NovelToon NovelToon
Gadis ODGJ & Fotografer Dingin

Gadis ODGJ & Fotografer Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dyajenkpankestu_

"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.

"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.


Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.


Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Seluruh crew yang ada di ruangan saling bekerjasama dan saling mengajari antara satu dengan yang lain. Semakin siang, semakin banyak tamu penting yang datang. Diva dan heni bergantian masuk keluar untuk mengantar pekerjaan yang telah selesai atau sekedar membantu persiapan rapat penting dengan para petinggi yang lain.

Sedangkan jeony hanya duduk nyaman di dalam ruangannya sambil mengotak-atik bolpoin serta coretan buku dan melihat pengaturan keuangan perusahaan milik gafi. Bersinggungan dengan orang banyak sangatlah besar. Selain takut ada yang mengenal, ia juga merasa tidak percaya diri.

Hari pertama berhasil jeony lewati, meski tidak terlalu baik. Sekitar pukul lima sore, beberapa karyawan beranjak pulang. Jeony masih duduk di sofa depan resepsionis sambil menunggu gafi atau bastian datang. Beberapa menit menunggu, gafi datang sendiri dan tanpa basa basi mengajaknya ke mobil. Sebetulnya, jeony tidak nyaman berada mobil dengan pria tersebut. Tetapi, mau tidak mau jeony harus ikut dan tidak ada pilihan lain.

"Bunda cerita tentangku padamu?"tanya jeony di tengah perjalanan. Karena, ia teringat kalimat gafi saat perkenalan tadi pagi.

"Untuk apa?"jawab gafi yang berbalik bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.

"Kamu kasihan padaku?"tanya jeony kembali.

"Apakah menurutmu kamu layak dikasihani?"sahut gafi sambil menatap jeony sejenak dan kembali fokus kedepan. Sedangkan jeony hanya bergeming. Tidak puas dengan jawaban itu.

"Kenapa kamu selamatkan aku dan mau terima aku kerja?"ujar jeony kembali bertanya.

"Apa kamu sangat membutuhkan jawabannya?"

"Ya!"

Gafi menekan pedal rem ketika lampu lalu lintas menyala merah. Ia tarik tuas rem tangan di sisi kiri dan mengalihkan perhatian pada jeony.

"Jawaban seperti apa yang kamu inginkan?"Lagi-lagi gafi bertanya pada jeony.

"Aku butuh jawaban darimu. Jangan Balik bertanya padaku"sahut jeony.

"Kamu nggak akan puas mendengar jawaban yang kuberikan. Karena permasalahannya ada pada dirimu sendiri"

Seketika, jeony membuang muka dan mengalihkan perhatian ke sisi yang lain.

"Kamu terlalu kuat untuk menyerah dengan masalahmu sendiri"kalimat gafi mampu membuat perempuan itu berbalik.

"Kamu punya keberanian buat bunuh diri, kenapa kamu nggak punya keberanian buat menyelesaikan masalahmu"

"Kamu nggak tahu apa yang aku alami selama ini"ucap lirih jeony menahan amarah.

"Kamu pun akan melakukan hal yang sama jika kamu berada di posisiku"ucap jeony. Sedangkan, pria itu hanya mendengarkan dan tidak memberi tanggapan.

"Bagaimana bisa aku…"ucapan yang dilontarkan jeony terhenti. Ia tidak berani melanjutkan ucapannya.

Joeny masih bisa mengendalikan diri saat ini. Kedua tangannya mencengkram roknya sampai bergetar. Dadanya terasa nyeri, sesak dan air mata tidak bisa dibendung. Cairan bening seketika jatuh dan membasahi pipinya. Pandangan mereka saling bertemu beberapa saat, sebelum kemudian teralihkan ketika bunyi klakson pengendara lain berbunyi. Gafi langsung melajukan kendaraan, sedangkan jeony masih terisak.

Beberapa menit mobil melaju, di antara kemacetan jalanan mulai lengang. Gafi menepikan mobil di dekat sebuah taman. Setelah mematikan mesin mobil, gafi hanya diam menunggu jeony sampai selesai menangis.

"Nggak ada orang yang tahu perasaanku. Nggak ada orang yang bisa aku percaya, nggak ada orang yang bisa membantuku! Dimana dunia ini aku cuman sendiri"teriak jeony meluapkan amarahnya.

"Nggak akan ada orang yang mempercayai apa yang ku katakan. Semua orang menatapku hina."jeony memukul dadanya berulang kali dengan sangat keras.

Cukup lama jeony menangis. Tidak ada celotehan dan hanya isakan yang sesekali diiringi pukulan di dada sebagai tanda sesak apa hatinya. Sebanyak apapun air matanya keluar, sekeras apapun ia berteriak, sekuat apapun ia menyakiti diri sendiri, ia tidak pernah merasa puas.

"Sudah lega?"tanya gafi seraya menyodorkan sebuah tisu.

"Penuh! Rasanya sangat penuh sesak!"jawab jeony sambil mengambil tisu dan kembali menepuk dada.

"Apa yang kamu inginkan?"tanya gafi. Sontak, jeony langsung menatap gafi.

"Aku capek hidup seperti ini. Aku takut. Aku harus bagaimana? Meskipun aku lari kemanapun, aku nggak pernah merasa tenang!"

"Sudah pernah maafin diri sendiri, belum?"Kalimat itu membuat jeony mengernyit.

"Maafkan dirimu dulu. Kamu sudah berjuang terlalu keras selama ini. Ada sisi lain darimu yang lelah tapi terabaikan. Tanya pada dirimu, cari tahu apa keinginanmu"ucap gafi sambil melihat jeony dengan tatapan yang dalam.

Seketika, jeony memandang keluar jendela dengan sesenggukan.

"Bagaimana aku bisa bicara dengan diri sendiri? Apa aku harus benar-benar menjadi orang gila"gumam jeony sambil memandang keluar jendela.

"Bagaimana kalau kamu punya teman. Dia sedang sedih, menganggap dirinya bodoh sampai melukai diri sendiri. Apa yang bakal kamu lakuin?"

"Aku akan temani dan beri dia semangat"

"Kenapa?"

"Karena dia temanku"

"Benarkah?"

Seketika, jeony membalikkan badan ketika pertanyaan gafi terdengar meremehkannya.

"Aku pernah ada di posisi seperti itu! Tentu saja aku rasanya-"

"Lalu, kenapa tidak bisa lakukan itu ke dirimu sendiri?"pangkas gafi dna membuat wajah jeony dipenuhi tanda tanya.

"Kamu bisa memahami perasaan orang lain, tapi kenapa nggak bisa pahami perasaanmu sendiri?"Ucap gafi dan seketika jeony terdiam tak bisa menjawab.

"Kamu… lebih baik daripada siapapun jo!"Ucap Gafi dengan tegas.

"Maafkan masa lalumu. Kamu nggak bisa merubah apapun yang sudah terjadi. Termasuk kecelakaan yang menimpa keluargamu dan kejadian malam panjang yang tidak bisa diulang. Tetapi, masih bisa mengubah apa yang belum terjadi."Ucap kembali gafi dengan penuh penekanan.

"Gampang sekali kalau ngomong!"sahut jeony dengan ketus dan ia kembali mengalihkan pandangan ke jendela.

"Aku nggak pernah bilang itu gampang. Semua butuh perjuangan. Termasuk buat bahagia."

"Jangan katakan apapun lagi!"sentak jeony dan ia berteriak meluapkan emosi, berharap semua ucapan tadi menghilang.

Ketika ia sudah merasa sedikit tenang, baru ia menyadari jika pria tersebut sudah tidak ada dibalik kemudi. Sontak, jeony panik dan mengedarkan pandangan ke luar mobil dan ternyata gafi berdiri di dekat gerobak penjual jalanan di tepi jalan. Tidak sampai lima menit, gafi kembali membawa sekantong plastik hitam dan sebotol air mineral.

"Makan ini."ucpa gafi sambil meletakkan kantong plastik hitam dan air mineral itu di atas pangkuan jeony.

"Ini apa isinya?"tanya jeony sebelum membuka kantong plastik.

"Sudah makan. Jangan banyak tanya di depan makanan!"sarkas gafi sambil membuka tutup botol air mineral untuk jeony.

Jemari lentik jeony membuka kantong plastik tersebut, seketika aroma manis tercium keluar. Matanya yang sembab terbelalak dan dengan cepat mengeluarkan lembaran kue tipis yang terlipat menjadi dua.

"Wahh crepes!"teriak jeony dengan suara pelan dan raut wajah yang sumringah. Beda seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya.

"Aku suka banget sama jajan ini! Waktu masih sekolah, aku selalu membeli kue ini sebelum pulang."celoteh jeony sambil pandangi kue itu dengan mata yang berbinar kemudian memakan dengan lahap.

Jeony mulai menikmati kuenya dan sesekali memperhatikan gafi yang mulai berkendara. Pria itu juga sesekali memperhatikannya. Wajahnya seakan heran dan menerka sesuatu. Mungkin sedang bingung dengan perubahannya. Namun, ia abaikan karena ingin menikmati kue kesukaannya yang sudah lama sekali tidak dirasakan. Bukan hanya sekedar rasa, tapi kue ini memiliki kenangan yang indah sebelum ia masuk dalam penderitaan yang tak berujung.

1
Fiyantin Pangestupp
semangat kak/Drool/
Rarapangestu
/Drool/
Rarapangestu
semangat kak
Rarapangestu
/Smile/
Rarapangestu
/Drool/
Fiyantin Pangestupp
kasihan si jeony, semangat ya dek/Drool//Drool/
Rarapangestu
/Drool//Drool/
Rarapangestu
tetep semangat kak/Drool//Drool/
Fiyantin Pangestupp
keren
Rarapangestu
tetep semangat kak /Drool//Drool/
disya
SAVE DULU AHH, NANTI BALI LAGI KALAU SUDAH END
semangatt thorrr/Drool//Drool/
Rarapangestu
harus masuk rekomendasi🥰🥰👌👌
Rarapangestu
semangat kak
Dyajenkpankestu_
odgj orang gangguan mental sakit jiwa kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!