membentuk manifestasi kepala naga yang mengaum tanpa suara. Udara di sekitar Zilong seolah terhisap masuk ke dalam pusaran energi tersebut.
"Guruku mengajarkan bahwa senjata adalah alat untuk menegakkan keadilan," gumam Zilong, suaranya dingin dan tajam. "Siapa pun yang berlumuran dosa dan melakukan kejahatan keji, akan kuhukum mati. Tak peduli jika mereka seorang raja, atau kaisar sekalipun!"
Zilong memutar tombaknya dengan gerakan melingkar yang menciptakan angin puyuh kecil. Saat energi telah mencapai puncaknya, ia menarik tombak jauh ke belakang, membungkukkan tubuhnya sedikit untuk mengambil tumpuan terkuat.
"Teknik Naga Langit: Raungan Pemusnah!"
Zilong menusukkan tombaknya ke depan dengan satu sentakan eksplosif.
WHOSH! DUARRRR!
Proyektil energi berbentuk naga biru raksasa melesat maju, membelah tanah dan menghantam markas bandit di depannya. Ledakan dahsyat itu menghancurkan gerbang kayu dan bangunan utama hingga menjadi puing-puing. Dalam satu kali serangan, mayoritas bandit yang berada di dalam langsung tewas tertimbun reruntuhan, tak sempat menyadari maut yang menjemput mereka.
"Siapa kau, bangsat?! Berani-beraninya kau menghancurkan tempatku!"
Dari balik kepulan asap dan debu, sang pemimpin bandit, Ryo Gen, muncul dengan pakaian yang koyak namun penuh amarah. Ia mencengkeram erat sebuah pedang panjang yang berkilau tajam. Meskipun terlihat berantakan, aura Qi yang menyelimuti tubuhnya menunjukkan bahwa ia bukan sembarang preman jalanan.
"Kau masih hidup?" Zilong menatapnya datar. "Kuat juga kau. Tapi sayang, hatimu busuk dan penuh kebejatan yang tak termaafkan. Aku akan mengirimmu ke neraka untuk menebus nyawa warga desa yang kau bantai."
Zilong melesat. Gerakannya kali ini jauh lebih serius; ia tidak lagi bermain-main. Dalam sekejap, ia sudah berada di hadapan Ryo Gen, meluncurkan tusukan lurus yang mengincar tenggorokan.
Ryo Gen bereaksi cepat. Ia menunduk rendah, membiarkan mata tombak lewat di atas kepalanya, lalu melancarkan tendangan balasan yang mengincar ulu hati Zilong. Namun, Zilong lebih sigap. Ia memutar gagang tombaknya ke bawah, menjadikannya perisai yang kokoh.
PLAK!
Tendangan Ryo Gen tertahan dengan sempurna. "Seorang Pendekar Arus sepertimu hanya tampak seperti semut di mataku!" ejek Zilong dingin.
Zilong memutar tombaknya dalam gerakan spiral yang membingungkan mata, lalu melancarkan serangan beruntun. Jleb! Jleb! Jleb! Mata tombaknya menembus bahu, paha, dan perut Ryo Gen secara presisi. Zilong sengaja tidak menyasar titik mematikan; ia ingin bajingan ini merasakan penderitaan yang sama dengan para korbannya.
"AAAAAGH!" Ryo Gen berteriak kesakitan. Darah segar merembes dari luka-lukanya yang dalam. Ia melompat mundur beberapa meter, terengah-engah sambil melirik luka di tubuhnya yang tak kunjung berhenti mengalirkan darah.
"Sial! Kenapa dia kuat sekali?! Tekanan energinya... ini bukan level Pendekar Master biasa!" gumam Ryo Gen dalam hati.
Meski tubuhnya gemetar, insting bertahan hidupnya memicu nekat yang luar biasa. Ia menarik napas dalam-dalam, memacu seluruh sisa Qi-nya ke kaki, dan dalam satu gerakan bayangan, ia menghilang dari pandangan mata hanya untuk muncul tepat di belakang punggung Zilong.
"Mati kau, bocah sombong!" teriak Ryo Gen sambil mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh ke arah leher Zilong yang terbuka.