Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33
Sebagai hadiah pada pembelaan Yuan, Ellen memberikan percintaan panas yang membuat tenaganya terkuras habis. Ketika Yuan berpamitan akan pergi, Ellen memperbolehkan.
"Pintu akan ku kunci. Telepon kalau ada apa-apa. Johan sudah memberikan ponsel kan?"
"Hum sudah. Mungkin aku akan tidur." Jawab Ellen dengan mata terpejam.
Yuan berdiri tepat di samping ranjang. Dia mengenakan kemeja tanpa mengalihkan pandangannya. Ingin rasanya tidak pergi, tapi Yuan tidak akan tenang sebelum menghabisi nyawa si lelaki mesum.
"Kenapa belum pergi Kak." Meski terpejam, nyatanya Ellen memerhatikan kegiatan Yuan.
"Tidak tahu. Kakiku terasa berat." Jawab Yuan. Tidak hanya berdiri mematung sebab sejak tadi nafasnya terbuang kasar nan berat." Aku khawatir kamu berkeliaran lalu salah satu anak buah bodoh ku berhasil merayu mu." Imbuhnya.
Sontak Ellen terkekeh, dia membungkus tubuhnya dengan selimut lalu duduk.
"Tolong ambilkan dress ku." Pinta Ellen.
"Kamu tidak boleh ikut."
"Ambilkan dulu."
"Hum." Yuan mengambil dress bahkan membantu Ellen memakainya.
"Percaya padaku Kak, aku sangat lelah dan mengantuk." Rupanya Ellen berusaha menyakinkan Yuan agar kekhawatiran nya hilang. Ellen memeluk tubuh Yuan dan menyandarkan kepalanya.
"Kamu cepat beradaptasi." Yuan sangat senang, dia meraih dagu Ellen lalu mellumat bibirnya entah berapa kali.
"Sesuai takaran yang kamu berikan." Gila gila! Katanya tidak pernah beradegan ranjang tapi dia berhasil mencapai titik kepuasan. Ahahaha sampai kapan dia terus mencium ku. "Serius Kak, aku mengantuk." Imbuhnya tanpa mencegah kegiatan Yuan.
"Eum Baby, aku sangat mencintaimu. Aku hanya sebentar dan setelah ini aku akan menemanimu seperti semalam." Yuan masih memberikan kecupan sambil mengangkat tubuh Ellen. Dia membaringkan Ellen di atas ranjang. Yuan berdiri setelah memberikan lummatan panjang sampai nafas Ellen tersengal-sengal." Aku pergi." Yuan mengecup kening Ellen lalu membetulkan posisi selimut dan pergi.
"Ku rasa aku termakan omongan ku sendiri. Semurah itukah harga diriku sekarang? Tapi, maharnya sangat besar, berarti wajar kalau aku wajib menyukainya." Ellen memeluk erat selimut dan beberapa detik setelahnya, terdengar dengkuran halus.
.
.
.
.
Dengan di antar Dante, Yuan datang ke salah satu markas terdekat. Di sebuah kamar, si lelaki di sekap tanpa ikatan. Kedatangan Yuan semakin membuatnya panik karena sejak tadi dia menahan nyeri pada tangannya.
"Ampun, tolong lepaskan saya." Pintanya memohon.
Yuan melepaskan jaket yang di kenakan lalu berjalan menghampiri si lelaki. Tanpa basa-basi Yuan menghadiahkan pukulan pada wajah sampai tak sadarkan diri. Darah segar tampak mengotori kaos yang Yuan kenakan tapi hal itu tidak membuatnya berhenti menghajar hingga di lelaki tewas dengan wajah tak berbentuk.
"Berarti keluarga..."
"Jangan keluarkan uang sedikitpun untuk keluarganya! Lelaki seperti nya memang pantas mati!!" Yuan melepaskan kaos lalu membersihkan sisa darah di tangan dan sekitar wajah." Kremasi mayatnya. Kalau sampai kau lancang memberikan uang, berarti kau salah satu penghianat! Lakukan sesuai perintah dan jangan banyak bicara!!" Yuan membuang baju yang di kenakan lalu pergi untuk membersikan tubuh.
Sesuai mandi, tampak Johan baru saja datang. Dia meluangkan waktu mampir atas permintaan Yuan. Kalau menunggu menyelesaikan pekerjaan, bisa-bisa pembicaraan di lakukan esok hari sebab Johan selalu pulang dini hari.
"Foto Istri ku." Tutur Yuan.
"Sepertinya bukan Nona yang menyebarkan. Fotonya di ambil saat Nona ada di Cafe." Jawab Johan yang sebelumnya sudah menyelidiki. Dia pikir Yuan tak mempermasalahkannya sehingga Johan tidak mengambil langkah.
"Sejak kapan?"
"Sejak beberapa bulan lalu."
"Kenapa lelaki itu diam saja?!
"Siapa?"
"David!" Jawab Yuan ketus. Ternyata nada bicara nya hanya berubah saat sedang mengobrol dengan Ellen.
"Mungkin saja dia terlalu acuh atau pura-pura tidak tahu soalnya berita terkait tidak sesuai, eum maksud saya, banyak bumbu kebohongan." Hahahaha ternyata nada bicaranya tak berubah. Bukankah keputusan ku benar. Aku yakin Ellen satu-satunya wanita yang bisa melunakkan hatinya.
"Hapus ke akarnya! Aku tidak mau foto Istriku di miliki lelaki lain! Kalau ada yang ngepost ulang! Tangkap dan bawa ke markas!" Pinta Yuan.
"Baik Tuan Yu."
Yuan tidak menjawab, dia mengenakan jaket karena berniat pulang sendiri. Yuan paham betapa banyaknya perkerjaan Johan sementara Dante harus mengawasi pemusnahan mayat.
"Loh Tuan kemana?" Tanya Dante.
"Pulang sendiri. Siapa korban nya?"
"Lelaki mesum. Dia mengambil foto Nona Ellen dan dia marah. Anehnya Tuan tidak marah pada kami." Jawab Dante menjelaskan.
Bukannya mendapat pujian, Johan malah menempeleng kepala Dante.
"Beruntung keteledoran mu tidak membuat nyawamu melayang!!! Di mana kau letakkan mata itu hah! Kenapa sampai kecolongan!!" Teriak Johan geram.
"Posisi dudukku berada sejajar dengan Tuan dan Nona. Jujur saja kalau sikap Tuan sedikit membuat perhatian ku teralihkan. Duh sakit Kak." Keluh Dante mengusap-usap kepalanya.
"Kenapa sampai begitu? Mengabaikan tugas adalah kesalahan fatal apalagi kau mengawal Nona Ellen! Kalau sampai terjadi sesuatu, bukan Yuan saja yang menyiksamu tapi aku juga!"
"Habisnya Tuan Yu itu bucin parah. Aku jadi aneh melihatnya."
"Itu wajar! Yang aneh itu kau dan kalian!!!" Menunjuk ke berbagai arah.
"Maafkan kami Kak."
"Untuk kali ini saja! Kalau terulang, posisimu akan di turunkan!" Ancam Johan. Dia sendiri cukup terkejut saat Yuan memintanya datang ke markas. Padahal baru pertama pergi berdua tapi harus jatuh korban lagi.
Sebenarnya jika Yuan tak turun tangan secara langsung, negoisasi bisa di bicarakan. Lain hal kalau titah sudah di lontarkan, permintaan harus dan wajib di lakukan atau kemarahan Yuan akan meledak-ledak.
"Jangan Kak, maafkan aku."
"Kau paham betapa banyaknya perkerjaan ku!"
"Aku paham Kak."
"Kerja yang benar!!!" Johan pergi dengan wajah masam. Apapun hal yang berkaitan dengan keselamatan Yuan selalu membuatnya marah.
Johan memegang erat janji pada kedua orang tua angkatnya untuk menjaga Yuan sampai titik darah penghabisan termasuk rela mengabaikan perasaan sendiri. Bagi Johan, hidup Yuan jauh lebih penting apalagi dia memang tak berniat menjalin hubungan dengan siapapun. Kehidupan yang di jalani terlanjur gelap. Jangankan meluangkan waktu untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita, beristirahat saja jarang Johan lakukan.
.
.
.
.
.
Yuan panik saat membuka pintu, Ellen tidak berada di atas ranjang melainkan duduk di kursi yang biasa di pergunakan untuk memantau kamarnya. Belum sempat Yuan melontarkan kekhawatirannya, Ellen berjalan menghampiri dan menyerbu dengan pelukan.
Ku pikir marah. Ah jantungku.. Kepanikan tanpa kepastian berhasil membuat jantung Yuan berhenti berdetak.
"Kenapa tidak tidur?" Yuan menutup pintu lalu membalas pelukan.
"Mungkin pikiran ku yang menganggu." Ellen mengalungkan kedua tangan lalu berusaha memanjat dan mengikatkan kakinya ke pinggang Yuan.
"Aku tidak bohong kan. Cuma sebentar. Kamu habis mandi?" Yuan berjalan menuju ranjang dan duduk.
"Hum sabun nya tidak cocok di kulit ku."
"Besok beli produk yang biasa kamu pakai."
"Aku mau yang lain. Membosankan bertahan pada produk yang tidak berkualitas." Yuan paham Ellen tidak hanya membicarakan tentang sabun.
"Belilah yang terbaik, kamu berhak mendapatkan itu." Yuan mendekap erat tubuh Ellen yang masih betah di pangkuannya.
"Hum harus, seperti kekuasaan mu." Jawab Ellen lirih. Dia membuatku sangat nyaman. Aku mengantuk lagi dan rasa kantuk pergi saat dia tidak ada di sekitar ku.
"Dapatkan Baby. Sepertinya kamu mengantuk?" Sambil mendekap Yuan memberikan belaian lembut pada rambut.
"Iya Kak, bolehkah aku tidur?"
"Tentu saja." Yuan melepas jaket dan sepatu dengan satu tangan. Untung tadi sudah mandi. Kenapa dia sudah bisa bersikap semanis ini?
Yuan tidak tahu bahwa apa yang Ellen lakukan sebagai cara untuk mencari bukti keseriusan perasaan Yuan. Ellen benar-benar akan melepaskan apapun keinginan yang bersarang di benak. Dia tidak akan menahan diri lagi demi terlihat sempurna dan dewasa seperti kehidupan pernikahan nya dulu.
"Kak Yu sudah capek ya." Tanya Ellen sambil mencari titik ternyaman.
Kepalanya bertumpu pada lengan Yuan. Hal ini adalah salah satu keinginan Ellen yang tak pernah terwujud. Bagaimana bisa terwujud jika sikap David terlalu pasif sementara dia enggan memulai karena takut di sebut permintaan nya kekanak-kanakan.
"Tidak, tapi ku temani tidur." Jawab Yuan.
"Aku lelah dan mengantuk."
"Hum, istirahatlah." Yuan meraih dagu Ellen dan mengecupi bibirnya.
"Kak Yu mau lagi?"
"Mau apa Baby?" Tanya Yuan tidak mengerti arah pembicaraan Ellen.
"Bercinta." Ellen tidak menolak bahkan membiarkan Yuan mencumbu nya.
"Katanya capek."
"Ku berikan kalau mau lagi, toh aku tidak bisa hamil."
"Memangnya kamu tidak capek?"
"Capek." Jawab Ellen.
"Terus kenapa menawariku?"
"Perbuat mu tidak sesuai tawaran mu." Yuan tertawa kecil. Dia mengakhiri perlakuan nya dengan kecupan singkat pada bibir.
"Entahlah, aku hanya sangat bahagia." Yuan mendekap tubuh Ellen lembut sambil memberikan usapan pada kepala." Sudah beberapa Minggu sejak kedatangan mu, aku selalu membayangkan kamu tidur di samping ku." Imbuhnya.
"Sudah kamu dapatkan dan itu berarti tak boleh di lepas."
"Hum. Berhenti bicara dan tidurlah."
Selang beberapa detik, terdengar suara dengkuran halus tapi bukan berasal dari Ellen melainkan Yuan.
"Selamat malam." Bisik Ellen memberikan kecupan singkat pada pipi lalu mulai memejamkan matanya.
🌹🌹🌹