Di sebut wanita mandul memang sangatlah menyakitkan bagi wanita manapun tak terkecuali Fana. kata mandul hampir setiap hari menjadi santapan sehari-hari bagi wanita cantik itu. suami yang sepantasnya memberi dukungan bahkan seharusnya menjadi tempat untuk mengadu seakan mendukung ibunya, dan itu semakin membuat Fana merasa semakin terpojokkan.
Hingga suatu saat pekerjaannya seolah mendekatkan dirinya dengan seorang pria muda yang merupakan model di agensinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendatangi kediaman klien.
Fana yang saat itu tertegun mendengar pengakuan Riza dibuat tersentak saat Riza membawanya duduk di pangkuannya.
"Eeeehhhh....." Fana terkesiap.
"Tenanglah, aku hanya membawamu duduk di pangkuanku, bukannya ingin berbuat macam-macam padamu, karena itu hanya akan aku lakukan nanti setelah kamu sah menjadi istriku!!." untuk kesekian kalinya Fana dibuat tertegun dengan kata-kata yang diucapkan Riza.
"Kenapa kamu begitu yakin ingin menikahi aku, Za, padahal kamu tahu sendiri aku adalah wanita yang memiliki begitu banyak kekurangan???." dengan raut wajah berubah sayu Fana bertanya.
"Aku rasa kamu sudah tahu jawabannya."
"Jujur aku takut Za, aku takut jika aku mulai membuka hati untukmu, di waktu yang sama kedua orang tua kamu justru tidak bisa menerima kehadiranku. Perbedaan diantara kita terlalu jauh, kamu anak konglomerat sementara aku hanya wanita biasa yang berstatus seorang janda. aku rasa kedua orang tua kamu pasti tidak akan setuju jika mengetahui putra kebanggaannya menjalin hubungan dengan wanita biasa seperti diriku, Za." itulah yang selama ini di takutkan Fana sehingga ia tak berani menjawab ungkapan cinta Riza terhadapnya.
"Sayang...." Riza berseru dengan nada yang terdengar begitu lembut sembari menyelipkan anak rambut Fana ke belakang telinga. "Percayalah, kedua orang tuaku bukan tipikal orang tua yang menilai seseorang dari status sosialnya. papa dan mama pasti akan menerima kehadiran kamu, bagi mereka asalkan aku bahagia siapapun yang menjadi pilihan hatiku mereka pasti tidak akan mempermasalahkannya." beritahu Riza berharap Fana tak lagi mengkhawatirkan hal semacam itu.
"Bagaimana kamu bisa seyakin itu???." tanya Fana dengan dahi berkerut.
"Karena aku sudah menceritakan tentang dirimu pada papa." aku Riza.
"Apa, kamu serius???." sepertinya Fana masih belum sepenuhnya yakin dengan ucapan Riza, terbukti dari raut wajah wanita itu.
Riza mengangguk tanpa keraguan. "Aku bahkan sudah mengungkapkan keinginanku untuk menikahimu pada papa, dan beliau sama sekali tidak keberatan jika aku menikah diusia muda."
Bukannya tidak percaya pada Riza, namun sebagai seorang wanita yang pernah merasakan kegagalan dalam rumah tangga tentunya Fana belum sepenuhnya percaya dengan ucapan Riza terlebih usia pria itu masih sangat muda, baru genap dua puluh tahun.
Fana beranjak dari pangkuan Riza, dan pria itu pun tak mencegahnya.
Tidak ingin percakapan mereka semakin dalam, Fana lantas mengalihkan pembicaraan mereka dengan membahas tentang rencana pertemuannya besok dengan seseorang yang akan menggunakan jasanya di acara lamaran sekaligus pernikahannya nanti.
"Besok aku akan bertemu dengan klien, mungkin aku akan makan siang di luar jadi kamu tidak perlu mengirim makan siang untukku!!!." Ya, hampir dua bulan terakhir Riza selalu mengirimkan makan siang untuk Fana dan itu rutin dilakukan Riza setiap hari meski ia tak sempat datang, namun orang suruhannya yang akan mengantarkannya.
"Baiklah."
"Tunggu sebentar!!!." Fana beranjak dari ruang pemotretan menuju kamarnya di lantai atas. Tak berselang lama Fana pun kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Maaf Za, sepertinya aku tidak bisa menerima ini." Fana menyerahkan amplop coklat yang kemarin diberikan asisten Andan padanya.
Riza tak perlu bertanya apa isi amplop coklat tersebut, sebab ia sudah tahu apa isinya.
"Kenapa kamu tidak mau menerimanya????." terlihat jelas jika Riza tak suka saat Fana menolak pemberiannya.
"Karena aku tidak berhak mendapatkannya. lagi pula aku tidak ingin kedua orang tua kamu berpikir jika aku hanya ingin memanfaatkan kamu, Za. Jika kamu ingin memberikannya padaku maka lakukan jika tuhan berkehendak menyatukan kita dalam ikatan suci pernikahan, jangan sekarang!! Aku mohon mengertilah, Za!!." Fana memasang wajah memelas di hadapan Riza, berharap pria itu mengerti dengan maksud serta posisinya saat ini.
"Baiklah, untuk sementara aku akan menyimpannya untukmu." ujar Riza.
Mengingat malam semakin larut, Riza pun pamit meninggalkan studio, namun sebelum itu Riza kembali mengingatkan Fana untuk memastikan pintu telah terkunci sebelum ia beristirahat nantinya.
*
"Dari mana saja sih anak bujang, mama, jam segini baru pulang??." tanya mama Susan saat Riza baru tiba di rumah pukul setengah sebelas malam.
"Habis main di rumah teman mah."
"Teman apa teman????." tanya mama Susan dengan nada menggoda.
"Sepertinya sih teman yang akan di ajak membina rumah tangga, mah." timpal indah yang tengah duduk di sofa bersama mama Susan.
"Ingat Za, Mama tidak pernah mengekang kamu, tetapi bukan berarti mama setuju jika kamu melakukan tindakan di luar batas, apalagi sampai macam-macam sama anak orang!." tegas mama Susan, terlebih wanita paru baya tersebut telah mendengar dari cerita suaminya tentang sosok wanita bernama Nirfana aurelia, wanita yang berhasil membuat hati putranya berbunga bunga, bahkan sampai berencana menikah diusia muda.
"Iya mah, Riza tidak akan lupa dengan pesan mama." jawab Riza sebelum kemudian pamit ke kamar untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket.
Tanpa sepengetahuan Riza, sejak tadi mama Susan dan indah sedang membicarakan tentang sosok wanita pujaan hatinya, namun pembicaraan mereka terhenti ketika menyadari kedatangannya.
"Memangnya sejak kapan adik kamu suka sama wanita itu???." kedua wanita berbeda generasi tersebut kembali melanjutkan percakapan mereka setelah memastikan Riza masuk ke kamarnya.
"Sejak Riza masih duduk di bangku sekolah menengah atas, mah." jawab Indah apa adanya.
Mama Susan terlihat menghitung dengan jemarinya. Jika ucapan indah tidak salah, itu artinya putranya itu sudah mulai mencintai wanita bernama Nirfana aurelia sejak tiga atau empat tahun yang lalu.
"Jangan bilang kalau Riza masih tetap menyimpan perasaannya pada Fana di saat wanita itu sudah menjadi istri orang????." cecar mama Susan penasaran, mengingat dari cerita suaminya, Fana baru bercerai dengan mantan suaminya beberapa bulan terakhir.
Indah mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibunya. "Bukan hanya itu mah, Riza bahkan sampai bekerja sebagai model di agensi milik wanita itu." setelah bertahun tahun menyimpan rahasia itu dengan apik akhirnya malam ini Indah menceritakan semuanya pada ibunya.
"Oh astaga.... bagaimana mungkin putraku bisa mencintai anak orang sampai ugal-ugalan seperti itu????." Mama Susan sampai menepuk jidatnya tak habis pikir.
"Sebaiknya setelah indah melangsungkan pernikahan, mama dan papa segera melamar wanita itu untuk Riza. kalau tidak, anak mama bisa benar benar kehilangan kewarasannya jika keduluan sama pria lain untuk kedua kalinya." saran indah. sebagai seorang kakak, selama ini indah cukup tahu bagaimana pengorbanan adiknya hanya untuk sekedar bisa dekat dengan wanita pujaan hatinya. melihat Riza rela melakukan apapun, indah bisa merasakan seberapa besar cinta adiknya terhadap Fana.
*
Fana sudah terlihat rapi dengan kemeja moca berbahan satin yang dipadukan dengan celana bahan. pagi ini ia telah mengatur janji untuk bertemu dengan salah satu klien yang akan menggunakan jasanya di hari bahagianya nanti. Fana akan berkunjung ke rumah klien dengan ditemani oleh Chici.
Dengan mengemudikan mobilnya kini Fana berangkat menuju ke alamat yang di kirimkan oleh calon kliennya semalam. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam akhirnya mobil Fana mulai memasuki salah satu kawasan perumahan elit.
"Apa kamu yakin ini alamat rumahnya????." tanya Chici memastikan ketika Fana menepikan mobilnya di depan sebuah rumah megah dengan gerbang yang menjulang tinggi.
"Iya aku yakin." Fana lantas menunjukkan serlok yang di kirimkan klien padanya semalam.
Baik Fana dan Chici lantas turun dari mobil.
"Anda sedang mencari siapa, Nona??." tanya seorang pria yang bertugas menjaga pintu gerbang.
"maaf pak, apa benar ini kediaman Nona indah Wulansari??." Fana menunjukkan pada security foto profil wanita bernama Indah Wulansari tersebut.
"Benar Nona, tunggu sebentar!!." security yang bertugas menjaga pintu gerbang lantas membukakan pintu gerbang lalu mempersilahkan Fana untuk memasukkan mobilnya ke dalam gerbang, mengingat kedatangan Fana telah ditunggu oleh anak majikannya itu sejak beberapa saat yang lalu.