Kebohongan Istriku

Petter menipiskan bibir menahan tawanya. Giovani akan pergi dengan alasan perawatan ke salon, atau merindukan orang tuanya. Kala Petter harus menghadiri pertemuan dengan pemilik perusahaan atau rapat pemegang saham diadakan.

Satu? Tidak! Ada banyak tempat dimana Petter menginvestasikan uang milik Candra. Tentunya bonus cukup besar didapatkannya setiap meningkatnya harga saham.

Menghela napas kasar, untung saja dirinya jujur bekerja selama ini, tanpa ada embel-embel korupsi atau mengkhianati Candra. Mengingat mata Edi yang ternyata selalu mengamati Petter.

"Candra, kita sudah kenal dalam waktu cukup lama. Apa aku pernah ingin merebut apa yang kamu miliki?" Pertanyaan dari Petter membuat dirinya gelagapan sesaat.

Menghela napas kasar."Giovani berbeda! Dia berharga bagiku. Tidak seperti Titania, dia lebih. Hanya dia yang dapat memahamiku."

"Aku memahami mu, tapi kamu tidak pernah memperlakukanku dengan istimewa. Aku begitu sedih." Petter mengangkat salah satu alisnya. Suaranya terlihat tenang dan dingin, begitu juga raut wajahnya. Padahal dalam hatinya ngakak guling-guling.

Semakin mengenalnya, dirinya semakin menyukai Candra. Inilah tuan muda tempatnya mengabdi selama 8 tahun.

"Itu karena kamu pria! Ingat! Kamu sudah seperti saudara, bahkan lebih dari saudara bagiku. Hanya kamu, Giovani dan paman Edi yang aku percayai di dunia ini." Candra tertunduk mengepalkan tangannya.

Sementara Petter menghela napas kasar."Bagaimana jika aku menyimpan rahasia darimu. Melakukan kesalahan yang fatal. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku...kamu adalah saudara... tidak! Teman terbaik dalam hidupku." Kalimat menyentuh dari seorang komposer dengan perasaan yang sensitif. Jemari tangannya memegang tongkat lipat, benar-benar gemetar.

"Apa kamu ingin aku selalu ada dalam hidupmu?" Tanya Petter lagi, selaku jin Aladin yang akan selalu mengabulkan keinginan tuannya.

"Tentu saja, aku ingin." Jawaban dari Candra, membuat Petter semakin yakin keberadaan Giovani hanya sementara.

Mengapa? Karena Candra akan jijik dan membencinya jika mengetahui kenyataan Giovani dan Petter merupakan orang yang sama. Menyukai pemuda ini apa adanya, dengan cara yang aneh. Sejak kapan hati seorang Giovani luluh? Entahlah.

"Aku tidak akan mendekati istrimu. Lagipula dia sudah kamu ungsikan Giovani bukan?" tanya Petter, membuka toples kue kering, kemudian memakannya. Dirinya mulai membuka beberapa dokumen.

"Aku sudah menghadiri rapat Sky J Company. Anak kedua mereka, Romero lumayan memiliki potensi." Lanjut Petter dengan mulut penuh, mengingat hasil rapat pengembangan. Romero benar-benar tidak mengecewakan nya, menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan asal Cina, sesuai sarannya.

"Romero?" Candra mengernyitkan keningnya, seperti pernah mendengar nama sang pemuda.

"Romero, putra kedua pemilik Sky J Company. Orang yang pernah aku selamatkan dari penculikan. Dia pernah meninggalkan kemeja yang penuh dengan darah di rumahku. Membuat sofaku kotor, hingga kamu menggantinya dengan yang baru." Jelas Petter, masih serius membaca beberapa dokumen yang harus dilaporkannya pada Candra.

"Pria itu? Romero yang wajahnya selalu bersemu merah saat bertemu denganmu?" Candra mengerutkan keningnya.

"Merah? Aku kira karena dia sering demam." Ucap Petter datar.

Sedangkan Candra menghela napas kasar."Aku tidak tau, tapi yang pasti aku sama sekali tidak menyukainya. Dia seperti..."

"Seperti?" Petter memperhatikan, mungkin ini akan mempengaruhi terhadap penilaian calon pemimpin perusahaan nanti.

"Menyukaimu! Aku tau ini konyol, mana mungkin dia tidak normal! Seingatku dia dulu playboy. Bagaimana bisa pria menyukai seorang pria." Komat-kamit mulut Candra mengomel. Ada perasaan tidak nyaman, seperti sahabatnya akan diambil orang.

Petter mengangkat salah satu alisnya."Halu..." satu kata menusuk sejuta makna. Mana mungkin Romero yang super rupawan, dompet tebal dari keluarga baik-baik, bahkan terlihat supel dalam pergaulan menyukai sesama jenis.

Sudah biasa kaum hawa menyukai Petter. Tapi pria? Jika itu Giovani mungkin saja. Tapi untuk Petter? Cinta yang bahkan melampaui gender? Gila! Cinta yang terlalu gila!

"Aku tidak halu! Jika kamu menyukainya---" Candra menghentikan kalimatnya sejenak. Mengapa dirinya terdengar seperti orang yang cemburu? Tidak! Dirinya menasehati sebagai saudara. Ingat! Candra adalah pria normal yang jatuh cinta hanya pada Giovani.

Petter menghela napas kasar."Jika aku akrab dan menyukainya memangnya kenapa?"

"Kamu gay!?" Teriak Candra sedikit menjauh dari asal suara Petter.

"Aku normal...tuan muda!" Geram sang asisten. Tidak ingatkah Candra bagaimana dirinya hampir setiap hari menikmati malam dengan Giovani.

Sudahlah... lagipula Candra merupakan makhluk tidak berdosa. Tidak tahu apa-apa.

"Ada hal lain yang harus aku sampaikan. Ini mengenai T. Heaven resort and spa. Aku sudah membeli lebih dari 40% sahamnya dan mulai menghubungi beberapa travel untuk bekerja sama. GM (General Manager) juga mau bekerja sama dengan melakukan banyak renovasi, juga pergantian karyawan yang tidak loyal." Petter menghela napas.

"Aku sudah bilang, jika itu tentang usaha kecil seperti resort. Kamu boleh mengambil keputusan tanpa persetujuanku." Ucap Candra, berusaha meraih botol air kemudian meminumnya.

"Kamu tidak tertarik? Aku membalaskan dendam mu, tapi tidak ada bonus yang mengalir ke rekeningku. Aku kecewa." Suara Petter yang terdengar percaya diri membuat Candra terdiam sejenak.

"Apa maksudmu?"

"Jordi, usahanya mundur karena aku menyokong saingan bisnisnya, uangmu bertambah. Dendammu juga terbalaskan. Bagaimana?" Petter tersenyum, ingin melihat wajah bahagia Candra.

Tapi tidak, pemuda itu terdiam. Kemudian menghela napas kasar."Investasi di tempat yang menguntungkan. Tidak perlu terpaku pada dendam. Lagipula aku sudah melupakan segalanya. Giovani sudah cukup untukku. Kalau difikirkan kembali, jika bukan karena Titania berselingkuh, aku tidak akan meminta padamu seorang pasangan yang mencintaiku apa adanya..."

Petter tertegun sesaat, inilah yang disukainya dari si lembek. Pria ini sejatinya penuh perhitungan, dapat membedakan masalah dompet dan masalah hati.

Petter kembali meminum teh kemasan. Hingga hal yang tidak diduga nya terdengar dari mulut Candra.

"Petter, bagaimana menurutmu jika aku memiliki anak?"

Perrth!

Bagaikan Mbah dukun, Petter menyemburkan air dari mulutnya terbatuk-batuk. Majikannya benar-benar sudah serakah. Ingin pacar, ingin istri, dan sekarang ingin anak.

"Pasti akan mirip denganmu dan Giovani." Petter mengelap mulutnya menggunakan tissue. Benar-benar tersenyum karier.

"Pastinya, kami selalu melakukannya tanpa pengaman. Aku yakin cepat atau lambat kami akan memiliki bayi." Khayalan tingkat tinggi dari seorang pujangga. Membuat Petter kehilangan kata-kata.

Ini tidak pernah ada dalam perhitungannya. Apa yang terjadi jika ada anak diantara mereka? Berapa kali Candra telah berusaha membuahi rahim Giovani beberapa bulan ini.

"Sudahlah... berbuat dulu, fikirkan nanti." Gumam Petter dengan suara kecil. Kembali memakai kacamata bacanya.

Hingga suara mobil memasuki villa terdengar. Mengalihkan perhatian Petter dan Candra.

"Apa itu Giovani? Jika iya, kamu harus cepat pulang!" Bentak Candra, tidak ingin Giovani berinteraksi terlalu lama dengan Petter.

"Giovani? Tidak! Bukan! Mustahil istrimu yang super cantik, memiliki ukuran 36B sudah datang." Ucap Petter penuh keyakinan.

Dan benar saja, seorang wanita memasuki villa tanpa permisi."Candra..." ucapnya menangis terisak, tapi tetap cuti pandang ke arah Petter.