Nadiva, biasa di panggil Diva adalah gadis manis berusia dua puluh satu tahun yang saat ini masih menjadi mahasiswi semester enam sebuah universitas kesehatan di kota nya.
Kehidupan aman tentram Diva berubah menjadi lebih berwarna setelah memiliki tetangga seorang duda yang di tinggal meninggal istri nya saat melahirkan anak nya. Duda berusia tiga puluh tiga tahun itu bernama Randika Immanuel, memiliki seorang anak perempuan berusia enam tahun yang bernama Cinta.
Sejak awal bertemu Diva, Cinta sudah menyematkan kata Bunda sebagai panggilan kesayangan Cinta buat Diva.
Bagaimana kah kisah Diva dalam menghadapi aneka ulah Cinta yang selalu menginginkan Diva menjadi Ibu nya, sementara Diva sendiri tidak menyukai Ayah Cinta yang terkesan bersikap arogan?.
"Ayah hitung sampai tiga. Kalau ndak mau bangun Ayah gendong kaya karung beras nih!" Ancam Dika yang tak jua di tanggapi oleh Cinta. Hingga ....
"Cinta Oh Cinta ..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choco 33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Cinta Oh Cinta S2
"Assalamu'alaikum Om Aan!". Pekikan itu membuat tubuh Anwar berjinjit ngeri di dalam ruang kerja nya di toko material Opa Hasan.
Dengan hanya mendengar suara nya saja sudah membuat Anwar ketar ketir yang langsung saja membuat rasa gugup nya itu pun keluar tanpa di pinta.
"Waalaikumsalam, Non Cinta". Cicit Anwar menjawab pelan salam gadis indo nan cantik yang sudah berdiri sambil memasang senyuman manis di wajah indo nya.
"Astaghfirullahalazim, Cantik nya makhluk ciptaan-Mu ini, Ya Rab!". Sayang nya ungkapan berisikan pujian itu hanya bisa Anwar ucapkan dalam hati nya.
Gadis kecil yang pertama kali Anwar kenal saat pria itu berusia enam belas tahun dan Cinta sendiri saat itu baru berusia enam tahun.
Anwar yang sejak remaja sudah ikut bekerja di toko material Ayah Hasan tentu saja sangat mengenal Cinta. Bagaimana ulah juga tingkah laku nya saat kecil, remaja dan kini mendekati dewasa.
"Sibuk nggak, Om?". Pertanyaan Cinta sontak saja mengembalikan kesadaran Anwar kepada untuk fokus kepada makhluk cantik yang masih mengukir senyuman di wajah Indo nya.
"Lumayan, Non!". Anwar menjawab singkat dan berpura-pura memeriksa tab yang berisikan laporan toko material sebelum di serahkan kepada Opa Hasan dan Ayah Dika melalui E-Mail.
"Bohong!". Cinta merebut tab yang Anwar pegang dengan paksa, lalu menyembunyikan nya di balik tubuh tinggi nya khas gadis Indo lain nya.
Anwar yang memiliki tubuh lebih kecil lima senti dari Cinta itu menarik nafas pelan, namun tak berani lama menatap gadis cantik yang masih berdiri di hadapan nya.
"Bener, Non Cinta. Saya lagi sibuk. Pak Dika meminta laporan barang barang material yang kosong, Non". Tutur Anwar memelas lengkap dengan wajah lesu nya.
Cinta mendengus kesal, namun masih urung memberikan tab itu kepada Anwar.
"Ck. Om sekarang udah nggak asik!". Anwar terkejut dan nyaris saja menangis kalau saja tab yang tiba-tiba di lemparkan kearah nya itu tidak langsung di tangkap oleh Anwar.
"Cinta!". Anwar berteriak kesal, namun hal itu justru membuat Cinta mengulum senyuman dan menatap Anwar dengan tatapan usil nya.
"Iya, Sayang".
Blush
Wajah Anwar sontak saja langsung merona ketika gombalan Cinta dengan nada mendayu merdu itu hingga di telinga Anwar.
Wajah Anwar semakin merah padam saat terdengar gelak tawa Cinta dan dengusan kesal yang berasal dari belakang Cinta.
Anwar menarik nafas pelan dan menghembuskan nya cepat, saat lagi-lagi Dia menjadi salah tingkah atas keusilan Cinta.
"See. Kakak menang. Mana kue nya Dek!".
"Kali ini apalagi yang Non dapat?". Cinta mengerlingkan mata kanan nya kepada Anwar sambil menadahkan tangan nya kepada Rasya.
"Tara ... Choco lava nya Rumah Coklat!". Cinta memamerkan kemenangan kepada Anwar seraya menaik turunkan alis nya kepada Anwar yang hanya bisa menggelengkan kepala nya melihat ulah kedua cucu majikan nya yang selalu saja senang sekali menjadikan nya sasaran taruhan mereka.
"Ck. Om Anwar nggak asyik!". Anwar melihat heran kepada Rasya yang tengah melakukan protes kepada nya.
"Nggak asyik gimana, Den?".
"Tuh kan. Dia manggil Kamu Den. Manggil Kakak Cinta. Romantis kan?".
Anwar menatap tak percaya kepada Cinta yang seperti nya masih dalam mode menjahili Rasya.
"Mana ada. Tadi itu Saya refleks memanggil nama, Non Cinta. Dengan nama Cinta!". Anwar membela diri agar tidak terbawa perasaan karena ucapan absurd Cinta, yang bisa saja menjadi salah diartikan oleh orang lain, bahkan Anwar sendiri.
"Iya, Sayang. Iya. Om Aan cuma refleks manggil Cinta ke Cinta, begitu kan?". Mode jahil Cinta memang tidak akan kenal tempat apabila sudah berkumpul dengan orang-orang yang sudah sangat dekat dengan nya juga keluarga nya.
Anwar menghela nafas pelan lalu bergumam menjawab ucapan nyeleneh Cinta "Sesuka, Kamu saja Cinta".
"Aaah... Om Aan sweet banget sih, manggil Aku Cinta!". Pekikan heboh Cinta membuat Anwar dan Rasya memutar malas kedua bola mata mereka.
"Lah kan memang Kakak tuh Cinta, ya wajarlah kalau Om Anwar itu kalau spontan manggil nama Kakak tanpa panggilan Non". Cinta tertawa kecil mendengar protesan adik sepupu rasa adik kandung nya itu, sementara Anwar hanya bisa menggelengkan kepala nya mendengar dan melihat perdebatan kedua cucu Opa Hasan.
"Mau Om?". Cinta menawarkan sepotong kue berbahan full cokelat kegemaran nya kepada Anwar.
"Nggak. Ngilu Saya liat kue full coklat begitu". Anwar menggelengkan kepala nya menolak pemberian Cinta, yang justru tampak santai menyuap kue itu sedikit demi sedikit hingga tersisa setengah kotak.
"Ish, itu laper apa doyan Kak. Sampai habis separuh gitu kue nya". Rasya bergidik ngeri kearah Kue yang hanya tinggal separuh.
Anwar yang sudah mengetahui kebiasaan Cinta saat memakan apapun yang berbahan cokelat itu harus bersama segelas air hangat itu pun, tanpa di minta sudah langsung menyodorkan segelas air putih hangat kepada Cinta.
"Coklat itu bisa mengembalikan mood yang turun Dek!". Cinta menerima segelas air hangat yang di sodorkan oleh Anwar dan langsung meneguk nya pelan.
"Ck. Ngeliat Om Anwar yang ngasih minum Kakak, sehabis makan tanpa di minta. Kok Aku ngerasa kaya lagi liat pasangan yang punya hubungan diam-diam ya?".
Cinta yang masih sedang minum itu pun terkejut dengan ucapan Rasya hingga membuat gadis blasteran Indo itu pun tersedak seraya menjawab "Mana ada!" Bersamaan dengan Anwar, membuat senyum usil Rasya yang hanya terlihat saat berkumpul bersama orang-orang terdekat itu pun tampak.
"Cie, kompak nih ye!"
"Rasya/Den Rasya!".
"Tuh kan, kompak lagi. Cie .... Cie".
"Jangan begitu Den. Saya nggak enak kalau sampai ucapan Den Rasya terdengar orang lain. Nanti malah akan menjadi fitnah buat Saya dan Non Cinta, Den". Cinta menarik nafas pelan, di sela ucapan Anwar.
"Saya juga sadar diri juga kali Den. Saya hanya_".
Brak
Cinta mengebrak meja ruangan Anwar bekerja hingga membuat Anwar tak berani melanjutkan ucapan nya dan Rasya pun menutup mulut nya tak berani mengeluarkan suara lagi.
Apalagi ketika melihat raut wajah Cinta yang mulai terlihat tak bersahabat yang terlihat jelas dari wajah cantik nya itu.
"Hanya apa?. Hanya seorang anak sebatang kara, yang bahkan di buang oleh keluarga hingga tidak mempunyai tempat tinggal. Dan bertemu dengan orang baik sehingga bersedia menampung hidup, hingga bisa bertahan seperti sekarang?". Anwar terjengkit mendengar ucapan pedas Cinta yang memang selalu Anwar ucapkan apabila ada yang mengomentari kedekatan nya dengan Cinta.
"Kenapa nggak sekalian aja Om bilang blak blak an. Kalau Om itu miskin nggak layak buat Aku yang keturunan bangsawan asing, cantik, pintar, dan paket lengkap yang nggak di miliki perempuan lain nya di luaran sana!".
Anwar meringis kecil dan semakin merasa kecil setelah Cinta berucap mengatakan kebenaran yang di miliki gadis cantik itu.
Cinta Oh Cinta, begitu sempurna tak ada cela baik dari wajah ataupun rasa yang Anwar miliki terhadap nya, yang semakin hari semakin tak terarah ketika hanya melihat nya sekilas atau mendengar suara nya walaupun pun samar terdengar.
bagaimana bisaa yang pertama ???