Menceritakan beberapa kisah pendek romansa kehidupan, juga perjalanan dalam mencari kebahagian yang sejati.
Hal-hal yang umum terjadi di sekitar kita maupun yang tidak bisa kau pikir sebelum nya. Semua tertuang dalam kisah-kisah mengharukan dan mendebarkan.
Semoga kalian dapat terhibur dengan kisah pendek ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lan05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nicole & Aiden 4
Tak terasa bagi Nicole bahwa hari ini adalah akhir dari perjanjian nya dengan Aiden, syukur lah tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya hamil, jadi Aiden tidak perlu bertanggung jawab sampai menikahi dirinya.
Kini mereka sedang bertemu di sebuah kafe untuk membicarakan hal itu. Nicole yang percaya diri bahwa dirinya tidak hamil sementara Aiden yang sedikit meragukan itu, pasal nya keraguan nya itu bukan tanpa sebab, karena ia sadar saat malam itu dirinya ingat beberapa kali dirinya mengeluarkan benih nya ke rahim Nicole dan juga Aiden pernah melihat beberapa ibu hamil yang justru tidak menyadari awal kehamilan nya.
Maka dari itu saat ini Aiden mau memastikan itu semua dengan membawa Nicole ke rumah sakit untuk mengecek kebenaran nya.
"Nicole selama satu bulan ini apa kau tidak merasa perbedaan pada tubuh mu.?" Tanya Aiden menelisik kearah Nicole.
"Tidak, aku sama sekali tidak merasakan perubahan apapun dalam tubuh ku." Ucap Nicole menatap Aiden tanpa keraguan, sekaligus merasa lega dengan fakta itu.
"Baiklah kalau begitu-"
"Jadi kita tidak perlu sampai menikah bukan." Potong Nicole saking semangat nya.
"Jangan memotong ucapan ku dulu."
"Baiklah... maaf." Cicit Nicole kala melihat tatapan yang menghunus kearah nya.
"Oke, walaupun kau tidak merasakan perubahan atau perbedaan apapun di tubuh mu. Aku ingin kau tetap memeriksakan nya ke dokter kandungan, untuk hasil yang lebih akurat."
Nicole merasa tidak butuh pemeriksaan seperti itu, tubuh nya terasa baik-baik saja.
"Kurasa itu tidak diperlukan, karena aku yakin aku tidak hamil." Yakin Nicole tanpa keraguan sama sekali.
"Itu menurut mu bagaimana jika hasil nya berbeda dari yang kau yakini.?" Tanya Aiden berusaha memberi pengertian pada Nicole. Apa salah nya untuk memeriksa toh jika memang Nicole tidak hamil semua akan lebih jelas dan akurat.
"Tapi aku tidak mau!" Kesal Nicole pada Aiden. Entah kenapa Nicole merasa sangat kesal pada Aiden yang memaksa nya untuk tetap diperiksa.
Aiden menghela napas berat, Nicole sangat keras kepala kali ini. Aiden telah membujuk nya dengan baik, namun Nicole tetap tidak mau.
"Baiklah jika kau tidak mau... aku tidak akan memaksa." Ucap Aiden yang akhir nya mengalah dengan kemauan Nicole. Walaupun masih ada sedikit keraguan, tapi ia mencoba percaya dengan yang dipercayai Nicole.
Nicole tersenyum senang kala mendengar Aiden yang tidak memaksakan kehendak nya saat ini. "Ya sudah dengan begitu perjanjian kita selesai bukan.?" Tanya Nicole menekan kan kembali jika perjanjian mereka kali ini resmi berakhir.
"Ya, sesuai yang telah kita sepakati di awal." Ucap Aiden berusaha santai sembari meminum kopi nya dengan pelan mencoba menghilangkan rasa kurang nyaman dalam hati nya. Entah kenapa Aiden merasa tidak rela jika keterikatan mereka terputus dan kembali seperti biasa layak nya atasan dan bawahan seperti sebelum nya.
"Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Nicole yang sudah mengubah kembali panggilan nya menjadi formal.
"Makan dulu makanan mu." Ucap Aiden yang melihat makanan yang di pesan oleh Nicole tak tersentuh sama sekali.
"Saya masih kenyang pak, kalau begitu saya permisi." Nicole segera berdiri sembari membungkuk sopan kearah Aiden sebelum berbalik pergi dengan cepat, Nicole tidak sadar ada seseorang dibelakang nya yang membuat nya tidak siap dan terjatuh lumayan keras di lantai cafe.
Aiden segera menghampiri Nicole yang terjatuh. "Kau tidak apa-apa!" Panik Aiden yang melihat Nicole terjatuh cukup keras.
"Sakit." Ucap Nicole yang masih di dengar oleh Aiden.
Aiden yang melihat wajah Nicole yang pucat merasa ada yang tidak beres.
"Apa yang sakit beritahu aku, apa kaki mu.?" Tanya Aiden tetap mencoba tenang walaupun dalam hati nya ia merasa panik juga melihat Nicole yang langsung pucat seperti ini.
"Perut ku sakit Aiden!" Panik Nicole meremas perut nya yang menjadi sumber kesakitan nya. Orang-orang jadi ikut berkumpul melihat apa yang terjadi pada Nicole.
"Apa istri mu sedang hamil, jika iya terjatuh seperti itu dapat membahayakan bayi kalian." Ucap spontan pengunjung cafe yang melihat Nicole kesakitan di bagian perut. Aiden yang mendengar itu segera menggendong Nicole tanpa aba-aba. Pengunjung cafe yang lain ikut membantu membawakan barang-barang Aiden dan Nicole yang tertinggal di meja dan lantai cafe.
Aiden segera memasukkan Nicole yang kesakitan kedalam kursi penumpang, dibantu oleh pengunjung cafe yang mengikuti nya dari belakang.
"Ini barang mu dan istri mu tuan." Ucap Pengunjung tersebut kepada Aiden yang akan melangkah kan kaki nya menuju kursi kemudi.
"Ahh.. iya terimakasih banyak." Bungkuk Aiden kepada pengunjung yang ikut membantu nya.
"Iya semoga bayi kalian baik-baik saja, mengemudi lah dengan tenang." Ucap pengunjung tersebut yang melihat kepanikan di wajah Aiden. Iya pun pasti akan seperti itu jika istri nya yang mengalami hal itu.
"Iya, sekali lagi terimakasih." Ucap Aiden lalu segera menuju kemudi dan mengendarai nya ke rumah sakit terdekat.
Sementara Nicole sedari tadi memegang perut nya, ia masih merasakan sakit di bagian perut nya. Iya tidak tahu kenapa perut nya terasa sakit seperti ini.
"Sa..sakit Aiden." Isak Nicole yang menatap Aiden dengan mata nya yang berkaca-kaca.
"Shtt.. tenang oke, atur napas mu dengan baik, kita sedang menuju rumah sakit sekarang." Ucap Aiden mencoba menenangkan Nicole dengan mengusap peluh yang muncul di pelipis Nicole dengan lembut.
Nicole hanya mengangguk pelan, mencoba mengatur napas nya sesuai arahan Aiden, rasa nya tenaga nya habis terkuras.
Sesampai nya di rumah sakit Aiden buru-buru turun dan menggendong Nicole menuju UGD rumah sakit.
"Tolong suster!" Lantang Aiden yang segera ditangani oleh suster yang membawa ranjang dorong kepada Aiden.
Setelah Nicole dibaringkan ia langsung mencari tangan Aiden untuk ia pegang dengan erat, seakan tidak mau Aiden jauh dari nya. Aiden yang merasa tangan nya di pegang pun membalas genggaman itu tak kalah erat, memberikan kekuatan pada Nicole bahwa dirinya tidak akan meninggalkan Nicole sedikit pun.
Setelah sampai di salah satu ruangan UGD, Nicole segera ditangani oleh beberapa suster dan ditanya beberapa pertanyaan kepada Aiden, Aiden saat itu mengaku sebagai suami Nicole. Perkataan itu keluar secara spontan saat suster menanyakan keterkaitan nya dengan Nicole.
Tak lama dokter pun datang untuk memeriksa Nicole dengan teliti, setelah nya dokter memberi obat pereda nyeri yang aman untuk meredakan rasa sakit Nicole dan dokter tersebut menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut ke dokter kandungan.
Nicole dan Aiden pun saling pandang kala mereka memikirkan hal yang sama saat mendengar tentang dokter kandungan. Nicole mencoba rileks walaupun dalam hati nya merasa gelisah saat menuju ruang dokter kandungan. Sementara Aiden hanya diam di sisi Nicole yang menggunakan kursi roda, masih dengan menggenggam tangan Nicole dengan nyaman.
Sesampai nya disana Aiden menunggu beberapa saat untuk di panggil, karena mereka kesini mendadak tidak melalui janji temu sebelum nya, untung antrian pasien nya tidak terlalu banyak. Setelah menunggu beberapa lama akhir nya nama Nicole di panggil mereka pun masuk dengan Nicole yang masih menggunakan kursi roda yang di dorong oleh Aiden, karena perawat yang mengantar mereka tadi hanya mengantar mereka sampai ruangan dokter kandungan saja.
"Baiklah boleh berbaring disana." Tunjuk sang dokter kearah kasur. Nicole yang ingin berdiri pun langsung terperanjat kala Aiden langsung menggendong nya menuju kasur. Rona merah muncul tanpa bisa Nicole cegah akibat perbuatan Aiden yang tak terduga. Terlebih ada dokter yang memperhatikan mereka sembari tersenyum.
"Baik ada keluhan apa ibu.?" Tanya dokter tersebut ramah sembari mengecek denyut nadi pasien nya dan beberapa pemeriksaan lain nya sembari Nicole menjelaskan kondisi tubuh nya. "Saya sempat terjatuh tadi dan saat terjatuh itu saya merasakan rasa sakit pada perut saya, tadi sempat di bawa ke UGD lalu diberi obat pereda nyeri lalu dokter tersebut menyarankan saya untuk diperiksa lebih lanjut kesini." Jelas Nicole kepada dokter tersebut.
"Baiklah apa ibu tidak mengetahui jika sedang hamil.?" Tanya Dokter tersebut memandang Nicole dan Aiden bergantian.
"Tidak tahu dok, memang saya hamil.?" Tanya Nicole kembali.
Dokter tersebut hanya tersenyum maklum melihat pasangan di depan nya, banyak pasangan lain juga yang awal nya tidak mengetahui bahwa sang ibu sedang hamil.
"Baiklah kalau begitu kita periksa terlebih dahulu agar Bapak dan Ibu yakin ya, tapi sekarang bagaimana apa masih terasa nyeri di perut nya.?" Tanya dokter tersebut yang bernama Dokter Azalea. Sembari menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.
"Tidak dok." Ucap Nicole. Pikiran nya kini tengah melayang kemana-mana, apakah benar dirinya kini tengah hamil. Melihat Nicole yang terdiam seperti itu Aiden mencoba mendekat dari sisi lain ranjang dan berbisik."Jangan terlalu dipikirkan, aku janji akan menghargai segala keputusan mu." Jelas Aiden untuk saat ini mengalah pada Nicole lebih baik, ia tidak mau menambah beban pikiran pada Nicole. Ke depan nya ia akan pikirkan itu secara matang dan meminta saran kepada kedua orang tua nya terutama sang ayah.
Nicole hanya mengangguk pelan.
"Nah, lihat ya Bapak... Ibu ini adalah calon bayi kalian." Ucap sang Dokter melingkari hasil yang menurut nya adalah calon bayi Nicole dan Aiden, karena sejujur nya mereka berdua tidak paham sama sekali dengan apa yang ditunjukkan dokter tersebut, karena yang mereka lihat adalah hal abstrak yang belum terbentuk.
"Selamat ya bapak ibu, sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua. Jaga baik-baik kandungan nya ya, jangan terlalu banyak pikiran... rileks saja. Banyak makan-makanan yang bergizi dan seimbang, kurangi makan-makanan yang mentah atau yang tidak termasak dengan baik. Ingat sekarang ibu membawa nyawa lain dalam tubuh ibu. Kondisi ibu sangat menentukan perkembangan sang janin kedepannya." Jelas Dokter Azalea sembari tersenyum kearah Nicole yang kini terdiam tidak tahu harus merespon nya bagaimana. Senang kah atau sedih.
"Terimakasih dok, kami akan mendengar semua saran dokter dan melakukan nya dengan baik." Ucap Aiden tersenyum kepada Dokter Azalea.
"Iya sama-sama pak."
"Apakah pemeriksaan nya sudah selesai.?" Tanya Aiden memastikan.
"Sudah pak, untuk saat ini kondisi janin dalam keadaan baik dan kejadian tadi semoga tidak terulang ke depan nya ya, karena bisa fatal jika kejadian tadi terjadi lagi." Peringat Dokter Azalea pada kedua pasangan yang terlihat kebingungan mendapat kabar yang ia sampaikan. Tapi sekali lagi itu bukan ranah nya, karena selain itu banyak juga pasien yang seperti itu datang kepada nya. Entah karena mereka bukan pasangan suami istri atau alasan lain nya.
"Baik kalau begitu saya dan istri saya permisi dulu dok." Pamit Aiden lalu membantu Nicole berdiri dan berjalan keluar sembari memegang pundak Nicole untuk membantu nya.
"Duduk dulu disini aku akan mengurus administrasi terlebih dahulu." Nicole hanya mengangguk saja tanpa melihat kearah Aiden sama sekali.
Setelah menyelesaikan pembayaran nya kini Nicole dan Aiden sedang berada di dalam mobil, terjadi keheningan diantara mereka berdua. Kejadian hari ini membuat mereka harus memikirkan langkah apa yang akan mereka ambil kedepannya.
"Nicole." Panggil Aiden kepada Nicole yang terdiam sedari tadi.
"Aku masih tetap pada pendirian ku, tapi aku juga tidak akan memaksakan kita untuk menikah dekat-dekat ini, pertimbangkan lah dengan baik." Ucap Aiden menatap Nicole yang sama sekali tidak mau menatap nya.
Aiden menghela napas berat."Apa yang membuat mu kepikiran.?" Tanya Aiden menatap Nicole dengan pandangan bertanya-tanya.
Nicole pun menoleh kearah Aiden dengan pandangan rumit, Nicole tidak tahu apa yang membuat nya berat dalam mengambil keputusan. Ia hanya ragu pada Aiden, dengan status Aiden yang sebagai atasan nya, apa kata orang-orang jika dirinya tiba-tiba menikah dengan Aiden. Dirinya seakan bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah pernikahan itu, belum lagi dirinya sama sekali belum mengenal Aiden lebih jauh, hubungan nya hanya sebatas rekan kerja atasan dan bawahan. Nicole sama sekali tidak pernah melihat Aiden sebagai seorang lelaki. Dalam pandangan nya Aiden adalah atasan nya hanya sekedar itu.
"Banyak yang menjadi pertimbangan ku." Jawab Nicole menurunkan pandangan nya ke bawah, memainkan jari jemari nya dengan perasaan gelisah.
"Boleh aku tahu.?" Tanya Aiden pelan-pelan agar Nicole mau membuka diri padanya, sembari memegang tangan Nicole agar mengalihkan fokus Nicole padanya.
Nicole bingung harus menjelaskan pada Aiden seperti apa. "Banyak yang ku ragukan tentang mu." atensi nya kini menatap tepat pada mata Aiden, terlihat jelas keraguan dalam mata coklat terang itu pada Aiden.
"Tentang ku.?" Nicole mengangguk mengiyakan.
"Apa yang membuat mu ragu padaku.?" Tanya Aiden penasaran, karena dirinya baru bertemu wanita seperti Nicole yang justru mempertimbangkan dirinya, bukan bermaksud sombong tapi pada kenyataan nya banyak wanita yang mau bersama nya tanpa ragu, cara sehat maupun kotor. Tapi Nicole entah apa yang membuat Nicole meragukan dirinya.
"Aku belum terlalu mengenal mu dan keluarga mu, belum lagi pandangan orang-orang jika kita tiba-tiba menikah. Sementara pernikahan impian ku adalah bersama dengan orang yang mencintai dan menghargai ku, menghabiskan sisa waktu kita bersama sampai maut memisahkan." Jelas Nicole tentang keraguan nya pada Aiden.
Aiden terdiam mendengar penjelasan Nicole, dirinya memang tidak memikirkan kearah sana, karena ia yakin keluarga nya dapat menerima Nicole dengan baik. Tapi ia lupa jika dirinya adalah CEO yang siapa pun akan tertarik dengan kehidupan nya.
"Aku akan mengurus semua nya dengan baik Nicole, kau tidak perlu khawatir keluarga ku juga akan aku jelaskan pelan-pelan hingga tidak terjadi kesalahpahaman oke." Yakin Aiden pada Nicole yang mencerna segala perkataan Aiden padanya.
Tapi di sisi lain bayi ini membutuhkan keluarga yang utuh, karena ia mengerti bagaimana rasa nya tidak memiliki orang tua. Karena dirinya adalah yatim piatu. Dirinya tumbuh di panti asuhan hingga saat ia masuk kuliah baru lah Nicole keluar dari panti asuhan dan menghidupi dirinya sendiri dan kuliah nya. Dirinya sedari dulu mencoba menulikan pendengaran nya dari cemoohan orang-orang hingga lama-kelamaan dirinya terbiasa dengan itu semua. Tapi entah kenapa saat ini dirinya merasa takut dengan itu semua, belum terjadi saja Nicole sudah membayangkan hal - hal yang menakutkan.
Setelah mempertimbangkan perkataan Aiden dengan baik, akhir nya Nicole mengangguk menyetujui saran Aiden, mencoba percaya dengan janji yang Aiden katakan. Mau bagaimana pun dirinya tidak mau bayi nya merasakan hal yang sama seperti dirinya.
"Terimakasih dan maaf, aku akan menepati janji ku padamu, walaupun aku tidak memungkiri pasti akan ada banyak orang yang membicarakan kita. Tapi kau hanya perlu percaya padaku." Ujar Aiden meyakinkan Nicole dan membawa nya kedalam pelukan nya. Nicole sama sekali tidak menolak perlakuan Aiden padanya karena rasa nya Nicole membutuhkan itu hingga ia pun membalas pelukan Aiden padanya. Semoga aku tidak salah mempercayai mu Aiden.