Sang Pengawal Tampan

Di dalam kamar pribadi, sudah ada belasan orang yang hadir. Terutama ada Tuan Muda Juna yang mengambil inisiatif untuk mengadakan reuni. Ketika melihat siapa yang datang, semuanya berdiri, terutama karena ada Tuan Muda Hirmen. Mereka terkejut karena Hirmen juga datang. Hirmen yang baru saja datang, begitu melihat Juna langsung membungkuk diikuti oleh Maya, Merry, Nina dan Niken. Namun saat Niken hendak membungkuk, Elang mencegahnya.

Dan ketika melihat Elang, Juna justru mendatanginya dan berlutut. Semua orang yang melihatnya sangat terkejut.

Elang menepuk bahu Juna. "Eh, Juna, jangan bercanda seperti itu. Kita adalah teman. Kamu masih saja suka bercanda begitu!"

Ucapan Elang menyadarkan Juna dan buru-buru bangun. "Eh, i-iya! Ayo kita duduk. Senang rasanya kalian semua sudah datang."

Mereka akhirnya duduk. Namun, yang membuat orang lagi-lagi keheranan, Juna justru mempersilahkan Elang duduk setelah memberikan sebuah kursi tepat di dekat Niken dan Nina.

Juna bahkan tidak langsung duduk. Melihat itu, Niken yang merasa heran langsung bertanya, "Tuan Muda Juna, kenapa tidak duduk?"

"Pilihlah kursimu, Juna!" Perintah Elang.

"Eh, i-iya!" Juna gugup. Lalu, dia memilih kursi dan kemudian duduk.

Juna adalah Tuan Muda Keluarga Mawardi. Ayahnya adalah seorang pensiunan militer dan kini berbisnis. Kebetulan keluarga ini adalah keluarga militer dan bisnis mereka juga berkutat di pengadaan alat-alat perang.

Juna merupakan putra tertua dari Keluarga Mawardi. Dia juga merupakan tentara dengan pangkat militer yang tidak rendah. Dia juga merupakan petinggi di Istana Kristal, istana Dewa Perang.

Jadi ketika melihat Juna berlutut, sebenarnya orang-orang sangat terkejut karena petinggi di Istana Kristal sampai bersujud di depan Elang.

"Aku tidak menyangka, Tuan Muda Hirmen juga datang ke reuni kami. Aku mendengar kabar kalau Tuan Muda Hirmen adalah bos Merry, jangan-jangan kalian berdua berpacaran?" Tanya Juna dengan bijaksana.

Hirmen tersenyum dan tidak berani melihatnya. Dia juga melirik Niken yang malah terkadang sedang membersihkan keringat di dahinya. Hirmen memang tidak tahu kalau Niken adalah kakak dari Elang.

Sementara Nina yang sejak awal penasaran dengan Elang, kini semakin bertanya-tanya dalam hatinya. Sebenarnya Elang ini orang seperti apa? Juna yang sangat terkenal itu bahkan harus bersujud?

Nina melirik Elang. Saat itu terlihat Niken sedang menyuapkan makanan. Melihat itu, Nina sebenarnya sangat iri. Dia belum tahu apa sebenarnya tujuan Elang merekrutnya.

Saat itu, pintu terbuka dan beberapa manajer yang tadi menyambut Hirmen juga ikut masuk. Terlihat dalam troli dua tingkat beberapa minuman kelas atas yang belum pernah dilihat oleh orang-orang.

"Presiden Andrew mempersembahkan beberapa minuman koleksi dari hotel untuk tamu terhormat. Silahkan kalian semua menikmatinya!" Lalu mereka semua membungkuk.

Saat itu, Hirmen mulai sombong lagi. Dia berdiri dan kemudian berkata, "Sebagai tamu terhormat Hotel Queen, aku sangat senang bisa mendapat kehormatan dari Presiden Andrew. Sampaikan salamku padanya."

"Tentu saja, Tuan Muda Hirmen." Jawab salah satu manajer.

Juna melirik ke arah Elang. Pemuda ini sama sekali tidak bereaksi. Bukankah dia adalah tamu terhormatnya?

"Ayo kita minum! Aku bersulang untuk orang yang aku suka yaitu Niken." Ucap Hirmen.

"Tunggu! Manajer, apa yang kalian lakukan? Dia adalah tamu terhormat?" Tanya Juna yang membuat semua orang keheranan. Mereka melihat bahwa Hirmen adalah Tuan Muda dari salah satu Keluarga terkaya di Ibukota. Apakah itu tidak layak menjadi tamu terhormat?

"Tuan Muda Juna, ini adalah instruksi dari direktur kami dan Presdien Andrew. Kami hanya menjalankan perintah." Jawab salah satu manajer.

"Eh, Juna! Dia memang tamu terhormat Andrew. Kamu jangan pernah mempertanyakan keputusannya. Sebaiknya tidak perlu protes. Hanya sebutan tamu terhormat, apa pentingnya?" Yang bicara adalah Elang.

"Kamu jangan pernah berani kurang ajar pada tamu terhormat kami! Kami punya kewenangan untuk mengusir orang yang tidak menghormati tamu terhormat Hotel kami!" Bentak salah satu manajer.

Juna berdiri dan dengan sangat cepat menuju manajer yang bicara tadi.

"Plak!"

Sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi manajer wanita. Wanita itu meringis kesakitan. Walau pun begitu, yang memukul adalah Juna. Putra salah satu pensiunan Jenderal di Istana Kristal. Jadi, dia hanya diam saja dan menahan rasa sakit dan malu.

"Jika ada yang berani tidak menghormatinya lagi, maka aku akan memukul kalian semua!" Teriak Juna dengan sangat emosi.

"Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba Hirmen yang konyol ini menjadi tamu terhormat?" Tanya Juna.

"Tuan Muda Juna, walaupun aku sangat menghormatimu, namun kamu sudah keterlaluan mempertanyakan keputusan Presiden Andrew yang menjadikanku tamu terhormat. Sebaiknya Anda tidak melawan keputusan Presiden Andrew!" Hirmen yang merasa mendapat dukungan Presiden Andrew menjadi makin berani. Apalagi di sini ada banyak petinggi hotel yang mendukungnya.

"Ini adalah acara reuni teman sekelas. Kamu bahkan tidak diundang, jangan membuat masalah!" Juna makin emosi.

"Aku datang bersama Merry asistenku. Jadi itu tidak masalah. Bagaimana dengan dua orang teknisi yang juga ikut datang kemari?" Tanya Hirmen.

"Siapa yang kamu sebut teknisi?" Juna balik bertanya.

Hirmen berdiri dan langsung menuju ke arah Elang. "Mereka berdua adalah teknisi listrik! Kenapa mereka berdua bisa datang dan aku tidak?" Juna menunjuk Elang dan Nina.

"Plak!"

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Hirmen. Dia sampai terpelanting. Juna benar-benar sangat emosi.

"Juna! Kamu menakuti Niken!" Suara Elang. Juna terkejut dan segera berlutut.

"Usir saja dia dan jangan membuat Niken taku!" Perintah Elang tanpa melihat ke arah Juna.

"Baik!" Jawab Juna.

Para manajer pun sangat kebingungan. Apakah mereka salah orang? Kenapa Tuan Muda Juna sangat menghormati Elang?

Juna berdiri dan segera menarik tangan Hirmen, membawanya keluar dari ruangan dan mengusirnya.

"Merry, kalau kamu masih teman sekelasku, maka tinggalkan pria tidak bermoral ini! Tapi kalau kamu membelanya, jangan pernah lagi menyebutku teman!" Ucap Juna.

Merry yang memang nyaman bekerja menjadi asisten Hirmen tidak bicara apa-apa dan segera meninggalkan ruangan dan pergi bersama Hirmen.