NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.4k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTARUNGAN ARKA

Ruangan yang semula hanya diterangi oleh bola api, mendadak lebih terang benderang ketika dua sosok berjubah putih melayang turun dalam kondisi lemah dan kepala terkulai.

"Ayah! Ibu!"

"Tetap di tempatmu, Diyan!"

Kaki Diyan yang baru hendak melangkah serta-merta terpaku di tempat ketika Bhanu Angkara mencegahnya.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada mereka, Bhanu Angkara!" Arka menggeram, tinjunya mengepal semakin erat dan rahang pun menonjol tegas. Wajah sendu pemuda itu seketika berubah garang. Melihat kondisi ayah dan ibunya, kemarahan seperti siap meledak kapan saja.

"Asal Diyan mau bekerja sama, mereka akan baik-baik saja. Tapi kalau nggak ... lihatlah baik-baik apa yang ada di bawah mereka."

Pandangan Arka dan Diyan serempak tertuju pada gundukan yang ada di bawah kaki kedua orang tua mereka. Awalnya, mereka tidak mengerti maksud Bhanu Angkara. Akan tetapi, setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata gundukan itu bergerak-gerak dan merupakan gabungan dari beberapa makhluk. Terlihat seperti sekumpulan anak anjing yang sedang berebut untuk menyusu pada induknya.

"Apa itu?" Diyan hanya menggumam, tetapi sepertinya mereka mendengar.

Salah satu dari makhluk itu menoleh dan terjawablah pertanyaan Diyan barusan. Kedua bersaudara itu mengernyit jijik saat melihat wajah bayi yang mulutnya berlumuran darah segar. Bayi itu menyeringai polos pada mereka, menunjukkan gigi-giginya yang runcing.

"Mereka adalah anak-anakku." Bhanu Angkara tertawa bangga. "Mereka butuh banyak makan untuk tumbuh menjadi kuat. Dua tubuh yang sudah mereka nikmati masih belum cukup. Mereka pasti nggak akan menolak daging dan darah lezat orang tua kalian."

"Kamuuuu! Jangan coba-coba---"

Arka membuat adiknya bungkam dengan isyarat satu tangan terangkat tepat di depan wajah, lalu bertanya, "Siapa yang kamu maksud dengan dua tubuh?"

"Siapa lagi kalau bukan dua perempuan dungu itu ...." Setelah itu tawanya kembali menggelegar.

Mata Arka dan Diyan untuk yang kesekian kalinya kembali terbelalak lebar. Dua perempuan. Hanya ada dua perempuan yang selalu berada di sekitar Bhanu Angkara. Itu berarti adalah Ambar dan Srintil.

"Kamu ... benar-benar biadab!" Diyan meraung marah hingga tubuhnya gemetar dan wajahnya merah padam.

Gelak tawa Bhanu Angkara semakin menjadi-jadi. Setelah puas tertawa, dia berkata, "Mereka sudah nggak dibutuhkan lagi. Peramal bodoh itu selalu menentangku dan adik gilanya sangat memuakkan!"

Akhirnya, riwayat keluarga itu tamat di tangan makhluk buas yang selama ini mereka layani dan junjung tinggi. Dulu saat usianya lima belas tahun, Ambar menyaksikan ayah dan ibunya mati dengan kondisi tubuh gosong. Gadis itu melihat bola api keluar dari mulut mereka.

Ketika bola api itu hendak merasuki Srintil kecil yang berdiri ketakutan di sebelah Mamat, Ambar dengan cekatan menarik tubuh adik perempuannya tersebut. Akan tetapi, dia tidak sempat menolong Mamat.

Bola api itu melesat masuk ke dalam tubuh Mamat melalui ubun-ubun. Untuk sesaat Mamat kecil menggelepar-gelepar di lantai sambil berteriak kepanasan. Namun, tidak lama kemudian dia tertawa terbahak-bahak dengan suara pria dewasa.

Sejak saat itulah, mau tidak mau Ambar menjadi pelayan karena roh api itu mengancam akan membakar tubuh Mamat bila dia menolak. Padahal sebenarnya, alasan Bhanu Angkara adalah karena dia membutuhkan kemampuan gadis itu. Kemampuan melihat masa depan dan melihat apa yang tidak orang lain lihat.

Setelah bertambah dewasa dan mendapat banyak penglihatan Ambar pun memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dia menjadi lebih berani, tidak seperti kedua adiknya yang telah menyerahkan diri pada Bhanu Angkara.

"Kalau aku memerintahkan bayi-bayi kelaparan itu untuk menyerang orang tua kalian, maka dalam sekejap tubuh mereka hanya akan tinggal tulang belulang."

Arka dan Diyan mengernyit jijik ketika bayi-bayi itu membuyarkan diri. Karena yang tertinggal di balik keruman mereka tadi hanyalah tulang belulang putih. Bahkan setitik bekas merah darah pun tidak tampak.

Ada tujuh bayi, mereka berdiri menatap polos sambil menjilati darah yang tersisa di bibir. Bayi-bayi baru lahir yang seharusnya hanya bisa berbaring, pada kenyataannya mereka adalah monster ganas haus darah.

"Aku juga akan memerintahkan mereka untuk menyerang penduduk desa---"

"Nggak akan aku biarkan!" Diyan berteriak murka. Suaranya tidak hanya menggelegar, tetapi juga menggetarkan tempat itu.

Matanya tiba-tiba berubah menjadi sejernih kaca, perlahan memutar dan membentuk pusaran. Yang terlintas dalam benaknya adalah keinginan untuk melemparkan bayi-bayi itu ke dalam kawah api abadi. Namun, sebelum keinginannya kesampaian, bayi-bayi itu bergerak sangat gesit, melompat ke tubuh Pak Satria dan Bu Harnum, lalu bergelantungan sambil menyeringai.

"An, jangan!" Arka menarik bahu adiknya hingga berhadapan, lalu buru-buru menutup matanya menggunakan tangan. Saat itu juga Diyan tersentak dan terengah-engah seperti habis berlari, lalu matanya secara perlahan kembali normal.

Bhanu Angkara terbahak-bahak. "Kamu pikir karena masih bayi, mereka bodoh dan mudah ditaklukkan, hah?! Kamulah yang bodoh, Diyan!"

"Suruh mereka menyingkir dari sana! Jangan kotori tubuh ayah dan ibuku! Singkirkan mereka dari tubuh ayah dan ibuku!" Diyan seperti gila dan tanpa disangka-sangka tubuhnya pun melompat seringan kapas.

Dia menerjang ke arah ayah dan ibunya diiringi angin sangat dahsyat yang seolah menghempaskannya. Para bayi iblis itu sangat gesit berlompatan menghindar sebelum tersapu oleh angin kemarahan Diyan. Tubuh pemuda itu mengambang di udara. Arka menyusulnya dan keduanya terlihat seperti kesatria putih yang menjadikan diri sebagai benteng perlindungan untuk kedua orang tua mereka.

Melihat itu, alih-alih marah, Bhanu Angkara malah tergelak-gelak. Bayi-bayi iblis melayang mengelilingi dan turut tertawa bersamanya. Riuh dan sangat berisik.

"Baiklah. Kalau kalian ingin main-main terlebih dahulu, mereka akan menemani dengan senang hati." Bhanu  Angkara berbicara dengan gestur meremehkan, seolah sangat yakin kedua bersaudara itu tidak akan mampu mengalahkan anak-anaknya.

Detik berikutnya, dengan mata membeliak lebar Arka dan Diyan menyaksikan fenomena di luar nalar. Sulit dipercaya bayi-bayi itu mendadak tumbuh menjadi seukuran manusia dewasa hanya dalam satu kali kedipan mata. Namun, paras mereka tetaplah bayi.

"Gila, benar-benar tidak masuk akal." Diyan menggumam sambil terkekeh aneh seperti orang bodoh. "Mas Arka, aku akan coba gunakan mataku lagi," ujarnya dengan sorot mata penuh hasrat. Hasrat sadis untuk menyingkirkan makhluk-makhluk mengerikan itu.

Akan tetapi, Arka berkata, "Sebaiknya jangan. Kamu belum bisa benar-benar beradaptasi dengannya. Kamu tetap di sini menjaga ayah dan ibu, aku yang akan bermain bersama mereka."

"Tidak! Aku---"

"Jangan membantah!"

Diyan menjengit dan langsung bungkam oleh bentakan kakaknya. Setelah itu, hanya bisa menelan ludah gugup ketika merasakan aura sangat kuat mengintimidasi, menguar dari tubuh sang kakak.

Wajah Arka mengeras penuh tekat, tatapan tajam tiada gentar terpaku pada Bhanu Angkara dan anak-anaknya. Perlahan dia mengangkat tangan kanan sembari bergumam, "Sahabat, aku membutuhkanmu."

Seketika itu juga, seberkas cahaya memanjang melingkupi tangan Arka yang terangkat. Ketika cahaya itu sirna yang tertinggal dalam genggaman adalah sebilah pedang bergagang emas.

Kehadiran pedang itu seketika menyulut amarah Bhanu Angkara. Dia pun langsung berteriak, "Bunuh dia! Cabik-cabik dagingnya dan minuh darahnya!"

Ketujuh monster berwajah bayi itu pun serempak melesat ke arah Arka. Namun, segera setelahnya terhempas ke belakang akibat dorongan kuat yang dihasilkan oleh sabetan pedang Arka. Sabetan pertama memang sukses memukul mundur mereka. Akan tetapi, tidak cukup ampuh untuk membuat bayi-bayi iblis itu takluk. Mereka pun kembali menyerang, terkadang bergantian dan adakalanya serempak.

Pertarungan satu lawan tujuh itu sudah tentu sangat tidak seimbang. Sehebat-hebatnya Arka dan pedangnya, tetap saja kewalahan bila terus diserang bertubi-tubi. Sedikit lengah saja, kuku-kuku tajam mereka berhasil mencabik kulitnya.

"Uhfg!" Arka terdorong mundur hingga punggung membentur dinding. Dia meringis sambil menekan dada yang sakit luar biasa, napasnya pun sudah ngos-ngosan. Malam ini dia sudah terlalu banyak menggeluarkan tenaga dan hawa murninya.

"Tetap di tempat. Aku nggak pa-pa." Dia mengunakan telepati untuk mencegah Diyan yang sepertinya sudah siap untuk turun tangan.

"Tapi, Mas---"

"Aku mohon percayalah padaku."

Perkataan sang kakak mengingatkannya pada nasihat para altair agung: harus saling percaya. Lucian Firdaus tidak membantah lagi.

"Oke," ujarnya dengan berat hati.

Bhanu Angkara terus tergelak-gelak puas karena anak-anaknya mampu menyulitkan arka. Sementara Diyan, wajahnya tampak mengeras dan di dalam sana gigi-giginya bergemeletuk seperti sedang menghancurkan tulang. Dia sedang mencoba menahan diri untuk tidak ikut campur dalam pertarungan sang kakak. Hatinya miris dan sakit melihat tubuh Arka penuh luka dan berdarah-darah

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!