Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Xavier memantapkan diri untuk menjadikan Charlotte istrinya. Belum ada wanita manapun yang menarik baginya seperti Charlotte. Xavier terus menatap Charlotte dengan intens. Dia sangat menyukai sorot mata Charlotte yang sangat menenangkan pikirannya.
Disisi lain, Charlotte tak tahu harus bersikap seperti apa pada laki-laki itu. Berada didalam pelukannya sekarang seolah mengingatkannya tentang malam di Motel. Dia merasa nyaman didalam dekapan laki-laki yang telah mengambil keperawanannya, tentunya itu semua atas kemauan Charlotte sendiri.
Dalam jarak sedekat ini, Charlotte kembali terpesona dengan wajah calon suaminya. Laki-laki itu memiliki bulu mata hitam yang lentik. Mata berwarna biru laut. Hidungnya yang mancung. Dan juga bibirnya yang sexy dengan kumis tipis diatasnya. Baru sekarang, Charlotte mengangumi ketampanan laki-laki selain Fredy. Calon suaminya ini termasuk laki-laki yang luar biasa.
Seutas senyum kecil tiba-tiba tersungging dibibir laki-laki itu. Charlotte terpaku sejenak. Tidak mengerti arti senyuman itu. Ah, bukankah laki-laki ini seorang Gay? Tapi kenapa Charlotte merasa pandangan laki-laki ini begitu dalam padanya. Ya, seolah dia tertarik pada Charlotte.
Walaupun laki-laki ini bukan Gay, apakah dirinya akan tetap mau menikah dengannya? Jawabannya tentu saja tidak!
Tanpa menunggu Xavier melepaskan dirinya, Charlotte segera turun dan berdiri. Merapikan pakaiannya yang kusut. Dia kembali menunduk.
“M-maaf. Saya kurang hati-hati.” Ucapnya.
“Tidak apa-apa. Kau baik-baik saja?” Xavier bertanya seraya pandangannya tak lepas dari Charlotte.
“I-iya. Saya baik.” Charlotte merasa canggung. Dia hanya bisa menunduk dengan kedua pipinya yang memerah karena gugup.
“Bagaimana kalau kita makan malam. Saya sudah menyiapkannya untuk kalian.” Ucap Susanto pada Tuan Abraham dan Xavier. Kedua laki-laki itu mengangguk dan menyetujui usul Susanto. Mereka semua bersama-sama pergi keruang makan yang sudah disiapkan.
Setelah makan malam yang penuh keramahan palsu, Susanto mengajak Tuan Abraham dan Xavier duduk di ruang tamu. Dia berniat menanyakan keputusan Xavier tentang pernikahan itu.
“Xavi, bagaimana keputusanmu?” tanya Abraham pada cucunya, Xavier yang duduk disampingnya setelah diajukan pertanyaan oleh Susanto agar dirinya segera mendapa jawaban mereka.
Xavier sejenak diam. Lalu pandangannya kembali pada Charlotte yang duduk tak jauh darinya. Dia memiringkan kepalanya dengan senyum miring. Lalu dia menoleh pada kakeknya.
“Xavi mau menikahinya. Kita akan segera melakukan pernikahan.” Ucapnya mantap.
Charlotte terkejut mendengar keputusan laki-laki itu. Mungkinkah dia salah dengar? Bagaimana bisa laki-laki tampan, kaya, dan pintar sepertinya bisa menyetujui menikah dengan dirinya yang bisa dibilang gadis buruk rupa?? Kemana otak warasnya? Atau jangan-jangan laki-laki itu tidak normal? Charlotte terus memikirkan alasan Xavier.
Susanto dan Abraham tampak sangat senang mendengarnya. Abraham menepuk bahu Xavier dengan perasaan bangga. Sedangkan kedua wanita ibu dan Anak disamping Charlotte, mereka tampak menggeram dalam kediaman. Tidak percaya dengan apa yang dipikirkan Tuan Muda dari keluarga konglomerat itu. Bagi mereka, orang yang mau menikah dengan Charlotte adalah orang buta! Tidak pandai memilih pasangan.
Charlotte terus terdiam dengan pikirannya sendiri. Dia menatap Xavier penuh dengan ribuan pertanyaan. Merasa ditatap seseorang, Xavier menoleh dan kedua mata mereka kembali bertemu. Jantung Charlotte lagi-lagi berdegup dengan kencang. Bukan karena jatuh cinta, tapi karena tatapan mata Xavier yang kini telah berubah. Sorot mata laki-laki itu begitu tajam. Menatap dirinya tanpa jeda. Tatapan seseorang yang penuh intimidasi. Penuh dengan keinginan besar. Mungkinkah, Xavier sudah menyadari siapa dirinya? Dan berniat balas dendam padanya? Tidak, Charlotte tidak akan membiarkan laki-laki itu bertindak semaunya!