Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Ellen melempar selimut sembarangan lalu berjalan ke arah pintu. Walaupun rasa pusing menjalar di kepala, Ellen ingin pergi dari tempat tersebut bahkan berniat kabur. Alasannya karena Ellen malas terjebak dalam sebuah hubungan yang nanti bisa menambahkan luka apalagi sikap Yuan terkadang mengingatkannya pada sosok David.
"Mau kemana Baby? Jangan buang tenaga mu untuk hal yang tidak penting." Ujar Yuan.
"Tolong buka pintunya Tuan. Perbuatan anda sudah tidak sesuai dengan isi perjanjian!" Ah kenapa panggilannya jadi semanis itu.
"Hum tapi kamu lupa kalau aku bosnya. Perjanjian itu hanya selembar kertas yang bisa ku musnahkan sementara di perut mu, mungkin sudah ada benih milikku." Yuan berdiri lalu berjalan mendekati Ellen.
"Hahaha mana mungkin. Tuan lupa saya mandul?" Ellen tidak bisa berhenti tertawa karena akibat kemandulan, pernikahannya hancur.
"Dokter bukan Tuhan. Kita akan berusaha keras setelah ini."
Tak! Ellen menyingkirkan tangan Yuan yang hendak membelai rambutnya.
"Ini takdir dari Tuhan dan itu berarti dia menginginkan ku hidup sendiri!"
"Hiduplah dengan ku. Mari menikah, dapatkan kebebasan yang selama ini kamu impikan." Yuan meraih dagu Ellen dan hendak mencium nya.
"Bagaimana Tuan bisa berubah mesum!" Ellen mendorong tubuh Yuan menjauh. Seperti orang yang berbeda tapi dia benar-benar Tuan Yu.
"Proses nya sangat cepat dan terjadi begitu saja. Masih mau pergi Baby?" Tanya Yuan.
"Ku rasa ini mimpi." Keluh Ellen mencubit pipinya sendiri." Aduh sakit." Sambil mengusap-usap pipinya.
"Kamu mau menikah dengan ku?" Ellen kembali menatap Yuan.
"Tidak!"
"Harus mau dan wajib mau."
Ellen tidak yakin bisa lari mengingat dia tahu betapa banyaknya anak buah Yuan. Penculikan yang di rencanakan Johan berjalan sangat mulus bahkan David pun tidak bisa melacak keberadaannya.
"Katanya mau bebas?"
"Bebas tapi menikah! Pasti berjalan membosankan!" Jawab Ellen ketus.
Hidup bersama David malah meninggalkan trauma berat. Tidak hanya di kekang, sikap David yang acuh menambah beban fikiran Ellen.
Tadinya Ellen pikir sikap David akan berubah setelah menikah. Mungkin saja saat berpacaran David berusaha menjaga jarak agar hubungan tidak sampai melampaui batas. Namun setelah menikah sikap David tetap saja sama. Khayalan perhatian David bisa di dapatkan sepenuhnya musnah. Ellen malah tidak yakin, apa benar dia adalah ratu di istana David sebab selama ini hanya keinginan Bu Sarah yang selalu David penuhi.
"Kamu ingin aku seperti apa?" Ellen melongok mendengar pertanyaan tersebut.
"Mustahil merubah sikap." Tutur Ellen mengira jika Yuan asal bicara.
"Coba jelaskan secara detail tentang hal yang kamu sebut membosankan."
Ellen menertawakan perkataan Yuan yang terdengar konyol baginya. Aneh? Tentu saja. Itu kenapa Ellen tidak percaya dengan apa yang di lihat.
"Apa anda sedang berpura-pura Tuan?"
"Tidak. Aku serius." Sejak tadi Yuan memang tidak tertawa. Wajahnya masih saja datar tapi sesekali tersenyum simpul." Hanya tersisa satu jam waktu untuk membujuk. Setelah ini kita akan menikah." Imbuhnya menjelaskan.
"Menikah? Kapan?"
"Jawab ya maka akan terjadi. Johan sudah menyiapkan semua nya. Aku hanya perlu merayu mu agar nanti tidak terjadi perdebatan di depan petugas." Ellen berpaling seraya membuang nafas kasar.
"Menikah itu butuh berkas pribadi ku."
"Sudah. Buktinya petugas nya mau datang." Jawab Yuan cepat.
Ellen tersenyum aneh. Dia bahkan belum sempat mandi tapi Yuan mengejutkan hatinya lagi.
"Aku berjanji hanya akan mencintaimu." Ellen menoleh dan membalas tatapan Yuan yang sejak tadi tidak berpaling.
"Aku sudah pernah mendengar kalimat itu."
"Tidak Baby. Ini kali pertama aku mengatakannya." Sungguh rayuan Yuan cukup membuat Ellen terenyuh.
"Dia juga mengatakan itu!" Teriak Ellen geram.
"Dia siapa? Yuan?" Tanya Yuan.
"Sok lupa! Dia, lelaki itu bukan Yuan!"
"Sekarang yang mengatakan Yuan bukan David." Ellen kembali berpaling karena perdebatan yang bergejolak di hati." Raih tangan ku kalau kamu ingin bebas." Imbuh Yuan seraya mengulurkan tangannya.
"Mustahil. Aku tidak mau terikat lagi!" Ellen menyembunyikan tangan dengan melipat nya ke perut.
"Ku pastikan ikatan kali ini tidak sampai menyakiti mu. Ayo Baby, tidak ada waktu lagi."
"Memang nya pernikahan batal kalau aku menolak."
"Tidak. Wajib berjalan sesuai rencana." Jawab Yuan belum menarik tangannya.
"Terus kenapa kau membicarakan hal konyol ini! Paksa saja dan selesai!" Tutur Ellen ketus.
"Sebelum mencapai opsi terakhir, aku akan berusaha merayu mu."
"Aku saja belum mandi!" Aku tidak mungkin bisa lari.
"Itu kenapa jangan membuang waktu."
"Hum. Tapi aku mau syarat." Ellen memutar tubuhnya dan keduanya berdiri saling berhadapan.
"Sebutkan."
"Bebaskan aku kalau kau punya wanita lain." Yuan menghela nafas panjang.
"Mana mungkin. Aku hanya..."
"Buktinya dia mengkhianati ku padahal ku pikir dia lelaki yang setia!" Sahut Ellen." Ingat Tuan Yu. Aku tidak bisa memberimu keturunan! Tolong pertimbangkan sebelum melangkah jauh! Aku tidak mau di gunjing dan di sudutkan dengan kesalahan yang tidak..."
"Aku menikahi mu karena cinta bukan untuk mendapatkan keturunan."
"Semua lelaki butuh penerus, apalagi kamu juga anak tunggal." Jawab Ellen menatap Yuan penuh keraguan.
"Berarti kekuasaan keluarga ku tiba di garis akhir. Tidak penting memikirkan hal itu asalkan setelah kematian, kita tetap bersama."
"Rayuan yang terlalu manis. Kalau kamu mengecewakan, aku lebih memilih bunuh diri!" Meski begitu akhirnya Ellen menyambut uluran tangan Yuan.
"Aku juga akan bunuh diri agar kita bertemu di neraka." Jawab Yuan asal.
"Tidak lucu!"
"Hum lain kali aku akan belajar." Yuan memberikan beberapa kecupan pada punggung tangan Ellen.
"belajar apa?"
"Berkata sesuatu yang menghibur mu."
"Hentikan." Ellen akan menarik tangannya tapi Yuan lebih dulu mengangkat tubuhnya.
"Kita mandi bersama."
"Tidak!" Tolak Ellen berusaha melepaskan diri tapi gagal. Tubuh kecilnya tentu memudahkan Yuan melakukan pemaksaan.
"Untuk mempersingkat waktu."
Yuan masuk ke kamar mandi, menutup pintu lalu menguncinya. Yuan menurunkan tubuh Ellen tapi tangan kanannya tetap melingkar di pundak sementara tangan kirinya menyalakan shower. Dalam sekejap mata, dress Ellen di lepas dan di gantung.
Ellen baru menyadari jika selama ini Yuan sengaja mengalah untuk tidak memaksa sebab saat paksaan di lakukan, Ellen tidak kuasa menolak. Dia mulai memikirkan hal buruk apa saja yang bisa Yuan lakukan di rumah besar itu dengan puluhan lelaki yang patuh pada titah. Tapi sejauh ini, keburukan Yuan hanyalah sikap kasar serta tutur kata ketus. Sosok itu bahkan memberikan perlindungan saat ada lelaki yang berniat melecehkannya.
"Maaf, bibir mu terlalu manis." Yuan mellumat sedikit lama saat akan melepaskan tautan nya.
"Maaf yang terlambat." Mungkin kepalanya terbentur sesuatu sampai membuat sikapnya berubah.
"Aku baru tahu kalau rasanya menyenangkan."
Yuan mellumat bibir Ellen lagi dan lagi meski tak mendapatkan respon. Otak Ellen yang terganggu membuatnya memilih pasrah. Dia malah sibuk memikirkan perubahan sikap Yuan.
"Hei Baby, kenapa kamu diam saja? Apa kamu menginginkannya lagi?" Yuan menekan tubuh Ellen dan merapatkan nya.
"Eh katanya mandi." Tolak Ellen dengan wajah gugup. Godaan Yuan sangat membuat tubuhnya kepanasan.
"Ku pikir mau lagi."
"Apa nya?! Menikah saja belum!" Yuan terkekeh sehingga tatapan Ellen kian terlihat bingung." Ternyata kamu bisa tertawa juga." Lanjut nya.
"Hum cepat mandi." Yuan memutar tubuhnya ke wastafel. Dia menatap pantulan cermin sambil merapikan rambut nya." Kenapa? Kamu menyesal karena aku menunda acara mandi bersama?" Imbuh Yuan.
"Tidak! Bukankah sebaiknya kamu keluar." Duh kenapa jadi salah tingkah.
"Akan ku tahan sampai resmi menikah, eum sesuai keinginan mu." Jawab Yuan yang kini menyadarkan punggungnya sambil menatap Ellen.
"Tunggu di situ. Mendekat berarti gagal menikah!" Ancam Ellen terpaksa pergi karena melihat area bawah Yuan yang tampak menyembul. Berarti kepuasan kemarin... Bukan mimpi.
Ellen menutup tirai lalu melepaskan baju dallam. Ada sedikit rasa was-was tapi ya sudah, toh dia tidak mungkin bisa lari. Dari balik tirai tipis, Ellen masih bisa melihat Yuan tetap pada tempatnya bahkan kini terdengar senandung kecil.
Kalau cinta bisa merubah sikap seseorang terus kenapa lelaki itu tidak bisa berubah demi aku? Semoga setelah ini Tuan Yu bisa memberikan kehidupan sesuai takaran yang ku inginkan. Batin Ellen. Suka atau tidak, Ellen kembali di wajibkan menerima. Hanya saja untuk kali ini, Ellen tidak takut mati bahkan berniat mengakhiri hidup daripada harus merasakan kesakitan kedua kali.
🌹🌹🌹