Fatan dan Fadil adalah saudara kembar yang memiliki karakter berbeda. Fatan dengan karaktetnya yang tenang dan pendiam. Sedangkan Fadil dengan karakternya yang aktif, usil dan tengil. Namun keduanya sama-sama memiliki kepribadian yang baik. Karena dari kecil mereka sudah dididik dengan ilmu agama.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing.Pasangan keduanya berbanding terbalik dengan karakter mereka. Fatan dengan seorang wanita yang agak bar-bar. Sedangkan Fadil dengan seorang wanita yang pemalu.
Akankah mereka bisa bertahan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutarbalikkan Fakta
Fatan membuka helm-nya. Anisa bahkan mendekati Fatan dan bersembunyi di belakang tubuh Fatan.
"Nisa, kenapa kamu lari?"
"Stop jangan mendekat!"
"Sayang, kamu adalah tunanganku. Wajar kalau cuma ciuman saja. Yang pacaran saja banyak yang lebih dari itu."
Fatan mencengkeram tangannya sendiri, ia marah mendengar ucapan Tirta yang tidak tahu malu.
"Jangan memaksa, jika orangnya tidak mau!" Sahut Fatan
"Ustadz, jangan campuri urusan kami! Dia tunanganku, kamu pergilah dari sini!" Gertak Tirta.
"Masih tunangan, bukan suami. Anda tidak berhak mengaturnya!"
Namun tiba-tiba Tirta menukul Fatan. Beruntung Fatan dengan sigap menangkisnya. Tirta berusaha menyerang Fatan lagi. Fatan terpaksa melawannya meski sebenarnya ia tidak ingin berkelahi. Terjadilah perkelahian antara mereka. Keduanya sama-sama kuat karena Tirta dulu adalah seorang atlit taekwondo di sekolah sedangkan Fatan atlit pencak silat di pesantren.
"Stop, sudah cukup!" Pekik Anisa.
Saat ini Posisi Tirta ada di bawah, Fatan mencengkeram kemeja Tirta dan akan menonjok mukanya. Fatan pun segera melepaskannya karena ia tidak ingin mengotori tangannya.
"Ustadz, bibirmu berdarah." Sontak Anisa mengeluarkan tisu dari tas kecilnya dan memberikannya kepada Fatan.
Fatan menyentuh bibirnya lalu mengusapnya dengan tisu.. Tirta tersenyum sinisnya lalu bertepuk tangan.
Prok prok prok
"Bagus, di sini aku yang tunanganmu. Tapi kamu malah memperhatikan orang lain. Apa jangan-jangan kalian... "
"Mbak Nisa, lebih baik kita pergi dari sini ndak enak kalau dilihat orang. Disini desa! Atau Mbak mau ikut bersama tunangan mbak ini?"
"Ti-tidak, saya ikut Ustadz saja!"
"Nisa, jangan membuatku marah!"
"Marah saja, dan batalkan pertunangan kita!"
Fatan naik ke atas motornya, lalu berbalik arah. Anisa naik berbonceng ke motor Fatan.Tirta mencengkeram tangannya sendiri, ia sangat kesal dan marah melihat kepergian Anisa bersama Fatan.
"Argh... sial! Aku harus menelpon Om Alan."
Tirta pun menelpon orang tua Anisa lalu dia melaporkan kejadian dengan memutarbalikkan fakta bahwa Anisa pergi dengan laki-laki lain dan laki-laki tersebut memukul Tirta. Tirta tidak kembali lagi ke rumah Pak Kades, ia langsung balik ke Jakarta.
Sedangkan Fatan dan Anisa, mereka pulang menuju rumah Pak Kades. Fatan sudah lupa bahwa saat ini ia sedang membonceng gadis yang bukan mahramnya.
"Ustadz, maaf sudah merepotkan anda."
"Kebetulan saja saya lewat tadi."
"Ustadz, turunkan saya di depan! Nggak enak kalau dilihat orang nanti mereka bisa berprasangka buruk kepada anda."
Fatan tidak menghiraukan ucapan Anisa. Ia terus melajukan motornya sampai ke rumah Pak Kades. Memang di perjalanan mereka bertemu dengan beberapa orang. Mereka tidak terlalu memperhatikan, karena Fatan memakai helem. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam... lho Anisa, ustadz..."
Fatan membuka helmnya.
"Ustadz, anda kenapa? Nisa, Tirta-nya mana?"
"Tante.. hiks... " Sontak Anisa memeluk Bu Kades. Ia sangat sedih dan kesal saat ini.
Fatan yang melihatnya pun sebenarnya tidak tega. Ia merasakan sakit hatinya melihat Anisa menangis
"Ustadz, ada apa ini?"
"Lebih baik bawa ke dalam dulu Bu." Ujar Fatan.
Bu Kades pun membawa Anisa ke dalam. Fatan juga ikut masuk ke dalam. Mereka duduk di ruang tamu.
"Apa yang terjadi?"
Anisa melirik Fatan. Ia malu jika harus menjelaskan kebobrokan Tirta di depan Fatan.
"Ustadz, saya ambilkan es batu dan washlap dulu."
Anisa pun pergi ke dapur, setelah itu ia kembali ke ruang tamu.
"Ini ustadz. Apa perlu saya bantu?"
"Eh tidak, tidak usah. Saya ke kamar dulu. Kalau nanti perlu penjelasan saya, panggil saja!"
Fatan pun meninggalkan Anisa dan Bu Kades. Ia membawa baskom yang berisi air es ke dalam kamarnya.
Setelah kepergian Fatan, Anisa pun menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Bu Kades. Bu Kades hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya. Handphone Anisa berdering berkali-kali namun ia tidak menghiraukannya.
Tidak lama kemudian, Pak Kades datang. Bukan tanpa alasan Pak Kades pulang lebih awal, tapi karena ia mendapat telpon dari sepupunya, alias Papa Anisa.
"Om pulang, Tante. Pasti Papa menelponnya."
"Kamu tenang saja, Om-mu tidak akan berat sebelah. Ia pasti bijak menghadapi masalahmu."
Bu Kades pun menyuruh Anisa masuk ke dalam kamarnya untuk menenangkan diri.Anisa pun masuk ke dalam kamarnya lalu menatikan handphone-nya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, sudah pulang Pak?"
"Iya Bu... Anisa mana?"
"Anisa di kamarnya, tadi dia habis nangis."
"Bu, barusan Mas Alan telpon."
"Mas Alan bilang apa, Pak?"
Pak Kades menceritakan apa yang ia dan Alan bicarakan di telpon. Bu Kades tidak menyangka Tirta akan mengarang cerita dan memutarbalikkan fakta kepada Alan.
"Bapak percaya sama Tirta?"
"Tidak terlalu sih, Bu."
"Dengarkan dari dua pihak Pak. Nanti biar Anisa jelaskan sendiri ke Bapak. Ustadz Fatan juga siap memberi penjelasan."
Siang harinya.
Setelah shalat jum'atan, Fatan masih berdiam diri di Masjid. Sedangkan Anisa, Ia baru bangun tidur. Ia menangis sampai ketiduran. Ia merasa tidak nyaman. Saat ke kamar mandi, ternyata ia sedang datang bulan.
Sudah jam makan siang, semua orang sudah berkumpul di meja makan kecuali Fatan.
"Rafa, panggil Ustadz Fatan untuk makan!"
"Iya Pak."
Saat akan ke kamar Fatan, ternyata orangnya baru saja sampai.
"Ustadz, ayo makan! Ditungguin Bapak dan yang lain."
"Iya Rafa. Tunggu, aku taruh sajadah dulu."
Setelah meletakkan sajadahnya, Fatan pun ikut bergabung makan siang. Sesekali Anisa melihat wajah Fatan. Ada bekas luka dan memar di ujung bibirnya.
Setelah selesai makan siang, Pak Kades mengajak Anisa dan Fatan berbicara. Ia harus meluruskan masalah ini.
"Maaf Anisa, Ustadz... apa benar kalian memiliki hubungan?"
"Hah?"
"Tidak!"
Pak Kades pun menjelaskan apa yang disampaikan Alan kepadanya.
"Itu bohong, Om! Tirta yang keterlaluan. Dia yang tidak sopan. Aku sudah mau menurutinya untuk pergi mencari sarapan, itu karena aku ingin menghargainya. Tapi ternyata dia punya maksud lain." Anisa mengeluarkan kekesalannya.
"Papa dan Mamamu akan ke sini. Mereka sudah naik pesawat. Jelaskan saja nanti kepada mereka. Kalau Om sebenarnya lebih percaya sama kamu. Ustadz Fatan, maaf sudah melibatkan anda."
"Ndak apa-apa Pak. Selama saya tidak bersalah, saya siap menghadapi."
Dari sini Fatan bisa menangkap bahwa Anisa sebenarnya tidak suka kepada Tirta.
Fatan kembali ke kamarnya. Ternyata banyak telpon masuk di handphone-nya. Saat dilihat, ternyata Fadil yang menelponnya. Ia pun menelponnya balik.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, Bang. Kemana saja dari tadi aku telpon nggak diangkat?"
"Tadi masih ada urusan. Ada apa dek?"
"Abang baik-baik saja kan?"
"Iya, baik. Kenapa?"
"Abang sedang kesal dengan orang?"
"Tidak, kenapa?"
"Jangan bohong Bang! Aku sedang ingin menghajar seseorang. Biasanya kalau begini pasti abang sedang kesal dengan seseorang."
"Huh.. iya tadi aku habis berkelahi. Tapi jangan bilang Bunda."
"Tuh kan... kalau abang sampai berkelahi berarti orang itu sudah mengganggu harga diri abang."
"Bukan hanya harga diri, tapi cinta. " Batin Fatan.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf gantung lagi 😁🙏
Author full orderan kak, harap maklum. Pinginnya nulis banyak, tapi waktunya nggak ada😂.Meski cuma 1 part yang penting up ya kak. Terima kasih pengertiannya kak readers😘
siap" kondangan 🤭
Si pendiam ketemu bar bar, rame lah hidup lebih berwarna
Otw resepsi bersana Aa' Fadil & neng Karmeila /Angry//Angry//Angry/ Aa' Fadil dan Abang Fatan doa kalian diijabah /Pray//Kiss//Kiss/
apa aku salah ingat ya kak?