Riana, seorang fresh graduate yang diterima bekerja menjadi salah satu karyawan di sebuah perusahaan pengembang game yang cukup ternama, Gameflix. Riana tidak pernah menyangka akan mendapatkan kejutan di hari pertamanya bekerja. CEO perusahaan tempat dia bekerja melamarnya di hari pertamanya bekerja! Bagaimana kisah Riana selanjutnya? Simak kisah serunya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purnamanisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Jawaban
Hening menyelimuti. Riana masih menatap Barra yang juga menatapnya. Tak ada suara.
"Mari, Mas, Mbak, ini ada bonus es teler dari saya, sebagai tanda ikut bahagia atas pernikahan Mas Barra dan isteri," tiba-tiba Pak Jon sudah hadir diantara mereka menyodorkan dua mangkok berisi es teler yang terlihat begitu menggiurkan.
"Semoga keluarga Mas Barra dan isteri, sakinah mawaddah wa rohmah. Penuh kebahagiaan dan cinta kasih. Aamiin..." lanjut Pak Jon.
"Silakan, ndak usah sungkan lho Mas Barra," kata Pak Jon mempersilakan Barra yang terlihat bengong.
"Eh, makasih, Pak Jon," ucap Barra setelah selesai mencerna situasi.
"Sama-sama. Maaf, ganggu. Mumpung panas gini, minum es jadinya kan seger. Silakan, silakan, Mas Barra, Mbak," lagi-lagi Pak Jon mempersilakan Barra dan Riana untuk menyantap es teler buatannya.
Barra kembali menatap Riana yang sudah mengaduk-aduk es telernya lalu menyuapkan sendok demi sendok ke mulutnya.
"Enak?" tanya Barra pada Riana yang tak henti menyendokkan es teler ke mulut. Riana yang terkejut dengan pertanyaan Barra yang tiba-tiba hanya mengangguk-angguk karena sedang sibuk mengunyah buah-buahan yang baru saja dia sendokkan ke mulutnya.
Barra tersenyum. Kemudian ikut menyantap es teler segar manis buatan Pak Jon. Sesekali Barra menyapukan pandangannya ke arah Riana yang terlihat khusyuk menyantap es telernya, yang selalu membuat Barra tersenyum simpul.
"Udah?" tanya Barra ketika melihat mangkok es teler Riana sudah kosong. Lagi-lagi Riana hanya mengangguk. Barra berdiri, lalu berjalan menuju Pak Jon. Riana mengekor di belakangnya.
"Berapa, Pak?"
"Empat puluh ribu aja, Mas," kata Pak Jon sambil tersenyum. Barra menyerahkan beberapa lembar uang kertas.
"Makasih, Mas Barra. Sering-sering mampir lho," kata Pak Jon sebelum Barra dan Riana berlalu yang dibalas senyuman dari Barra.
Kini Barra dan Riana sudah kembali ke dalam mobil. Keduanya terdiam menatap langit yang sudah menampakkan semburat jingga di sisi barat. Barra memutuskan menyalakan radio di mobilnya untuk mengusir hening. Terdengar sebuah musik yang asing di telinga Barra. Barra hendak mengganti saluran tapi tangan Riana memberi isyarat untuk tidak melakukannya.
"Lagu kesukaan saya," kata Riana. Barra mencoba mendengarkan lagu seperti apa yang disukai Riana.
'Konna ni mo soba ni ite mo tooku... Nee, dareka jiyuu e no shoutai wo! Aitai no ni itsumo umaku ikanai... Demo negau kyou koso wa nerai wo sadame sukima wo nukete egao no kanata e...'
"Kamu suka musik Jepang?"
"Cuma musik dari band ini aja yang bisa diterima di telinga saya," kata Riana.
"Kamu paham maksud lagunya?"
"Intinya saya paham. Meski musiknya terdengar berisik dan penuh semangat, tapi makna dibalik liriknya cukup menyedihkan," kata Riana. Barra terlihat mengerutkan alis.
"Menyedihkan? Seberisik itu?" tanya Barra tak percaya.
"Sedekat ini, tapi terasa begitu jauh. Hey, seseorang tolong beri aku undangan kebebasan! Aku ingin bertemu dengan mu, tapi selalu tak berjalan lancar... Tapi aku berharap hari ini dapat melewati celah menuju senyuman mu di kejauhan..."
"Kira-kira seperti itu arti potongan lirik terakhir yang kita dengar baru saja," kata Riana. Barra manggut-manggut.
"Cukup menyedihkan," gumam Barra. Lalu melihat ke arah Riana yang menatap langit jingga.
"Apa judul lagunya?" tanya Barra.
"Jiyuu e no Shoutai yang artinya Undangan Kebebasan dari L'Arc~en~Ciel,"
Barra semakin terpesona dengan Riana yang menampakkan sisi lain dirinya pada Barra. Hari ini, Barra jadi tahu lagu sekaligus band kesukaan Riana. Namun, hati Barra seketika mencelos ketika dia teringat pertanyaan Riana sebelum Pak Jon datang menginterupsi.
'Apa yang harus gue katakan?'
Lagi-lagi hening menyelimuti Riana dan Barra. Riana kembali menikmati alunan musik Jepang dari radio Barra sambil bergumam, ikut bersenandung. Barra kembali melihat ke arah Riana yang bersenandung.
"Daitai itsumo doori ni... Sono kado wo magareba... Hitonami ni magire komi... Tokete kieite iku... Boku wa michi wo nakushi... Kotoba sura nakushite shimau... Dakedo hitotsu dake wa... Nokotteta, nokotteta... Kimi no koe ga... Warau kao mo, okoru kao mo subete... Boku wo arukaseru... Kumo ga kireta saki wo mitara kitto... Nee, wakaru deshou?... Nee, wakaru deshou?..." [Aluto - Michi ~To You All~]
"How nostalgic!" gumam Riana membuat Barra tersadar dari mengagumi Riana.
"Sepertinya kamu memang suka lagu-lagu Jepang," kata Barra kemudian.
"Tidak semua lagu. Beberapa memang ada yang langsung cocok di telinga yang kemudian menjadi lagu favorit,"
"Termasuk yang ini?"
"One of... Yeah!"
"Easy listening,"
"Cocok sama langitnya," kata Riana sambil tersenyum masih menatap langit yang semakin berwarna jingga sambil kembali bersenandung mengikuti irama lagu.
"Aimai ni ikiteite mo... Kokoro ga mijuku demo... Sore de ii hora soko ni wa... Daiji na hito ga iru... Kimi ga mayou no nara... Boku ga michishirube ni narou... Ato wa shinjireba ii... Tashikameru sube wa motta... Osore nai de... Hikari atsume sora ni hanatte iru... Kimi ni wakaru you ni... Soshite ayumu michi wo motto terasou... Doko made mo... Doko made mo... Doko made mo... Doko made mo... Doko made mo... Kami, koe, kuchi, yubisaki he todoke... Ima dake demo ii... Ima dake demo ii..."
"Aku... peduli pada kamu... Rasanya, aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada kamu... Dan... setiap saat ingin selalu bersama kamu..."
Entah mendapat keberanian darimana atau karena terbawa suasana, Barra mulai perlahan mengatakan apa yang dirasakannya terhadap Riana, sambil menatap langit yang kini berubah warna menjadi jingga dengan sedikit semburat abu.
"Saat mendengar kata-kata Raga... Saat dia bilang dia mau menunggu kamu... Saat dia bilang dia meminta ijin untuk mencintai kamu... Saat itu... rasanya ada sesuatu yang panas dan perih menghujam di dada..." lanjut Barra masih sambil menatap langit. Riana menatap Barra, merasakan jantungnya kembali riuh mendengar kata-kata Barra.
"Apa aku cemburu? Seperti apa cemburu? Bagaimana aku tau kalau aku cemburu sedang aku sendiri tak tau bagaimana mendefinisikan apa yang aku rasain?" Barra terus mengatakan apa yang ada di pikiran dan hatinya.
"Cinta? Kamu tanya apa aku mencintai mu? Bagaimana aku tau? Aku sendiri belum pernah merasakannya," lanjut Barra.
"Aku... hanya ingin selalu di dekat mu... menatap setiap gerak mu... menikmati senyuman mu yang sedikit-sedikit itu... berbagi cerita tentang hari-hari ku, hari-hari mu... hari-hari kita... melakukan apapun yang kita sukai bersama-sama... apapun... bersamamu..."
Riana diam terpaku. Tak percaya dengan apa yang dia dengar keluar dari mulut Barra.
"Apakah itu yang dinamakan cinta?" tanya Barra akhirnya.
"Bisakah kamu menjelaskannya pada ku? Apa itu cinta?"
Riana hanya membisu, menatap Barra yang kini menatap ke arahnya seolah mencari jawaban atas pertanyaannya. Sayup-sayup terdengar lagu dari radio.
'Kudaranai hanashi wa omoitsuku no ni... Kimi wo dakishimete ii riyuu dake ga mitsukaranai... Aa sou ka sou da yo na... Happy birthday kataomoi no ore...'
***
Author's note:
*L'Arc~en~Ciel adalah nama band rock legendaris asal Jepang.
*Terjemahan lirik Aluto - Michi ~To You All~:
Seperti biasanya... Ketika aku menoleh ke belakang... Aku masuk dalam keramaian manusia... Dan kemudian menghilang... Aku sepenuhnya kehilangan arah.... Dan tak dapat berkata apa-apa... Namun ada satu hal... Yang masih tersisa, yang masih tersisa... Yaitu suaramu... Wajahmu saat tersenyum, wajahmu saat marah... Segalanya tentangmu membuatku tetap melangkah... Pandanglah ke atas... Dimana awan-awan mulai terpisah... Kau mengerti maksudku, kan? ... Kau mengerti maksudku, kan?...
Kehidupan yang tidak jelas... Namun hatiku masih belum dewasa... Coba lihat di sana, di tempat itu... Bukankah orang itu yang paling menderita... Jika kau kehilangan arah... Aku akan menjadi penunjuk arah bagimu... Jika saja kau percaya... Caranya adalah membuat kepastian... Tanpa rasa takut... Cahaya terkumpul dan menembus langit... Ia memahamimu... Dan jalan yang kau langkahi ini... Akan terus bertambah terang... Di mana pun, di mana pun, di mana pun, di mana pun kau berada... Akan menggapai rambut, suara, mulut dan ujung jarimu... Hingga sekarang masih membekas... Hingga sekarang masih membekas... (kredit: https://www.kazelyrics.com/2012/05/lirikterjemahan-aluto-michi-to-you-all.html?m\=1)
*Potongan lirik di akhir episode adalah lagu dari back number - Happy Birthday, berikut terjemahannya:
Meski aku bisa membuat pembicaraan yang tak penting... Aku tak bisa menemukan alasan untuk bisa memelukmu... Ah, iya, iya juga ya... Selamat ulang tahun, cinta ku yang tak berbalas...
Waaah plot twist bgt nih