ILMU HITAM

Loli dan Arofah datang hampir bersamaan, mereka langsung berlari mencari keberadaan Canaya . Sebab rasa penasaran akan hasil kompetisi memasak kemarin.

" Gimana ?" Tanya Loli tidak sabaran.

" Gimana apanya ? Ya aku kalah lah" sungut Canaya , dia merasa Arofah telah salah menulis resep nya.

" Loh? Kok bisa ?" Arofah melongo tak percaya.

" Ya gimana nggak kalah, kalau harus menyajikan kocokan sendok "

Arofah semakin bingung, ia saling bertatapan penuh keheranan dengan Loli .

Canaya mengeluarkan resep yang ditulis melalui pesan di WhatsApp oleh Arofah.

" Nih, masukan empat sendok, aku masukkan tuh empat sendok. Terus makan tepung terigu , ya aku makan lah tepung terigu, mentah lagi,,, Aneh"

Sontak Loli langsung ngakak mendengar cara Canaya menuturkan bacaan resep nya, Arofah geleng-geleng kepala sambil tepuk jidat.

" Yah, kalau begitu cara kamu membaca resep nya, nggak akan jadi bolu"

Hahahahahahah Loli semakin terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.

" Terus? Gimana yang bener ?" Tanya Canaya .

" Nih, masukkan empat sendok makan tepung terigu. Nggak ada titik komanya kan? jadi ngapain kamu baca Sampek sendok aja" Arofah menjelaskan sambil menunjuk layar ponsel.

Canaya melongo, membuat Loli semakin tertawa ngakak melihat ekspresi wajah Canaya .

" Dablek" Umpat Arofah, Canaya nyengir kuda. Sadar jika kesalahannya bukan pada resep nya, melainkan dirinya sendiri yang mungkin terlalu panik.

***

Pulang kuliah, Canaya mengantar Loli seperti biasa. Barulah dia kembali ke musholla yang menjadi tempat pertemuan nya dengan Gus Syaif .

Pria itu sudah menunggu di emperan masjid, ia tersenyum melihat kedatangan Canaya . Mereka duduk dengan jarak tertentu.

" Apa yang ingin kamu bicarakan ?" Tanya Canaya mengawali percakapan mereka.

" Kenapa kamu seolah-olah pasrah gitu aku akan menikah dengan Ana?"

" Terus? Aku harus gimana ? Buktinya aku kalah kan?"

" Seandainya kamu meminta aku untuk pergi dan menikah dengan mu, aku pasti akan melakukan nya?"

Canaya tersenyum,

" Terimakasih, tapi bagaimana pun kita itu tidak bisa bersama?"

" Kenapa ? Kenapa bisa begitu ?"

" Aku tidak seperti yang kamu bayangkan, aku berbeda jauh dengan mu. Aku takut, kau tidak akan bisa menerima kenyataan tentang diriku"

Gus Syaif mengernyit heran.

" Katakan lah,! apapun itu tentang diri mu . Barulah kau akan tahu keputusan ku, jangan menyimpulkan sendiri sesuatu yang belum terjadi "

Keduanya saling berpandangan satu sama lain dengan sangat mendalam. Kemudian Canaya membuang muka disertai helaan nafas panjang.

" Tolong jaga rahasia ini, karena hanya keluarga ku yang tahu diriku sebenarnya "

Gus Syaif bangkit dari duduknya, ia masuk ke dalam Mushola. Canaya mengekori gerakan pria itu dengan matanya.

Ternyata Gus Syaif membawa mushaf di tangan nya, kemudian meletakkannya di atas kepala.

" Aku bersumpah atas kitab suci ini, bahwa aku akan menjaga rahasia mu sampai mati "

Canaya tersenyum mendengar kesungguhan Gus Syaif . Ia pasrah bagaimana pun nanti reaksi dari pria tersebut setelah mengetahui tentang dirinya yang sebenarnya.

" Aku bukan manusia"

Gus Syaif tercengang untuk sesaat menunggu kelanjutan kalimat.

" Aku seorang vampir"

Gus Syaif membeliak lebar.

" Ibuku seorang vampir, dan Ayahku manusia biasa. Sehingga punya anak aku dan Kak Arjuna. Kak Arjuna itu manusia biasa seperti Ayah, tapi aku yang sama seperti Ibu. Kelak pun jika aku menikah dengan manusia biasa, aku akan memiliki anak seorang vampir "

Gus Syaif diam tak bergeming, hanya jakunnya saja naik turun. Wajahnya mengeras seperti sedang takut ataupun panik.

" Sekarang kau tahu semuanya, aku percaya padamu. Selamat tinggal, semoga kamu bahagia "

Canaya bangkit dari duduknya, menyudahi perbincangan dengan Gus Syaif . Sebab melihat ekspresi wajah pria itu yang sangat shock sekali. Tidak mungkin ia berlama-lama disini.

***

Arofah baru saja tiba di rumah, ia melihat Tari sedang menyambut kedatangan seorang pria. Terlihat dia sangat bahagia lalu mempersilahkan pria itu untuk masuk.

Hal ini adalah pertama kalinya, Sebab Tari tidak pernah berhubungan spesial dengan seorang pria. Itu pengetahuan Arofah selama ini. Karena meskipun Tari cantik terawat, Ibu dan Ayahnya sangat membatalkan pergaulan Tari.

" Hey!!! Bawakan minuman dan suguhan untuk tamu ku ya!" Seru Tari begitu Arofah melewati ruang tamu.

Arofah melirik Tari, dia tidak suka dengan sikap Tari yang sangat tidak menghargai dirinya. Tapi apa daya, Arofah tidak bisa membantah.

" Bentar lagi Mama dan Papa datang, aku akan memperkenalkan kamu sama mereka "

Pria yang bernama Tio tersenyum senang, ia cukup puas ketika baru pertama kali melihat Tari. Perempuan yang ia kenal melalui aplikasi dating. Tari cantik sekali, tubuhnya terawat. Dia juga berasal dari keluarga kaya raya. Pantesan kemarin pas dia mau pinjam uang untuk modal usaha sebesar dua puluh juta, langsung di transferin sama Tari.

Arofah menyiapkan permintaan Tari setelah ia berganti pakaian. Dengan hati-hati, Arofah membawa nampan ke luar.

Tak disangka ternyata kedua orang tuanya sudah pulang dari pabrik. Malah mereka terlihat marah-marah kepada Tari. Dan mengusir teman Tari.

" Ma, Tari menyukai Tio. Dan Tio juga sama menyukai Tari"

Tari berusaha melunakkan hati kedua orang tuanya.

Ini pemandangan langka bagi Arofah, biasanya apapun keinginan Tari pasti akan dikabulkan. Tapi sekarang ? Kedua orang tuanya sangat menentang.

" Pokoknya Mama bilang nggak ya Nggak !!" Tegas Ibu Arofah.

Sedangkan Bapaknya menyeret Tio keluar dari rumah itu. Arofah mengambil langkah aman, ia kembali masuk ke dalam dan tidak sengaja bertemu dengan pelayan yang mengurus Tari.

Rupanya pelayan itu juga tengah mengintip pertikaian di ruang tamu.

" Non Tari memang cari masalah " Ucapnya.

" Heran ya Mbok, tumben Papa dan Mama tidak menuruti keinginan Tari" Tambah Arofah.

" Semua permintaan Non Tari pasti dituruti kecuali menikah "

Hah?? Arofah kaget sekali. Kok bisa begitu ? Apakah kedua orang tuanya sudah memiliki calon suami untuk Tari.

" Apa Mama dan Papa punya rencana untuk suami Tari Mbok?"

Si Mbok tersenyum lalu balik badan.

" Selama nya Non Tari tidak akan bisa menikah dengan siapapun. Itu adalah pantangan "

Arofah semakin bingung, sejak kapan menikah adalah pantangan ?

Tiba-tiba Tari muncul sambil menangis, ia berlari naik ke loteng menuju kamar nya.

BRAK

Suara pintu dibanting menggelegar sampai terdengar ke lantai bawah. Pasti saat ini Tari sangat terpukul. Dia tidak akan pernah mengira jika kedua orang tuanya akan menolak mentah-mentah si Tio . Sampai pakek acara tarik-tarikan guna mengusir Tio dari rumah ini.