Kedua keluarga nya sudah bertemu dan sudah memastikan tanggal pernikahan.Namun siapa sangka,dan tak ada yang bisa menduga.Mempelai wanita beserta keluarga nya meninggalkan resepsi pernikahan yang hanya menunggu beberapa jam lagi dilaksanakan.
Dua hari sebelum nya,calon pengantin mendatangi apartemen pemberian orang tua,namun pihak ketiga dari mereka lebih kuat.Mereka melakukan hal yang se harusnya tidak terjadi.
Yesha kamania jatuh ke dalam hasrat calon suami nya Lucky Yudhasoka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ♍Virgo girL 🥀🌸, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Waktu berlalu sangat cepat, beberapa hari ini Yudha dan Yesha terpisah jarak.Kedua nya juga sama sekali tidak saling menghubungi, kadang kala Yudha menelpon ibu nya untuk menanyakan anak nya.
Seperti hari ini pagi-pagi sekali panggilan video berlangsung,dan leta yang sudah bangun pun menjawab nya,ia sengaja menaruh ponsel nya di antara Yesha dan Nindy,bayi itu sudah bangun. Namun Yesha masih tidur pulas meringkuk tanpa selimut karena AC di matikan.
"Ibu sehat?". Ucap nya di sebrang sana,Yudha jelas melihat wajah bantal Yesha.
"Kami semua sehat Yudha, bagaimana kabar mu di sana?".
"Aku selalu menjaga kesehatan disini,walau diluar udara sedang tidak baik".
Terlihat di layar Yesha meregangkan tubuh nya,ia sedikit mendengar suara Yudha.Mata nya terbuka dan benar saja layar ponsel dengan mode telepon terlihat.
Hari ini sudah sepuluh hari suami nya tidak ada kabar,bahkan Ibu mertua nya saja berkata hanya seminggu,kenapa lebih tiga hari.
Mata sembab dan wajah kusut,Yudha sesekali terdiam memandang.
Hatcihhh!!
"Ya ampun Yesha, Ibu sudah bilang anak mu bisa tertular".
Yesha menyusut hidungnya,tak lama terdengar beberapa kali ia batuk dan menutupi nya dengan kepalan tangan nya. Ibu Leta mendekat menyentuh kening Yesha.
"Sudah tidak panas, bagaimana dengan keadaan mu.Sudah lebih baik dari semalam?".
Merasa ibu mertua nya berlebihan,Yesha melirik layar ponsel dan Yudha tidak ada disana. Yesha pun berdecak dalam hati.
Mana mungkin dia peduli dengan ku,yang dia pedulikan hanya Nindya,Ibu nya hanya ditumpangi di dalam perut saja.
Gerutu Yesha,ia akhirnya mengangguk meng iya kan ucapan Ibu nya.
"Aku ke kamar mandi dulu Bu". Yesha beranjak turun dan melangkah,namun suara bel di bawah membuat ia terhenti.
"Biarkan,biarkan saja.Kamu mandilah pakai air hangat,jangan lupa mengompres asi mu lalu sarapan.Di bawah hanya lah kurir mengantar sarapan,nanti Ibu yang akan menemui nya".
Yesha pun patuh dengan ucapan Ibu Leta,ia tetap memasuki kamar mandi dan melakukan ritual mandi,menyalakan kran mengisi bathub. Sementara itu,Ibu Leta menggendong Nindya dan turun untuk melihat siapa yang datang,ia tidak yakin itu kurir sarapan karena ia belum memesan,ucapan nya pada Yesha hanya lah alasan supaya wanita itu tidak menemui siapapun dalam keadaan kusut.
Perkiraan Ibu Leta di luar sana adalah para pekerja yang membutuhkan sesuatu pasti,tapi ternyata salah dan benar seorang kurir yang mengantar sarapan dan juga obat.
Leta pun masuk membawa dua kantong plastik. Meletakan nya dan meraih ponsel nya kembali sementara Nindya berada di kasur bayi yang mungil.
"Bu,itu aku yang memesan nya. Kenapa ibu tidak bilang jika Yesha sakit,aku bisa pulang lebih cepat,lagi pula disini ada Boy dan Marga menggantikan ku. Bagaimana dengan Nindya,dia tidak tertular flu kan Bu,apa dia sementara meminum susu formula?".
Pertanyaan beruntun oleh Yudha, tapi jawaban ibu nya hanya tersenyum.
"Aku akan pulang hari ini Bu,demam Yesha sudah sembuh kan Bu,maaf kami merepotkan sekali". Imbuh Yudha lagi.
Leta pun kembali tersenyum "Bicara apa lagi kamu ini,sudah semestinya dan Ibu sangat senang dengan rutinitas ini,meski Ayah mu terkadang menggerutu karena di tinggal ibu terlalu lama,tapi marah nya akan hilang saat melihat Nindya".
Obrolan berlangsung tak lama dan Yudha menutup panggilan video,lelaki itu langsung berkemas dan akan pulang setelah pekerjaan hari ini selesai.
Beberapa berkas pekerjaan pun ia siapkan untuk diteruskan kepada Boy dan di selesaikan oleh nya.
.
.
.
Hatcihhh..
Hatcihhh..
Hatcihhh...
Padahal setelah sarapan sudah berjemur tapi bersin-bersin yang Yesha alami semakin sering,ia juga merasakan sekujur tubuhnya pegal.
"Rasa nya ingin rebahan terus Bu". Ucap nya pada Leta.
Menjaga jarak dengan anak nya,ia takut jika bayi yang belum ada sebulan itu tertular.
"Asimu sudah banyak di pendingin Yesha?" tanya Leta dan Yesha mengangguk.
"Apa Ibu boleh membawa Nindya ke rumah Ayah?".
Yesha yang sedang tiduran di sofa mendongak dan menatap mertua nya. Sedikit tersirat di pikiran nya jika Nindya berada di sana terus sudah pasti akan tertular.
"Mungkin sebaiknya seperti itu Bu,aku takut Nindya tertular. Aku takut dia sakit dan kenapa-napa nanti".
"Kalau begitu,sebelum petang ibu akan membawanya biar nanti Ibu menyuruh seseorang untuk tinggal disini menemani mu". Ucap Leta namun Yesha segera menggeleng.
"Yesha bisa sendiri Bu,lagi pula hanya flu dan butuh istirahat saja".
"Benar,tidak apa kamu sendirian?". Lagi Leta memastikan,dan Yesha pun mengangguk.
Akhirnya untuk yang pertama Nindya boleh dibawa keluar tanpa Yesha dan juga tidak ada Yudha di sana.Bayi itu sungguh pintar dan penurut,tidak rewel bahkan beberapa kali tersenyum saat Nenek dan Kakek nya seolah mengajak berbicara.
Seperti memiliki anak kembali,dan seperti kembali ke masa saat Yudha masih bayi.Persis,hanya berbeda kelamin.
...
Di pesawat seseorang sudah tidak sabar bertemu dengan istri dan anak nya,ia sedikit cemas namun rasa bahagia mengalahkan nya.
Teringat Yesha pagi tadi memakai piyama dengan celana di atas lutut,sudah pernah melihat namun kali ini berbeda.
Sekalipun sudah bisa ku sentuh tetap saja masih ada penghalang.
Ucapnya dalam hati,Yudha kembali tersenyum lalu memalingkan wajah,ia takut orang disana menyangka nya tidak waras.
.
.
.
Tengah malam,semua pintu sudah di pastikan terkunci,Yesha yang badan nya menggigil memaksakan diri beranjak dari kasur karena ingin mengambil sesuatu dari dapur.Jahe madu hangat untuk menyegarkan tenggorokan,pikir nya.
Ia pun memakai selimut untuk menutupi tubuhnya dan berjalan menuruni tangga.Bersin nya tak hanya satu kali dan beberapa kali batuk,namun sebuah bayangan di depan pintu dapur membuat langkahnya terhenti seketika.
Matanya memicing memastikan jika itu hanya bayangan,tapi tidak. Membesar dan seperti semakin dekat.
Astaga!!
Menutup mulut nya tak percaya jika di rumah ini ada orang selain dirinya padahal ibu mertua sudah jelas-jelas berpamitan kembali ke rumah nya sendiri bersama Nindya.
"Hei,siapa disana? Neni,apa kau pulang?". Seru Yesha dan bayangan pun berhenti.
Bukan,bukan Neni.Neni berambut sebahu,ini tak terlihat dan seperti...
Yesha kembali menuruni tangga dan akan melangkah ke pintu dapur namun tubuhnya terasa terhuyung ke samping,selimut yang ia gunakan terlepas, tubuhnya terhuyung, seseorang mendorong dari samping.
Dengan rasa takut dan sekuat tenaga Yesha bangun meraih saklar menyalakan lampu meja di ujung ruangan.Mata nya membola saat tahu dia orang memakai penutup kepala dan hanya terlihat mata nya saja.
.
.
"Awww,pelan sakit!"
.
.
.
To be continue