NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Berandalan

Menikah Dengan Berandalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:22.1k
Nilai: 5
Nama Author: macarhd

Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemberian

Besok Naura menikah.

Besok gadis itu sudah menjadi istri orang, istri dari laki-laki yang kalau boleh jujur, sebenarnya Naura tidak ingin menikah dengan laki-laki semacam itu. Terlalu dingin dan menakutkan. Terlalu sulit digapai. Dan... terlalu jahat untuk dijadikan teman berjalan.

Naura tidak tahu ada apa dengan perasaannya sebab, sejak hari berganti malam, ia merasakan ada yang beda. Seperti... merasa tidak terima kalau hidupnya akan berakhir seperti ini. Maksudnya, Naura tidak ingin berada di titik seperti ini. Tidak ingin.

Semalam, ia pergi ke sebuah butik besar bersama Bagas. Tidak ada sesi tanya-tanya karena setelah sampai di sana, Naura sudah disuguhkan gaun pengantin yang sudah siap pakai. Anehnya, gaun itu terlihat pas dan cocok di tubuhnya. Entah, Naura berpikir kalau Tessa sudah memberikan ukuran yang setara dengan ukuran tubuhnya juga wanita itu yang mungkin memiliki selera yang sama dengannya.

Gaun yang sempurna dan tidak memiliki kekurangan sedikitpun.

"Kamu... cantik sekali mengenakan gaun itu, Naura."

Itu ucapan Bagas ketika melihatnya semalam. Ucapan yang membuat Naura sedikit tersipu dan salah tingkah, padahal harusnya dia biasa-biasa saja mendengarnya. Setelah selesai dengan urusan pengantin, semalam Bagas sempat membawanya ke suatu tempat, membeli sesuatu yang ternyata diberikan kepadanya.

Sebuah tas tangan yang Naura yakini harganya tidak semurah tas yang ia punya. Naura tidak tahu kenapa Bagas bisa memberikan benda itu kepadanya, yang pasti laki-laki itu menyuruhnya untuk menganggap kalau tas itu bentuk hadiah pernikahan darinya.

Keduanya tidak sedekat itu. Bahkan nyaris tidak kenal selain kenal lewat masalah sekarang. Tidak sepatutnya Bagas memberikan itu kepadanya.

Namun, kalau ditolak, akan semakin tidak enak juga, kan?

"Naura?"

Naura yang tengah duduk menghadap jendela, menoleh menghadap pintu ketika mendengar suara yang berasal dari sana. "Bu?" ia beranjak dan menghampiri ibunya.

"Ibu udah selesai bicara sama keluarga Regan-nya?" tanya Naura ketika sudah sampai di hadapan wanita paruh baya itu. Sejak satu jam yang lalu, ibu beserta pamannya dipanggil untuk bertemu dengan keluarga Regan-Tessa dan suaminya. Akan membicarakan hal penting, katanya. Entah apa, yang pasti Naura tidak diperbolehkan ikut mendengar di sana.

Mayang menganggukkan kepalanya. "Udah."

Tidak mau bicara sambil berdiri seperti itu, Naura membawa ibunya untuk duduk di tempat ia sebelumnya. Di sofa yang menghadap ke jendela -yang melihatkan pemandangan kota di luar sana.

"Ibu nggak nyangka kamu akan nikah secepat ini," ucap Mayang.

Mendengar itu, Naura menundukkan kepalanya. Merasa sedih mendengar hal itu. " Maaf, Bu."

Bagaimanapun, salah kalau Mayang menyalahkan Naura atas semua ini. Kecelakaan itu tidak ada yang tahu dan tidak diinginkan sebelumnya. Semuanya terjadi begitu saja. Bahkan kalau bisa dicegah, putrinya akan mencegah hal itu. Selain tidak menyangka, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Mayang juga sedikit tidak tega melihat Naura, melihat anaknya yang harus menanggung masalah seberat ini.

Terlepas dari seenak apa pun kehidupan Naura setelah ini.

"Kamu nggak perlu minta maaf, Naura." Mayang mengusap bahu anaknya. "Ini semua bukan atas kemauan kamu, ini kecelakaan."

Ucapan ibunya benar, namun sayangnya, sampai detik ini Naura tidak bisa menerima kenyataan itu dalam hatinya. Sampai sekarang bahkan Naura masih menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu.

"Ibu cuman mau titip pesan sama kamu, terlepas dari apa yang kamu dapat setelah menikah dengan keluarga Regan nantinya, setelah hidup bersama di lingkungan yang tentunya jauh dari lingkungan hidup kita yang sebelumnya, kamu harus tetap sabar dan kuat. Kamu tahu, kan, perbedaan tidak selamanya diterima dengan baik?"

Naura mengerutkan keningnya, merasa seperti ada yang aneh dengan apa yang diucapkan oleh ibunya barusan. Maksudnya apa?

"Tugas kamu hanya melakukan apa yang harus kamu lakukan. Kalau suatu saat kamu merasa tidak bahagia, bukannya ibu berharap yang tidak-tidak, hanya saja kamu harus siap sedia, ibu selalu menerima kamu. Datang kapan pun kamu mau. Rumah ibu akan selalu terbuka buat kamu."

"Bu, Naura nggak ngerti kenapa ibu bisa ngomong kayak gitu."

"Naura...." Mayang menghela napas panjang di tempatnya. "Kamu tidak perlu bertanya-tanya, cukup dengarkan dan lakukan apa yang ibu ucapkan barusan."

***

Demi apa pun, semakin larut, perasaan Naura semakin tidak karuan. Awalnya hanya gugup, takut, dan sedikit tidak rela, namun entah kenapa makin ke sini makin terasa sakit di hatinya.

Naura sedih karena hidupnya berjalan tidak sesuai dengan keinginannya. Bukan, bukannya ia merasa kalau tanpa masalah yang ia hadapi sekarang, hidupnya akan berjalan seperti yang dia inginkan. Bukan seperti itu. Hanya saja ia benar-benar merasa sedih karena harus kehilangan banyak hal di sini.

Mimpinya.

Pekerjaannya.

Sahabat baiknya.

Dan ... ibunya.

Meski masih berhubungan baik dengan wanita itu, Naura tetap merasa kehilangan. Terlebih, dengan apa yang dibicarakan dengan ibunya beberapa waktu yang lalu. Dia seolah mengatakan kalau sekarang dirinya telah memilih kehidupan yang lebih daripada dengan kehidupan yang diberikan oleh ibunya.

Padahal tidak seperti itu.

Saking tidak karuannya, Naura tidak sadar kalau buliran bening baru saja jatuh dari pelupuk matanya. Ia ... menangis. Dengan alasan yang belum jelas.

Setelah ngobrol panjang, Naura dan ibunya juga ikut makan malam bersama keluarga Regan. Makan malam yang dihadiri cukup banyak orang -keluarga Regan yang lain yang entah siapa, Naura belum mengenalnya-namun terasa sepi dan diselimuti kecanggungan. Naura tidak tahu, padahal sebelumnya tidak seperti itu.

Sebelum kembali ke kamar, mamanya Regan juga sempat menghampiri Naura dan berkata, " Kamu istirahat, ya, Sayang. Tidur yang nyenyak karena besok akan jadi hari yang melelahkan."

Naura hanya mengangguk kemudian mengucapkan hal yang sama dengan wanita itu.

Ah, ya, tepat saat Naura membuka pintu kamar, ada seseorang yang juga menghampirinya. Regan Januar. Iya, cowok sangar itu. Dia datang dengan tampang seperti biasanya, dingin dan menakutkan. Dengan paperbag yang di tangannya.

"Apa?" tanya Naura saat itu, saat Regan memberikan paperbag yang dibawanya.

"Ambil dulu."

Percayalah, selain dingin dan menakutkan, Naura juga melihat adanya perbedaan dalam sorot mata cowok itu. Dia terlihat seolah tengah bersedih. Entah karena apa. Atau mungkin karena hal yang sama dengan dirinya. Wajar, bukan?

Bagaimanapun, Regan juga tidak menginginkan pernikahan itu dalam hidupnya.

Dia juga terpaksa.

Meski ragu, Naura tetap mengambil paperbag itu. Mengintip isinya kemudian mengerutkan dahi saat melihat apa yang ia lihat di sana. Dengan wajah kebingungan, Naura kembali menatap Regan yang masih diam di tempatnya. Ini... apa?" tanyanya. 66

"Buat ganti HP lo yang sering mati."

Ponsel baru. Ponsel yang belum Naura punya sebelumnya. Ponsel yang entah dapat dari mana, atau mungkin Regan sengaja membelikannya.

Naura tidak tahu kenapa Regan bisa tahu soal HP-nya yang sering mati. Mungkin karena melihatnya. Tapi kapan?

"M-makasih." Sejujurnya Naura sedikit sungkan menerima benda itu. Tapi kalau tidak diterima, ia tidak tahu akan bagaimana tanggapan Regan.

Sudah dapat dipastikan kalau cowok itu akan marah-marah kepadanya.

"Jangan ge-er, itu bukan dari gue. Tapi dari Mama." Tepat setelah mengatakannya, Regan berbalik dan berlalu begitu saja. Meninggalkan Naura yang bertanya-tanya di tempatnya.

Ini dari mamanya Regan?

Sebelum ini Tessa sudah menemuinya, lalu kenapa harus melalui Regan?

1
syisya
uwuuu banget makin ada kejelasan, emang paling enak kalau cerita itu sambil pelukan atau membelai jadi lebih dapet kemistrinya
who i am ?
di tunggu up nya Thor 😘
Heny Adinda
aaaaaa jgn lama2 up nya thot, tengah mlm pun ku tunggu semangat🔥
syisya
😗suit suiiiiiit
who i am ?
one
syisya
waaah ada masalah apa ini yg sudah lama tapi belum kelar
syisya
apa karna urusan cewek ?
syisya
menerkam tanpa aba" ?
beneran gak tuh aku udah lama lho thor menunggu apakah bakal ada adegan 🍍 nanasnya tp sejauh ini belum terlihat tanda" hihihi
Wagini
lanjut
syisya
udah sejauh ini tapi masih jauh aja🤔
syisya
mulai ada titik" nih
Heny Adinda
sweet bgt regann
syisya
lanjutkan
syisya
🤣🤣🤣🤣
who i am ?
lanjut thooor, semangatt💪
syisya
kikikikikik ya iyalah nauraaa masih ditanya lagi, gemes deh
syisya
mampus hhhhh
syisya
waooow crazy up 👏🏻👏🏻👏🏻 makasih kak triple upnya keren bingiiiitz
syisya
thanks thor selalu double up
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!