NovelToon NovelToon
Same But Different

Same But Different

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Mengubah Takdir / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanza Hann

Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.

Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

035 : Ciuman Pertama

Dirasa cukup lari pagi, Isya istirahat sejenak di tepian sungai sekitar taman kota. Sinar matahari sudah terasa terik meski baru menunjukkan pukul 8 pagi. Isya mengambil posisi duduk di bawah besarnya bayangan pohon beringin. Dari situ suasana terasa lebih sejuk.

Sinar matahari yang menyentuh permukaan sungai membuatnya terlihat lebih berkilauan. Cicitan sepasang burung kecil yang melewatinya terdengar menggemaskan. "Lucu sekali!"

Setelah itu datang hembusan angin hangat dari arah berlawanan yang menerpa lembut wajah Isya. Ia merasa lebih lega setelah menghirupnya. "Hufft..." Isya menghembuskan napas sembari sejenak merilekskan pikiran.

Akan tetapi, mendadak ia kembali teringat dengan kejadian saat Haikal hendak menciumnya pagi ini. Ia pun menampar kedua pipinya untuk menyadarkan diri.

Plak plak plak

"Isya sadarlah! Jangan terus-terusan memikirkan hal itu!" ia coba membuang jauh bayangan wajah yang hendak mencicip bibirnya. Kejadian tadi terekam jelas dalam ingatan Isya, sehingga sulit untuk hilang begitu saja. "Aish... bisa gila!" kedua tangannya menjambak rambut secara bersamaan. Melihatnya nampak seperti orang yang sedang stress berat.

Ternyata Haikal ada di belakang Isya. Ia sedang membeli minum dan diam-diam mengamati tingkah lucunya. Lagi-lagi Haikal tidak bisa menahan tawa menyaksikan tingkah lucu kekasihnya saat itu juga. "Pfftt, hahaha... Isya, Isya! Menggemaskan sekali!" ia merasa bercandanya kali ini begitu kelewatan. Sebenarnya Haikal tadi hanya ingin mengerjai Isya saat bilang kalau mereka sudah berciuman, padahal belum.

"Ini pak uangnya!" selesai membayar, Haikal langsung bergegas menghampirinya. Terlihat Isya masih menunduk sembari mengacak-acak rambut yang ikatannya sudah dilepas. Tentu saja rambut itu jadi berantakan dan agak mengembang seperti kondisi saat baru bangun tidur.

"Kamu sedang apa?" tanya Haikal saat berada tepat di samping Isya. Ia pun segera mendampingi Isya yang tengah duduk sendirian di tepi sungai.

Isya jadi sadar setelah mendengar suara Haikal. Setelah dilihat ternyata itu benar-benar dia. Entah kenapa ia terkejut dan langsung bangkit sembari merapikan penampilan. Apalagi di bagian rambut yang sangat berantakan. "Ah, a-aku sedang tidak apa-apa! Hehe..." Isya terkekeh canggung.

Haikal meraih tangan Isya yang berada tepat di samping wajahnya saat gadis itu berdiri, "Duduklah!"

Isya menuruti perintah Haikal. Tubuh Isya kian merendah hingga ia kembali di posisi duduk yang sama dengan sebelumnya. Berada dekat dengan Haikal membuatnya jadi canggung untuk mengobrol. Karena kejadian tadi ia masih bersikap seperti ini.

Haikal memberi Isya sebotol air mineral yang sudah dibelinya. "Nah, minumlah!"

Terlihat jelas Isya mengambil botol itu dengan canggung dan ragu. "Terima kasih!" tak tahu harus berakting bagaimana lagi, Isya pun segera meminumnya. Kebetulan ia sudah haus betul sehingga mulutnya perlu dialiri air.

Haikal penasaran dengan sikap aneh Isya yang masih terbawa hingga sekarang. "Kamu mikirin apa sih? Kepikiran terus sama yang tadi ya?"

Sprutt...

Air yang tertampung di mulut Isya jadi tersembur keluar. Ia terkejut dengan pertanyaan Haikal barusan. Apa rasa canggungnya begitu kelihatan hingga Haikal dapat dengan mudah menebak?

Ia mengusap ciptakan air di sekitar dagu sebelum menjawab pertanyaan itu dengan jujur, "Iya..."

Haikal tertawa lepas begitu dengar kejujuran Isya yang baru pertama kali ini terlihat sangat polos, "Hahahaha... Aduh Sya, Isya... kamu ini bisa-bisanya!"

Isya tidak paham dengan apa yang membuat Haikal tertawa, "Malah ketawa!" cibirnya.

"Haha... aduh perutku kram!" Haikal mengatur napas untuk bicara setelah sempat terpingkal-pingkal. "Maaf, maaf... aku tadi cuma bercanda! Jadi jangan canggung begitu dong! Kan lucu, hahaha..."

"Hah, maksudnya?" Isya kembali dibuat tidak mengerti.

Haikal membelai rambut Isya sembari berkata, "Dah nggak usah terlalu dipikirkan! Tadi, itu aku cuma bercanda soal ciuman."

"Benarkah?" entah kenapa fakta ini membuat Isya lebih tenang. Apalagi ketika Haikal meresponnya dengan anggukan, "Heem... kamu sangat tempramental jadi bagaimana bisa aku menciummu begitu saja? Yang ada aku malah kena pukul! Tapi, asalkan kamu tetap berada di sampingku saja itu lebih dari cukup."

Isya meraih tangan Haikal yang masih membelainya, kemudian tangan tadi ia genggam dengan erat. "Baiklah, mari kita selalu bersama!"

Haikal melihat Isya yang lebih dulu menggenggamnya, terasa ada ketenangan yang perlahan menyelimuti. Sehingga tanpa ada beban ia menjawab, "Baiklah!"

Momen epik yang terjadi selanjutnya adalah Isya tiba-tiba jadi berani mendekatkan wajah untuk menggapai bibir Haikal. Kemudian, saat kedua bibir itu bersentuhan, Isya mulai melumatnya perlahan.

Sementara Haikal hanya diam menerima ciuman sembari matanya terbelalak lebar karena terkejut. Tubuh dan bibirnya jadi kaku seperti robot untuk membalas ciuman itu. Yang sebelumnya dia hanya bercanda, tapi kenapa sekarang jadi beneran? Dan malah Isya yang mulai duluan. Isi pikiran Haikal mendadak kosong. Ia tidak dapat berpikir jernih dalam situasi seperti ini.

Saat ini Isya begitu menikmati sensasi rasa menarik yang ia dapat dari bibir Haikal. Ada manis, hangat, dan pastinya lembut seperti mochi. Entah apa yang merasukinya hingga Isya berani untuk memulai ciuman pertama mereka. Ia bukannya menyesal tapi malah ketagihan ingin mencoba lagi ciuman ini di lain kesempatan.

Dirasa cukup dan hampir kehabisan napas, Isya pun menyudahi ciumannya. Perlahan wajahnya mundur untuk melihat reaksi di wajah Haikal. Terlihat jelas, laki-laki itu masih diam mematung tanpa ekspresi. Seolah dia sedang berpikir tentang apa yang baru saja terjadi. "Bagaimana rasanya?" tanya Isya.

"Oh, a-apa?" Haikal mendadak panik mendengar suara Isya sehingga pertanyaan tadi terdengar kurang jelas di telinganya.

"Aku tanya bagaimana rasanya ciuman setelah kita tadi mencobanya?" Isya kembali membuat wajahnya lebih dekat dengan Haikal.

Detak jantung Haikal tidak dapat dikondisikan untuk lebih melambat, yang ada malah semakin lama semakin dipercepat. Otaknya pun sedikit konslet dalam memproses apa yang dia rasakan tadi. Sehingga ia menjadi gagap untuk menjawab, "A-a-aku..."

"Iya, bagaimana?" Isya antusias menanti jawaban kekasihnya.

"A-aku harus pergi ke toilet!" Haikal langsung bangkit dan menjauh secepat mungkin dari tempat itu. Dia harus mengembalikan pikiran normalnya lebih dulu. Karena jika masih terus-terusan di sana maka kondisinya jadi sulit untuk dikendalikan. "Aish... Haikal itu tadi memalukan!" keluhnya di tengah perjalanan.

Di sisi lain, ternyata sejak awal ada Daniel yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Bahkan dia pun menyaksikan secara langsung saat Isya dan Haikal ciuman. Meski Daniel bukanlah siapa-siapa, jujur dia cemburu menyaksikan hal itu. Apalagi setelah tahu bahwa Isya yang memulai ciuman lebih dulu. Sekarang pun terlihat jelas gadis itu tersenyum senang seolah puas dengan apa yang ia lakukan.

"Senyumanmu itu hanya membuat diriku merasa kesepian!" ucap Daniel lirih.

Tiba-tiba ada suara yang mengejutkan mereka, "Tolong tolong toloong..." suara itu terdengar dari tengah sungai. Isya yang duduk di tepian bisa mendengarnya dengan jelas. Setelah dilihat ternyata ada seorang anak kecil terjatuh dari perahu bebek yang dinaikinya. Anak kecil itu tidak bisa berenang dan ia hanya sendirian.

Isya segera bangkit dan memiliki niat untuk menolong. Namun, saat kakinya menyentuh air sungai tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Seketika kepalanya jadi teramat sakit. Beberapa potongan kejadian mulai bermunculan di ingatannya. Sepertinya ingatan Isya mulai pulih.

Akan tetapi, yang dia ingat adalah kejadian buruk di mana dirinya hampir tenggelam seperti anak itu. "Apa ini? Awh..." kaki Isya terasa sangat lemah untuk berdiri. Ia pun jatuh sembari merintih kesakitan serta memegangi kepala yang sakitnya kian menjadi-jadi. "Awh awh, ah..."

Daniel datang mendekat karena ia juga mendengar suara minta tolong tadi. Di tepi sungai ia mendapati Isya yang terduduk lemas sembari merintih kesakitan, sementara di tengah sungai ia melihat seorang anak kecil yang hampir tenggelam. "Tolong tolong tolong..."

Tidak ada orang lain yang mendekat selain mereka, sehingga Daniel berencana menyelamatkan anak kecil itu lebih dulu sebelum terlambat. "Kamu tunggu di sini dulu, aku akan menyelamatkannya!" ucap Daniel kepada Isya.

Rasa sakit di kepala Isya membuatnya tidak bisa mendengar jelas apa yang Daniel katakan. Penglihatannya pun jadi kabur, sehingga ia tidak mengetahui dengan jelas bahwa yang menghampirinya tadi itu adalah Daniel. Dengan rada buram Isya hanya bisa melihat punggung seorang laki-laki yang berlari, kemudian menceburkan diri ke dalam sungai.

Byuurrr...

"Tadi itu, siapa?"

1
Anonymous
keren
Wy Ky
.
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
F.T Zira
like sub dan 🌹 untukmu kak Thor🫰🫰
F.T Zira
aku ninggalin jejak di chapter 1 dulu ya kak.. nanti baca secara berkala...

-One Step Closer-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!