Skylar Dan Sang Dosen

"Hah, apa?!"

Skylar kaget bukan kepalang setelah mendengar penjelasan sang karyawan mengenai gaun pengantin custom yang dipesan oleh calon mertuanya itu. Yang benar saja, harga gaun custom dari butik ini jelas tidak murah bahkan bisa sampai ratusan juta membuat gadis itu mendadak pusing. Dia bahkan yakin harga kebaya pilihan mereka bisa menyentuh harga puluhan juta.

"Sudah kubilang jangan pikirkan soal uang. saya sudah mempersiapkan semuanya sejak jauh hari untuk mendapatkan acara pernikahan yang sempurna," bisik Teon berusaha menenangkan Skylar yang nampak syok.

Gadis itu menghela pendek, dia memang anak dari seorang pengusaha kaya raya namun tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Skylar kalau ia akan begitu dimanjakan oleh harta oleh calon suaminya seperti ini.

Skylar menerima uluran buku desain dari sang karyawan. "baiklah, hari ini begitu banyak kejutan yang berhasil membuatku tercengang."

Lembar demi lembar buku desain gaun pengantin itu dibuka oleh Skylar, mencoba menemukan gaun yang sesuai dengan seleranya serta Teon.

"Aku suka desain yang ini, Mas. tapi kurasa ini terlalu terbuka," kata Skylar seraya menunjuk desain gaun pengantin bak putri kerajaan yang begitu elegan dengan potongan rendah.

Alis kiri Teon terangkat. "ya, itu pilihan yang sangat bagus. Mbak, apa gaun ini bisa dirombak sedikit?"

Sang karyawan mengangguk. "tentu, kami bisa menambahkan kain tile dengan warna senada dengan kulit Kak Skylar agar tidak terlalu terbuka. atau kakak mau potongan gaunnya kami tinggikan sedikit?"

"Aku lebih suka kalau ditambahkan dengan kain tile, takutnya kalau potongan gaunnya dibuat lebih tinggi akan mengurangi keindahan gaunnya," sahut Skylar sambil memperhatikan detail dari desain gaun pengantin pilihannya.

"Bagaimana soal warna?" tanya Teon kepada Skylar.

"Karena warna putih sudah terlalu mainstream, bolehkah aku meminta gaun ini diberi warna biru navy atau gold?" Skylar mengutarakan keinginannya tanpa ragu sambil menatap Teon.

"Kamu memang sangat kritis tapi saya setuju dengan keinginan kamu yang satu ini," Teon tergelak pelan.

"Saya sudah mencatat semua keinginan kakak untuk gaun ini jadi kami akan segera membuatnya sesuai permintaan," tutur sang karyawan dibubuhi seulas senyum.

"Terima kasih banyak, Mbak."

...****...

"Jadi bagaimana, apa pembayaran dekorasi untuk acara lamaran Teon dan Skylar sudah dibayar lunas?" tanya Papa Lucas kepada Albert sang asisten pribadi setelah beliau menandatangani dokumen penting.

Alis pria berusia dua puluhan akhir itu menukik bingung mendengar pertanyaan sang atasan.

"saya pikir anda yang memesan dekorasi itu."

Papa Lucas tersenyum tipis. "kamu tahu betapa keras kepalanya anakku itu. jadi tolong urus semuanya agar anak itu tidak kelelahan mengurusnya lagi."

Albert mengangguk patuh. "percayakan pada saya, Pak. saya akan mengurusnya sekarang juga kalau begitu saya permisi."

Papa Lucas hanya berdeham menanggapi lalu kembali fokus pada monitor laptopnya guna mengurus pekerjaannya yang sempat tertunda.

Mau tidak mau Papa Lucas harus mempercepat pekerjaannya agar bisa menemani sang putri mempersiapkan acara pernikahannya dengan Teon dari awal hingga akhir yang akan dilangsungkan beberapa bulan lagi.

Dengan cekatan, Papa Lucas menggerakkan jemarinya di atas keyboard merangkai kata demi kata guna menulis surat serta dokumen untuk para investor serta rekan bisnisnya.

Perusahaan milik Papa Lucas kini sudah menjadi salah satu perusahaan besar berskala internasional yang cukup diperhitungkan di mata dunia namun hal itu tidak membuat ayah satu anak itu menjadi sombong dan mementingkan hartanya di atas segalanya. Papa Lucas bahkan mengadakan agenda rutin untuk berbagi ke semua panti asuhan di kota tempatnya tinggal dan orang-orang yang membutuhkan setiap bulannya yang bahkan tidak diketahui oleh Skylar.

Mata pria paruh baya itu menajam, bekerja dengan seksama di balik kacamata bergaya minimalis yang bertengger manis di hidung mancungnya.

"Tidak kusangka anakku akan menikah di usia semuda itu," gumamnya seraya mengalihkan atensinya pada figura kecil yang berisi foto keluarga kecilnya yang utuh dulu --seorang istri yang begitu cantik dan Skylar kecil yang begitu menggemaskan bak boneka.

Rasa hangat serta rindu lantas memenuhi benak Papa Lucas yang kini mendadak merindukan kehangatan keluarga kecilnya dulu.

Papa Lucas tersenyum tipis, mengusap figura kayu itu penuh sayang. "semoga pernikahan anak kita kelak langgeng hingga ajal yang memisahkan mereka ya, sayang."

Suasana kantornya hari ini memang tidak begitu sibuk atau pun ramai karena tidak ada janji temu dengan client membuat semua orang di kantor bekerja sedikit lebih santai. Sepeninggal Albert entah mengapa kini perasaan Papa Lucas malah menjadi tak karuan padahal ia berniat untuk segera menyelesaikan pekerjaan agar bisa pulang lebih awal untuk makan malam bersama Teon serta sang calon besan.

"Ah..." Papa Lucas memijat kedua pelipisnya, berusaha kembali fokus kepada pekerjaannya.

...****...

"Papa!" panggil Skylar setengah kesal kepada sang Papa yang tengah sibuk menikmati camilannya di depan televisi.

Dengan gerakan santai sang Papa menoleh lengkap dengan tatapan tak bersalah kepada Skylar yang sudah nampak amat anggun dalam balutan midi dress polos berwarna peach.

"Kenapa?" tanya pria paruh baya itu santai membuat Skylar menepuk dahinya frustasi.

"Papa lupa kita malam ini kita ada janji dengan Teon dan Bunda untuk makan malam di luar?"

Bibir Papa Lucas kontan membulat kaget.

"oh, astaga! Papa benar-benar lupa, nak. untung kamu bilang!"

Tanpa menunggu persetujuan dari Skylar, Papa Lucas beringsut dengan langkah terburu-buru menuju kamarnya dengan niat memperbaiki penampilannya agar lebih pantas.

Skylar hanya bisa menghela napasnya panjang, lalu meraih ponselnya dari dalam tas untuk memberi kabar pada Teon untuk berjaga-jaga kalau mereka terlambat sampai ke restoran tempat mereka mengatur janji beberapa hari lalu.

Yang dapat Skylar lakukan kini hanyalah bersabar dan memaklumi sang Papa mengingat orang tua tunggalnya itu memang terlihat sangat sibuk belakangan ini.

"Apa Papa harus pakai baju ini?" tanya Papa Lucas yang sudah kembali ke ruang tamu namun kali ini dengan pakaian yang lebih rapi.

Skylar mengamati dengan teliti penampilan sang Papa, menelisik dari ujung rambut hingga ujung kaki Papa Lucas memastikan penampilan Papanya tidak berlebihan atau memalukan.

Sepasang netra karamel gadis itu mendapati kemeja polos berwarna biru langit membalut tubuh tegap sang Papa, dipadukan dengan celana chino berwarna coklat susu membuat ketampanan pria paruh baya itu terasa amat manis serta lembut menyapa pandangannya. Surai lebat serta kelam bak sayap gagak milik Papa Lucas juga tertata dengan rapi dengan bantuan sedikit gel pomade membuatnya tak nampak seperti pria tua.

Senyum Skylar kemudian mengembang dengan sempurna, bangga akan ketampanan sang Papa yang begitu memukau.

"Kurasa orang-orang di sana akan mengira Papa lah yang akan menikah denganku haha, kalau begitu ayo kita berangkat ke restorannya, Papa."