Raina Wulandari, seorang wanita cantik yang harus menerima kenyataan pahit ketika diceraikan oleh suaminya setelah hampir tujuh tahun membina rumah tangga. Dan alasannya sangat klasik, Raina dianggap mandul dan tak bisa memberikan keturunan.
Raina pulang ke kampung halamannya dan memulai hidup baru di sana. Niatnya ingin mencari ketenangan batin karena selama ini dia hidup menderita di bawah tekanan mantan suami dan mantan mertuanya.
Namun, hal itu sepertinya tak bisa berjalan lancar. Karena seorang pria dari masa lalu Raina muncul dan membawa semuanya kerumitan hidupnya. Raina akhirnya ikut terseret dan tak bisa lepas dari seorang duda tampan bernama Rahardian Pratama. Apalagi anak pria itu selalu menempel pada Raina, padahal Rahardian selalu menunjukkan permusuhan setiap bertemu Raina.
Bagaimanakah jalan kisah Raina? Apakah Raina mau menerima tawaran pernikahan dari ibu kandung Rahardian? Ataukah kembali pada Bayu, mantan suami yang dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sayang
Zaki
Sejak kapan akta cerai jadi syarat buat SKCK, mas? Peraturan baru ya?
Rahardian menjadi malu saat membaca pesan dari calon adik iparnya itu.
Ya, calon adik ipar. Anggap saja begitu. Rahardian sudah mengatakan niatnya pada Tante Vivi dan juga Zaki.
Mereka mengijinkan jika Rahardian bisa membuat Raina bahagia. Tapi mereka masih meminta waktu beberapa bulan lagi untuk melaksanakan lamaran.
Karena Raina baru saja beberapa bulan bercerai dan rasanya tak elok jika dia langsung menikah dengan pria yang dulu pernah datang dengan kemarahan dan kekecewaan saat Raina dan Bayu melaksanakan ijab kabul.
Saat itu pernikahan Raina dan Bayu dilangsungkan secara sangat sederhana. Hanya ijab kabul dan mengundang keluarga Raina serta beberapa tetangga saja. Bahkan keluarga Bayu pun tak ada satu pun yang datang.
Me
Iya, peraturan baru. Aku yang buat, biar gak ada yang menikung lagi.
Zaki
Berat kalau itu mas, barusan Mbak Iin ditelpon sama dosennya. Minta bantu mengkoordinir pengumpulan tugas teman sekelasnya.
Rahardian membaca pesan itu tak terlalu mau merespon. Karena baginya sudah biasa jika mahasiswa ditugaskan seperti itu
Zaki
Dosennya kayaknya cowok mas, aku pernah ketemu sekali waktu jemput mbak di kampusnya. Masih muda.
Pesan Zaki kembali masuk setelah merasa tak ada respon dari Rahardian.
Rahardian memakai pelan setelah membaca pesan itu.
Belum selesai urusan Fajar kini ada lagi dosen muda yang disebut oleh Zaki.
Benar kata orang kalau janda itu lebih menggoda. Setelah tau status Raina yang merupakan seorang janda muda, banyak pria yang mendekatinya.
Entah itu untuk serius membina hubungan atau hanya untuk sekedar coba-coba.
"Hesti, aku keluar dulu ya. Ada urusan penting." kata Rahardian. Setelah dia dari tadi gelisah karena bimbang pada wanita yang menghantui pikirannya terus. Akhirnya dia memutuskan untuk menemui Raina.
"Mau ngecek mama Rain ya, bang?" tanya Hesti dengan jahil.
"Ck, anak kecil gak usah tau urusan orang tua." kata Rahardian pada anggota termuda di divisinya itu. Hesti baru saja lulus dari pendidikan polisi wanita dan ditempatkan satu divisi dengannya.
"Siap, bang. Jangan lama-lama dilepas, bang. Mama Rain itu cantik. Lengah sedikit bisa diambil orang." kata Hesti.
Rahardian tersenyum kecut mendengar ucapan Hesti.
'Sudah pernah kejadian, makanya aku takut jika itu terjadi lagi.' kata Rahardian dalam hatinya.
Rahardian mengendarai mobilnya menuju sekolah yang tak jauh dari kantornya.
Raina sedang melakukan observasi di sekolah itu. Awalnya Rahardian ingin mengantar Raina, tapi gadis itu menolaknya. Dan berkata akan pergi bersama temannya yang bernama Nurul.
Raina berkata jika dia akan ke rumah Rahardian setelah pulang dari observasi untuk menemani Rayyan yang sudah pulang dari rumah sakit. Tapi tetap saja hati Rahardian tak tenang.
Apalagi tadi Zaki mengatakan ada lagi pria yang merupakan dosen muda menelpon Raina. Apakah tak ada mahasiswa lain yang bisa dihubungi selain Raina.
Me
Aku sudah di depan pagar SMP Harapan Bangsa. Kamu udah selesai observasinya?
Cukup lama Rahardian gelisah karena tak ada balasan dari pesannya.
My Rain
Mas ingkar janji. Kan, udah kubilang gak usah jemput. Aku bukan anak kecil mas.
Me
Iya tau, kamu itu udah besar dan cantik makanya mas jemput. Takut kamu hilang diculik sama buaya buntung.
My Rain
Maas!!!
Me
Dalem, sayang
Akhirnya kata ajaib itu keluar juga. Rahardian bahkan sampai terkikik geli saat membayangkan reaksi Raina yang membaca kata sayang itu
Me
Mas tunggu di depan gerbang ya. Ajak teman kamu sekalian. Mas traktir makan siang.
Lembut sekali bahasanya, bahkan Rahardian tak pernah menggunakan kata sapaan sayang atau mas pada almarhum istrinya sebelum ini.
Rahardian selalu kaku dan tak pernah merayu. Bahkan cenderung dingin. Saat menikah dengan Mala, Rahardian berpikir akan melupakan Raina.
Tetapi Rahardian menyiksa wanita itu dengan selalu membayangkan Raina. Memang mereka menikah hanya karena simbiosis mutualisme. Mala yang membutuhkan perlindungan Rahardian dari ayahnya dan juga Rahardian yang memerlukan Mala untuk membantu melupakan Raina.
Sedangkan Arumi, Rahardian hanya merasa bersalah pada Mala karena memanfaatkannya saja dan menikah dengan adiknya yang Rahardian kira mirip dengan Mala.
Tetapi ternyata Arumi tak sebaik itu. Dia sering keluar masuk tempat hiburan dan yang paling parah adalah menyiksa putranya, Rayyan.
Rahardian melihat Raina yang menggunakan kemeja pink dan celana hitam dibalik almamater kampus sedang berjalan ke arah mobilnya.
Raina terlihat sangat cantik dan anggun. Apalagi saat ini dia menggunakan make up tipis membuatnya semakin cantik.
"Ck, kenapa kamu berdandan secantik itu sih, sayang." kata Rahardian lirih.
Dia pun segera keluar dari mobilnya dan menyambut bidadari pemilik hatinya.
"Mas, ngapain sih pakai jemput segala." kata Raina dengan wajah cemberutnya.
"Assalamualaikum nya mana?" tanya Rahardian seperti seorang guru yang menasehati siswanya.
"Waalaikumsalam. Kan mas udah ucapin duluan jadi aku cuma jawab aja." kata Raina dengan kesal.
Dia sebenarnya punya janji dengan Nurul, Lia dan Ana untuk jalan-jalan ke mall. Mimpi ketiga temannya sudah terlanjur ijin dengan bos tempat mereka bekerja. Jadi mereka berniat menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan.
"Kenapa kesal begitu, sih. Lapar, sama mas juga. Makan yuk. Ajak juga teman-temannya. Mau makan di mana?" kata Rahardian pada Raina setelah melirik ke arah gerbang. Ada tiga perempuan muda yang menatap mereka dengan penasaran.
"Aku ikut mereka naik motor ya mas. Mas ikut aja pakai mobil." kata Raina mencoba bernegosiasi dengan Rahardian.
"Nggak, kalau begitu kita langsung pulang aja." kata Rahardian
"Ck, mas kok sekarang suka maksa sih. Perasaan dulu nggak gitu." kata Raina dengan kesal.
"Karena aku gak suka maksa makanya kamu lepas. Dan sekarang mas gak akan melepaskan kamu, meskipun harus memaksa." kata Rahardian dengan lembut.
Raina pun akhirnya mengalah dan menghampiri teman-temannya agar menuju tempat makan yang tadinya mereka rencanakan untuk di datangi.
Akhirnya ketiga temannya pergi menggunakan sepeda motor dan Raina bersama Rahardian menggunakan mobil.
"Jangan begitu mukanya, nanti dikira orang. Kita itu lagi marahan." kata Rahardian mencoba membujuk Raina
"Ya memang aku lagi marah sama mas." kata Raina
"Maaf, habisnya mas juga lapar. Tapi gak punya teman buat makan. Yang lain udah pada pergi makan." kata Rahardian berbohong.
Entah kenapa sekarang ini mulutnya sangat enteng berbohong pada Raina.
"Kalau lapar ya makan dong, mas. Nanti kalau kamu sakit kasian Tante Dewi yang repot." kata Raina.
"Kalau gitu kamu aja yang aku repot kan nanti kalau aku sakit." ceplos Rahardian asal.
"Mas, mulutnya kok malah minta sakit sih. Heran aku, mas udah tua kok tingkahnya ngalah-ngalahin Rayyan yang masih bocah." gerutu Raina yang masih kesal dengan Rahardian.
Suara ponsel Raina berbunyi dan terlihat nama Pak Herdi tertera di sana.
"Assalamualaikum, ya pak?" Raina mengangkat panggilan itu dengan mengucapkan salam.
Rahardian sangat kesal mendengar nada Raina yang lemah lembut ketika berbicara dengan orang yang bernama Pak Herdi itu.
Terlihat Raina yang tersenyum ketika mendengar ucapan dari pria seberang telponnya itu.
"Sayang, mas haus. Bisa kamu bantuin mas buka tutup botol air mineralnya?" ucap Rahardian dengan sengaja.
Mata Raina membulat seketika, ketika mendengar ucapan lelaki yang mengemudi di sebelahnya.
Bahkan Raina hanya bisa menjawab iya saat Pak Herdi, dosennya menanyakan apakah sekarang Raina bersama kekasihnya.
'Edan ini orang' Raina yang berteriak kesal di dalam hatinya.