NovelToon NovelToon
Jerat PINJOL

Jerat PINJOL

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Pihak Ketiga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Setia Anak mihaw

Hanya tulisan yang diangkat dari cerita sekitar saya, mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat dan waktu.

"Rumah tangga adalah Ibadah terpanjang," mungkin kalimat baik itu sering kita dengar.

Cobaan dan ujian rumah tangga setiap keluarga pastilah berbeda, dan yakinlah kita mampu melewatinya tapi ada saat manusia itu menyerah, diam lalu akhirnya mundur untuk menjaga kewarasannya sendiri.

Hal ini yang terjadi pada Pasangan Dea dan Andi, Di usia perkawinan yang sudah berjalan 17 tahun, sudah di lengkapi dan di Anugerahkan 3 anak yang luar biasa, Ujian rumah tangga nya terasa lebih berat.

Apa yang menjadi keputusan Dea selanjutnya?

Silahkan dibaca di bab-bab selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setia Anak mihaw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di belah menjadi 2

Andi masih sibuk dengan handphonenya, 1 tangannya mengapit sebatang rokok, Andi sedang melakukan pembayaran semua hutang-hutangnya tanpa terkecuali.

Tersisa uang untuk membayar 1 tagihan Vendor dan Andi akan membayarnya sore ini, Andi sudah menghubungi Galih, Orang dari Vendor yang uangnya Andi pakai dan Andi segera membuang rokoknya saat melihat Nina berlari ke arahnya.

" Ade Gimana makannya?" tanya Andi sambil memeluk Nina.

"Makannya hebat lah, Pak." cerita Lisa yang membawa Nina makan di tenant ayam.

"Oh yah? Thank ya Sa,"

"Aman, Pak," jawab Lisa, Lisa masuk ke dalam kantor terlebih dahulu, Nina sudah dengan Papanya.

"Kalo gak hebat makannya nanti Mama sedih," Nina berkata dengan senyumnya dan Andi mengusap kepala Nina dengan lembut, semua masih saja dihubungkan dengan Dea.

Nina yang perutnya sudah kenyang sepertinya mulai mengantuk di siang ini, sebagian teman-teman Andi sudah meninggalkan kantor setelah jam makan siang tapi Andi masih harus bekerja, ada pekerjaan yang harus di selesaikan sekaligus menunggu waktu jam 3 sore nanti untuk bertemu dengan Galih.

Nina terlihat mulai gelisah di sofa, Andi yang sedang menatap layar komputernya berkali-kali melihat Nina mengucek matanya sendiri.

"Ade kenapa?"

"Gak tau," jawab Nina singkat, mau tidak mau Andi meninggalkan kursi kerjanya, Andi mendekati Nina.

"Tidur dulu disini yah," pinta Andi, Andi menepuk bantal di sofa, Nina merebahkan tubuhnya. Diusapnya punggung Nina oleh Andi seperti yang sering Dea lakukan saat Nina akan tidur.

"Mama pulangnya kapan, Pah?" Nina bertanya tentang Dea, belum ada 1 hari tidak bertemu Dea, anak kecil ini sudah mulai bertanya tentang Mamanya.

"Ade doain Mamanya cepet sembuh yah," balas Andi dan Nina yang melankolis malah memasang wajahnya yang bersedih.

"Aku jadi kangen,"

"Yah...nanti kita ke rumah sakit lagi," Andi berusaha menghibur Nina dan 10 menit berlalu Nina masih belum tertidur, Anak kecil ini malah bertanya hal-hal kecil lagi dan itu mengganggu pekerjaan Andi.

"Papa kerja lagi yah, cuma 20 menit, setelah itu selesai," ucap Andi, Andi menyerah karena Nina tidak juga tertidur, Nina hanya bisa diam, dia tidak mengerti dengan kondisi Andi.

Tepat jam 3 sore Andi dan Nina meninggalkan kantor Andi.

"Kita langsung ke rumah sakit, Pah?" tanya Nina saat Andi mulai mengendarai mobil.

"Enggak sekarang sayang, Kita mau ketemu temen Papa dulu," jawab Andi dengan tersenyum, Menjaga anak kecil itu memang perlu extra sabar.

Melajukan mobil di hari Sabtu Sore, Biasanya Andi sedang tertawa kecil dengan Firda tapi kali ini lain, Andi harus menjawab pertanyaan Nina yang tidak ada habisnya.

"Aku belum minun susu, Pah," Nina memukul lengan Andi, anak kecil itu baru teringat kebiasaan yang Dea terapkan, minum susu saat pulang sekolah dan saat ini hampir sama dengan jam pulang sekolahnya.

"Nanti kita beli di minimarket," jawab Andi dan Nina menganggukkan kepalanya lalu anak kecil bernyanyi kecil dengan irama yang tidak pas di dengar, Andi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Tingkah anaknya memang unik.

Berhenti di tempat yang sudah sepakati dengan Galih, Andi keluar dari mobil terlebih dahulu lalu membukakan pintu mobil untuk Nina.

"Mana minimarket nya Pah?"

"Kita ketemu teman Papa dulu sayang," jawab Andi sambil menuntun tangan Nina, Nina mengkerucutkan bibirnya.

Ternyata Galih sudah tiba lebih dahulu, Galih seketika berdiri ketika Andi datang mendekati meja dan mereka berjabatan tangan lalu menyapa gadis kecil yang ikut datang bersama Andi.

"Dibawa ke kantor Pak?" tanya Galih dan Andi tersenyum.

Andi memesan 2 minuman lalu mulai berbincang dengan Galih.

Tipu tipis-tipis dilakukan Andi agar Galih tidak curiga tentang uang yang akan Andi bayar sore ini.

"Transfer ke rekening kamu aja yah, Lih. Kalo langsung dari rekening saya ke kantor kamu, ribet pas ada audit di kantor saya nya,"

"Nanti kamu kan bisa bilang terima Cash dari orang keuangan kantor saya seperti biasanya," instruksi Andi pada Galih, Andi harus tetap aman di kantor nya.

"Siap, Pak. Bisa diatur, selama belum jatoh tempo semua bisa di atur," jawab Galih, Galih juga mengerti tentang hal-hal seperti ini jadi tidak perlu khawatir tentang keamanannya Andi di kantornya.

Saat Andi melakukan transfer ke rekening Galih, Nina hanya mengaduk-aduk vanila floatnya.

"Minum sayang," titah Andi pada Nina, Nina menggelengkan kepalanya dan Galih tersenyum.

"Kenapa?" tanya Andi sambil menunjukan tansfer mbangking yang berhasil pada Galih.

"Ini ice cream, Papa gak bawa obat panasnya aku, aku tuh bisa tiba-tiba batuk trus panas kalo minum ice cream," jawab Nina panjang dan Andi membuang nafasnya berat sambil tertawa.

"Pinter banget anaknya Pak," puji Galih.

"Mamanya banget," jawab Andi dan Nina tersenyum, tentu saja bangga dengan Mamanya.

Andi mempercepat waktu bertemunya dengan Galih setelah Galih menunjukan bukti transfer dari rekening pribadi Galih ke rekening kantornya itu.

"Sekarang kita mau kemana?" tanya Nina, Mereka berdua sudah duduk di dalam mobil.

"Pulang ke rumah, Ade pasti cape hari ini," jawab Andi, Andi mulai mengemudikan mobil, Nina mulai bergerak-gerak tidak tenang, tangannya membuka dashboard, sesekali mengambi tissue lalu memainkan saluran radio dan Andi hanya bisa tersenyum.

"Ade kenapa?"

"Papa lupa soal susu," jawab Nina, suaranya terdengar kesal bahkan seperti sedang menahan tangisnya agar tidak pecah.

"Ya ampunnn...Papa lupa," Andi berkata sambil menepuk dahinya sendiri.

Segera Andi menepikan mobilnya ke minimarket, Andi berlari kecil agar Nina tidak menangis dan kembali dengan cepat ke mobilnya setelah membawa susu UHT.

Nina malu-malu saat meminum susunya dan Andi mulai mengendarai mobilnya kembali.

10 menit Nina tidak bicara, Andi meliriknya dan Nina mulai tertidur di dalam mobil.

Jalanan menuju rumah sedikit terhambat sore ini, kemacetan terjadi setelah mobil keluar dari tol.

Di tengah jalanan yang macet, Andi memeriksa handphonenya, beberapa pesan chat Andi Skip untuk dibaca dan berlanjut pada chat yang terkunci.

Pesan Chat dari Firda yang bertanya tentang kemungkinan Andi menemaninya ke rumah sakit.

Andi menghubungi Firda melalui Video Call sambil terus mengendarai mobil.

"Maaf yah, Fir. Aku gak bisa temenin kamu lagi, Aku harus jaga anak-anak ku," ucap Andi, Firda mengkerucutkan bibirnya.

"Ya yah...udah biasa kok Yang, udahlah aku jalan sendiri aja," jawab Firda, terlihat oleh Andi Firda yang mulai memasang sabuk pengaman saat akan mengendarai mobilnya sendiri.

"Hati-hati yah, kabari aku terus," pinta Andi dan Firda hanya diam lalu memutus sambungan video.

Andi bisa apa saat ini, andai tubuhnya bisa di belah menjadi 2 bagian, Andi pasti sudah berlari mengejar Firda tapi hal itu tidak mungkin bisa terjadi dan Andi lebih memilih menjaga anak-anak nya dibandingkan menemani Firda pergi menemui Dokter Kandungan.

Akhirnya mobil berhenti di depan rumah, Andi harus mengendong Nina yang masih tertidur masuk ke dalam rumah.

"Tidur, Pah?" tanya Nana saat melihat Andi kerepotan menggendong Nina dan membawanya masuk ke dalam kamar.

"Iya, jangan berisik yah," pinta Andi, Andi perlahan menidurkan Nina ke tempat tidur dan akhirnya bisa bernafas lega.

"Nino mana Kak?" tanya Andi sambil melepaskan sepatunya.

"Tidur dikamar, kecapean latihan kayanya," jawab Nana, Nana kemudian membuatkan kopi untuk Andi, seperti yang Dea lakukan saat Andi pulang ke rumah.

Melepaskan kemejanya Andi kini duduk di kursi coklat dan membakar rokoknya.

Andi perlu istirahat sejenak, hari ini terasa lebih lelah dari hari-hari kemarin.

Dinikmati kopi panas buatan anak pertamanya lalu dibakarnya sebatang rokok.

"Papa udah ada kabar soal Mama?" tanya Nana, Nana berdiri di dekat pintu belakang.

"Belum, Kakak gimana?" tanya balik Andi pada Nana.

"Tadi aku chatan sama Tante Lili, Mama gak bisa makan banyak-banyak, perutnya sering mual," cerita Nana dan Andi menghela nafasnya.

"Asam lambungnya tinggi, Mama kamu itu pecinta cafein dan soda dari dulu,"

"Trus kita gimana, gak ke rumah sakit lagi gitu?" tanya Nana lagi, masalah kopi yang sering di nikmati Dea tidak penting dibahas kali ini.

"Papa aja yang ke rumah sakit nanti malem, Kakak bisa kan jaga Ade-ade?"

"Bisa Pah," jawab Nana dengan semangat.

Di rumah sakit tempat Dea di rawat, dari pagi hingga sore menjelang, Ardhan dan Lili tidak pernah meninggalkan Dea seorang diri, 2 orang sahabat Dea ini menjaga Dea dengan sangat baik.

Dea tidur berkali-kali walaupun durasinya tidak terlalu lama dan akhirnya terkekeh kecil, membuat Ardhan dan Lili yang sedang serius mengobrol seketika menghentikan obrolan mereka tadi.

"Kenapa De? Mau ke kamar mandi apa mau minum?" tanya Lili dan Dea masih terkekeh.

"Ih aneh nih orang!" keluh Lili, Dea mengigit bibirnya sendiri dan mulai mengantur nafasnya, alat bantu pernapasan sudah bisa di lepas sekitar 2 jam lalu karena tubuh Dea menunjukan kondisi yang semakin membaik.

"Kayanya dia dengerin obrolan kita, Li," tebak Ardhan dan Lili tertawa begitu pun juga dengan Dea, Dea tidak bisa menahan diri untuk menertawakan hal ini.

"Dia mah memang begitu, De. Jangan di bikin pusing," usul Lili pada Dea.

"Gue mah serius De, gue mau banget nikah tapi dia nya gak pernah anggap omongan gue itu serius," kini Ardhan yang bicara dan Dea tersenyum lagi sambil mengigit pelan bibirnya lagi.

"Udah ah jangan dibahas, lu kaya gak kenal dia aja, becandanya kan basi banget," balas Lili dengan malu, bagaimana tidak malu pada Dea, Ardhan itu sudah berkali-kali mengajaknya untuk menikah dan kali ini Ardhan mengungkapkan perasaannya di waktu dan tempat yang tidak tepat, ada yang Dea yang ikut mendengarkan pembicaraan dari tadi.

"Gimana menurut lu, De? Lu setuju gak kalo gue nikahin Lili?" tanya Ardhan dan Lili spontan memukul bahu Ardhan.

"Gue sih asal Lili bahagia aja," jawab Dea dengan tersenyum, Lili mengkerucutkan bibirnya dan Ardhan bersorak kegirangan.

Jam 7 malam, Ifa datang menjenguk Dea, Ifa datang dengan banyak buah tangan, mulai dari roti, buah-buah juga makan malam untuk mereka berempat.

Obrolan mereka tidak pernah berhenti, semua saling bersautan, semua hal dibahas kecuali tentang Andi, mereka tidak akan bertanya pada Dea ketika Dea tidak membuka pembicaraan mengenai privasinya itu terlebih dahulu.

Dan pintu ruang perawatan di buka dari luar, Andi datang dengan 1 paperbag berwarna cream.

Andi menyapa Ardhan, Lili dan hanya berpelukan dengan Ifa seperti biasanya lalu duduk di dekat Bed Hidrolik dimana Dea berbaring saat ini.

"Gimana kondisi kamu, De? Masih sakit perutnya?" tanya Andi pada Dea, Dea menggelengkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Andi, Andi tersenyum lalu berusaha untuk mengusap punggung tangan Dea tapi Dea lagi-lagi menghindar dari setiap usaha Andi untuk bisa menyentuh dirinya.

suasana yang tadi ramai kini hening, hening karena Lili dan Ardhan diam dan sibuk handphone nya, hanya Ifa yang masih berbaik hati untuk mengobrol dengan Andi, Ifa bertanya tentang kondisi anak-anak Dea di rumah dan Andi menjawab.

"Aman,"

hanya sebatas itu pertanyaan dari Ifa, Andi mulai tidak nyaman, Lili mengobrol dengan Ardhan dan sesekali di timpali oleh Ifa tapi tidak menganggap keberadaan Andi sama sekali.

"Malam ini aku yang jaga kamu," ucap Andi pada Dea.

"Gak perlu. Kalo pun Lili, Ifa dan Ardhan pulang malem ini, aku bisa urus diri aku sendiri," jawab Dea dengan suara yang dingin, Andi menghela nafasnya. Dea tidak mengharapkan dirinya berada di ruangan ini.

10 menit Andi diam, Andi hanya bisa menatap Dea yang juga diam saat ini.

"ya udah aku pulang," Andi berdiri dari duduknya, Andi masih berusaha untuk mengusap kening Dea dan Dea tetap saja menghidarinya.

Andi pamit pada 3 orang diruangan ini, tanggapan Lili dan Ardhan masih tetap dingin dan Ifa tersenyum sambil menepuk bahu Andi.

"Ati-ati di jalan, gue juga bentar balik, yang jemput udah mau sampe sini,"

"Thanks Fa," jawab Andi, Andi langsung keluar dari kamar perawatan dengan perasaan yang bercampur aduk.

Andi merasa asing diantara orang-orang yang dulu begitu dekat dengannya, Ardhan sahabat yang paling setia sekalipun seolah tidak menganggap keberadaan Andi.

Andi merasa kesal, marah dan juga sedih saat ini, entah sedih untuk hal apa tapi Andi merasa suasana hatinya sedang kacau.

Andi mulai mengendarai mobil, di bukanya pintu kaca mobil untuk mencari sedikit ketenangan dari setiap angin yang datang dan masuk meresap ke kulitnya.

"Gue pusinggggg," teriak Andi di dalam mobil.

Andi mulai menambah kecepatan mobilnya mencoba mencari sensasi baru untuk meningkatkan andrenalin nya, berkendara dengan mode Zigzag, Mobil Andi berkali-kali di teriaki klakson panjang dari mobil lain sampai akhirnya Andi mulai mengurangi kecepatan mobilnya kembali, Andi membuang nafasnya kasar dan memukul kepalanya sendiri.

"Come on, be a man," ucap Andi sendiri, Andi kemudian menepikan mobilnya sebelum masuk ke gerbang komplek perumahannya, Andi menghubungi Nana dan bertanya tentang keadaan di rumah saat ini.

Semua dilaporkan aman oleh Nana dan Andi mulai membakar rokoknya.

Andi melirik jam tangannya, waktu masih menujukkan jam 8 malam lalu Andi mulai mengendarai mobil kembali.

Andi menendang ban mobil ketika mobil sudah berhenti di rumah Firda, mobil Firda belum terparkir di rumah dan itu artinya Firda belum kembali ke rumah ini, kemungkinan Firda masih berada di perjalanan pulang ke rumah ini atau mungkin malam ini Firda tidur di rumah orang tuanya.

Dengan perasan yang semakin kesal akhirnya Andi masuk ke dalam rumah, Rumah tentu saja sepi dan Andi merebahkan dirinya di sofa besar.

15 menit berlalu, Andi menunggu kedatangan Firda tapi Firda masih belum juga datang, Andi terus memainkan handphone nya, Ingin rasanya menghubungi Firda tapi niat itu Andi urungkan, Andi tidak ingin Firda menjawab telephone saat sedang mengemudikan mobil karena itu sangat berbahaya terlebih Firda sedang hamil pasti resikonya lebih besar.

1
Hkaaid Anz
/Facepalm/
Siti Sugiarti
si andi bener2..bukannya jagain anak
Siti Sugiarti
mantap bun..selamat idul adha..
Umma Nina: selamat idul adha juga kak...sehat terus yah kak, titip salam buat jagoan🥳 nya kakak
total 1 replies
Siti Sugiarti
mantep banget dah si andi..
aku selalu suka sama tokoh karakter utama nya bunda..disemua cerita bunda tokoh utamanya selalu kuat ..tangguh ..gak menye2...kayak si dea ini keren banget tenang..semangat dea ..
Siti Sugiarti
semangat mama dea..
Siti Sugiarti
kaya pinjol ilegal begitu bun..
temeku pernah ngalamin..semua no kontak di teror..temenku cuma bayar uang yg di pinjam doang..bunganya ga dibayar..jadilah semua orang di teror..
Siti Sugiarti
bikin curiga aja andi..jangan2 bukan duit vendor lagi..duit buat selingkuhanya..
Siti Sugiarti
makasih bun udah update lagi..
☠⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ ᵗⓂꪶꫝ 𝐀⃝🥀
hem betul pinjol tuh sangat menggiurkan bagi mereka yang hobi utang sana sini,😁 tanpa sadar telah melompat kedalam lubang sebenarnya. tak jarang yang suka terlibat pinjol tuh stress kadang berujung Bundir😱 serem amat dah yg namanya pinjol tuhhhh
☠⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ ᵗⓂꪶꫝ 𝐀⃝🥀: Aamin terimakasih 🙏 Doa yang sama buat akak dan keluarga ya
pasti bisa kak. semangat terus ya
Umma Nina: terima kasih buat dukungan nya Kakak, semoga saya bisa ikutin jejak kakak dalam menulis novel...

sukses selalu buat kakak❤️❤️❤️❤️❤️
total 2 replies
Siti Sugiarti
apa jangan2 andi selingkuhnya ama ifa ya ??
Siti Sugiarti
uodate lagi ya bun ntar malem..
Siti Sugiarti
semangat terus dea..and happy
birthday.
Siti Sugiarti
sabar ya de..insya allah ada jalan keluar klo niat kita emang baik de..
Siti Sugiarti
semangat bun...
Siti Sugiarti
sungguh seperti kisah nyata..gali lobang tutup lobang bun..
semangat .
MindlessKilling
Karya ini adalah perpaduan sempurna antara bakat penulis dan ide cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!