Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 33 Hasutan Setan
•••
"Cari apa?"
Kenzio berjengkit ringan, menoleh dan menatap horor Ayahnya yang berjalan sembari menguap lebar ditengah kegelapan. Segera Kenzio menghentikan aksi mencarinya pada laci-laci meja di ruang keluarga.
"Nyari kunci cadangan." Balas Kenzio pelan.
"Buat?"
"Kamar, Ken." Jawab Kenzio.
Daniel memicing, "Pintu kamar kamu ke buka tadi."
"Iya kuncinya ilang."
"Cari besokkan bisa?" Balas Daniel menoleh pada jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari.
"Ayah cari apa?" Tanya Kenzio mengalihkan pembicaraan.
Daniel mengangkat teko yang di pegangnya, "Air." Katanya dan berlalu menuju dapur.
Kenzio diam ditempat, memperhatikan ayahnya yang menghilang di balik dapur, lalu muncul kembali beberapa saat kemudian dengan teko yang sudah terisi air. Lalu tanpa menoleh lagi Ayahnya kembali menuju kamarnya dengan menaiki tangga satu persatu-satu, dan berbelok menuju lorong kanan dimana kamarnya berada.
Kenzio menghela nafas, kembali membuka beberapa laci yang ada dan akhirnya menemukan apa yang ia cari sejak lima belas menit lalu. Segera ia menaiki tangga dan berbelok pada lorong kiri dimana kamarnya dan kamar Zafanya berada. Ia memasuki kamar dan mengambil handphone, lalu mengintip ke lorong kamar Ayahnya.
Kosong, gelap, dan tidak ada siapapun. Segera Kenzio keluar kamar dan mengunci kamarnya, lalu beralih pada kamar Zafanya dan membukanya dengan kunci cadangan yang sejak tadi ia cari.
Ceklek!
Dan kamar Zafanya berhasil ia kunci kembali dari dalam. Kenzio menghela nafas di sisi pintu, menatap Zafanya yang tidur tenang didalam selimutnya. Kenzio mendekat, dan mendudukkan dirinya pada sisi ranjang. Hanya memandang Zafanya dalam diam dengan pikirannya yang berkecamuk.
Tangannya terangkat untuk mengelus lembut punggung tangan Zafanya yang terlapisi perban. Lalu berpindah untuk merapikan rambut Zafanya, barulah ia tersadar bahwa wajah cantik itu terlihat begitu lelah. Matanya bengkak, bibirnya pucat, dan tak ada rona merah lagi diwajah itu.
Tatapan Kenzio lalu terjatuh pada bibir pucat Zafanya, dan satu decakkan pelan lolos saat Kenzio teringat kejadian tadi sore. Kenzio menghela nafas dan mengalihkan pandangannya, semakin lama kepalanya semakin mendidih karena adegan itu yang terus terputar dalam otaknya.
Bagaimana lelaki itu menciumi Zafanya dan Zafanya juga membalasnya dengan kelembutan, mengingat cara Zafanya berbicara pada lelaki itu begitu lembut. Begitulah otaknya merangkai setiap adegan yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Kenzio berdecak lagi, kembali menghadap Zafanya dan menatap wajah cantik yang tertidur itu. Sebuah emosi yang masih bersarang dalam dadanya membuat ia mendekatkan wajah dan mengecup bibir pucat itu. Kenzio memejamkan matanya, ia semakin memiringkan wajah dan perlahan mulai melumat bibir Zafanya.
Kenzio mengecup-ngecup kecil bibir itu, menciumnya, menggigitnya pelan, melumatnya dan memakannya dengan dalam. Menyapu semua permukaan bibir itu dengan bibirnya dan lidahnya. Berusaha menghilangkan bekas ciuman yang ia pikir telah terjadi. Suara decapan berbunyi-bunyi dengan lembut, membuat Kenzio semakin terhanyut. Lidahnya berusaha menelusup memasuki mulut Zafanya, tangannya sudah terangkat dan berusaha menarik dagu Zafanya supaya mulutnya terbuka.
"Mmhh.."
Barulah Kenzio membuka mata saat lenguhan Zafanya itu memasuki pendengarannya. Ia memundurkan wajahnya sedikit, menatap wajah lelah itu yang masih tertidur tanpa benar-benar terganggu dengan aksinya. Kenzio menelan ludahnya, ia memejamkan mata dan berusaha mengontrol nafsunya. Helaan nafas berulang kali terdengar dalam ruangan sunyi itu.
Saat ia akan kembali mendekatkan wajahnya, handphonennya berbunyi, membuatnya segera menolak panggilan telpon yang masuk itu.
Drrtt!!
Drrtt!!
Dan handphonenya terus berbunyi membuat Kenzio berdecak kesal, ia menjauh menuju balkon dan mengangkat panggilan dari Heskal.
"Ganggu!" Umpat Kenzio begitu telepon tersambung.
"Emang lo lagi ngapain?" Balas Heskal tertawa puas.
"Menurut lo?" Tanya Kenzio malas.
"Nyelinap ke kamar Zafanya?"
Kenzio mengernyit, bagaimana bisa Heskal tau. Terdengar suara tertawa diseberang sana, membuatnya segera mematikan panggilan dengan kesal. Bahkan tanpa sadar menoleh pada sekitar rumahnya. Curiga bahwa temannya itu mungkin sedang mengawasinya di suatu tempat.
Drrttt!
Telpon dari Heskal kembali masuk, membuatnya kembali mengangkat panggilan itu.
"Nggak penting gue sembelih lo." Ucap Kenzio.
"Penting!" Ucap Heskal, "Ini gue lagi berusaha lindungin Zafanya dari lo."
Kenzio berdecak dengan senyum miringnya, "Ngapain nelpon?" Tanya Kezio akhirnya.
"Temen suci seperjuangan lo nyoblos juga akhirnya," kata Heskal tergelak, yang di sahuti oleh umpatan samar dari Jayden.
"Kagak pake pengaman lagi, kemungkinan hamil tuh si Nara." Lanjut Heskal.
"Diem, njing!" Umpatan Jayden kembali terdengar dengan samar-samar, "Bikin tambah pusing aja lo."
"Lo tau komuknya kayak apa sekarang?" Tanya Heskal. "Lebam kanan kiri, satu dari bokapnya sendiri, satu lagi dari bokap Nara. Trus sekarang di usir, makanya ngungsi di apart gue."
Klang!
Suara benda terlempar terdengar dari telpon.
"Sakit, njir!" Umpat Heskal membuat Kenzio terkekeh tanpa suara, sudah pasti terkena sasaran dari benda yang dilempar Jayden.
"Ken, dengan berbaik hati gue kasih satu trik dari masalah Jayden, ya. Gue udah relain Zafanya juga, jadi gue ikhlas kasih tau lo jalan pintasnya." Ucap Heskal dramatis.
"Apa?" Sahut Kenzio tak terlalu peduli.
"Hamilin Zafanya, fix di nikahin kalian berdua kayak si Jayden."
"Bejat!"
"Bangsat!"
Umpatan bersamaan dari Jayden dan Kenzio membuat Heskal tertawa, "Lo ngatain gue, padahal lo yang lakuin." Kata Heskal pada Jayden, "Dan lo Ken, heran gue kok bisa nahan selama ini? Padahal serumah, sering nyelinap lagi, nanggung tinggal jleb—"
"Nggak penting, gue tutup." Potong Kenzio.
"Jangan lo praktekkin hasutan setan woi Ken!" Seruan Jayden terdengar sebelum Kenzio mematikan telpon.
Kenzio kembali memasuki kamar Zafanya, menutup pintu balkon dan mendekati ranjang. Bibirnya tiba-tiba tertarik membentuk senyuman sinis tak menyangka saat mengingat trik bejat dari Heskal. Kenzio mendudukkan dirinya pada sisi ranjang. Menatap Zafanya dalam diam.
"Gila." Umpatnya, sebab ucapan Heskal terus terngiang. Dan tanpa bisa ia kendalikan dirinya, ia mulai mendekatkan wajah pada Zafanya.
Cup!
Satu kecupan ringan mendarat.
Cup!
Satu kecupan lagi mendarat.
Cup!
Lalu dua, tiga, empat, dan berakhir dengan lumatan. Ciuman basahnya perlahan turun ke dagu, lalu leher dan mulai menyesapnya lembut hingga meninggalkan bekas. Dan barulah saat Zafanya kembali melenguh merasa terganggu, Kenzio menjauhkan wajahnya. Matanya menelisik bibir Zafanya, nafasnya jadi berat, susah payah menelan ludahnya, tanpa bisa ia kendalikan nafsunya sudah tersulut.
"Setan si Heskal!" Umpat Kenzio segera bangkit dari ranjang dan keluar dari kamar Zafanya. Takut tak bisa mengontrol dirinya lagi.
"Setan!"
•••
Jangan lupa kasih like gaissss!!!!!
Jangan lupa subscribe and follow akun iniiiii! join chanel telegrm jugaaa
Bye byeeee👋🏻👋🏻👋🏻👋🏻
Love u our readers❤️🔥❤️🔥