Married To A Complete Stranger

Married To A Complete Stranger

Prolog

Senin pagi cerah. Secerah senyum Riana pagi ini. Hari ini hari pertamanya bekerja. Riana tak sabar menyelami dunia yang sesungguhnya. Semangat Riana membara. Wajar saja, ini hal baru yang akan dia alami. Semua kehidupannya bermula dari sini.

Riana memantas dirinya di cermin, dengan mengenakan kemeja semi-formal berwarna krem dengan motif bunga kecil dan rok plisket selutut berwarna senada dengan atasannya. Tak lupa sneakers warna broken white, melengkapi penampilannya. Rambut gelombangnya dibiarkan tergerai begitu saja. Riana bersiap menghadapi hari pertamanya bekerja.

Perusahaan tempat Riana bekerja adalah sebuah perusahaan pengembang game yang cukup termasyur, Gameflix. Dibalik penampilannya yang girly, Riana akan bekerja sebagai progammer. Riana hanya sebagai anggota team saja, bukan dalang utama yang mendesign dan membuat gamenya. Meskipun hanya sebagai anggota team, Riana cukup bangga dapat bergabung dengan Gameflix.

Karena sudah terbiasa hidup mandiri sedari remaja, Riana tak lagi merasa tak nyaman hidup sendirian di kota besar. Ya. Ayah ibu Riana telah lama meninggal dalam tragedi tabrak lari saat usia Riana belum genap sepuluh tahun. Menyakitkan memang. Apalagi Riana adalah anak semata wayang.

Setelah kepergian ayah ibunya, Riana diasuh oleh nenek dari ibunya. Nampaknya, nasib buruk tak berhenti menimpa Riana. Setahun setelah ayah ibunya meninggal, neneknya pun meninggal dunia karena sebuah penyakit. Riana lalu tinggal di sebuah panti asuhan. Dua tahun tinggal di panti asuhan, Riana mendapat keluarga baru yang mau mengadopsinya. Riana setuju untuk diadopsi, dengan syarat Riana akan tinggal sendiri setelah usianya menginjak delapan belas tahun.

Keluarga baru Riana sangat baik. Mama Lily dan Papa Danu selalu menyayangi Riana seperti anak kandung mereka sendiri. Meskipun hanya enam tahun tinggal bersama orang tua asuhnya, Riana sangat berterimakasih pada mereka. Riana selalu memberikan kabar tentang dirinya pada Mama Lily agar Mama Lily tidak khawatir dengannya. Seperti saat ini, Riana tak lupa mengetikkan sebuah pesan singkat kepada Mama Lily sebelum berangkat bekerja.

Hari ini, Riana mulai bekerja di Gameflix, Ma. Doakan agar Riana selalu diberi kemudahan dan kelancaran dalam bekerja ya, Ma. Riana sayang Mama.

Riana kembali memastikan bahwa penampilannya sudah rapih sebelum akhirnya keluar dari kamar kosnya.

"Pagi, Ri," sapa Ibeth, tetangga kamar Riana yang pagi-pagi suka sekali ngopi di koridor depan kamarnya.

"Pagi, Beth. Eh, bentar," Riana kembali masuk ke kamarnya dan mengambil satu bungkus besar camilan potato chips lalu menyerahkannya pada Ibeth.

"Thank you, Riri. Mulai kerja hari ini?" tanya Ibeth.

"Iya, Beth," jawab Riana sambil mengunci pintu kamarnya.

"Keterima di Gameflix?" tanya Ibeth lagi. Riana mengangguk sambil tersenyum pada Ibeth.

"Wow!! Kereeen... Congrats yaaa! Wuih lo emang ck ck ck... Juara," puji Ibeth.

"Alhamdulillah. Makasih, Beth. Aku berangkat dulu ya," pamit Riana.

"Ati-ati,"

Riana melambaikan tangannya tanpa menoleh ke arah Ibeth. Ibeth menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa teman satu kosnya itu benar-benar cewek yang luar biasa.

'What a good luck, Ri!'

***

Gameflix. Perusahaan pengembang game terbesar di negeri ini. Riana tak pernah menyangka bisa diterima menjadi bagian dari perusahaan besar impiannya. Riana berdiri di depan gedung perusahaan yang menjulang tinggi bagaikan menuju ke langit.

'Wow! Butuh bertahun-tahun untuk membangun semua kemegahan ini. Untuk menghancurkannya? In a split of seconds,' pikir Riana.

Riana memasuki gedung megah itu dengan kegugupan luar biasa. Meskipun dia pernah mengikuti seleksi dan wawancara kerja disana, tapi Riana tak sempat memperhatikan sebesar dan seluas apa gedung itu. Otaknya sedang dipenuhi bagaimana cara menjawab pertanyaan dari pewawancara kerja, sehingga tak sempat memperhatikan gedung yang begitu besar itu.

Mata Riana mengembara, menyusuri tiap sudut gedung yang akan menjadi tempat dia bekerja nanti. Banyak sekali orang-orang berlalu-lalang. Perlukah Riana mengenal satu per satu orang-orang itu? Nampaknya setahun bekerja disana belum cukup untuk mengingat semua nama karyawan di gedung itu.

"Bruk..." Riana menabrak seseorang.

"Maaf..." ucap Riana sambil membungkukkan badannya.

Orang itu hanya melihat penampilan gadis yang baru saja menabraknya itu.

'Orang baru?' pikirnya.

Lalu berlalu, diikuti seorang di belakangnya. Riana menegakkan badannya. Menghela nafas lega. Sepertinya dia tidak membuat kekacauan di hari pertamanya bekerja. Riana lalu memasuki lift yang sedang terbuka di depannya. Dipencetnya nomor lantai lima, tempat departemennya berada.

Lift berhenti di lantai lima. Koridor menuju kantornya sepi. Riana mengerutkan alis, lalu melihat ke arah jam tangannya.

'Masih kurang lima menit, aku belum telat kan?' tanya Riana dalam hati.

Riana terlihat semakin panik ketika kantor departemennya tak terdengar suara apapun. Riana melongok ke dalam. Ternyata sedang ada briefing pagi. Wajah Riana terlihat merah, menahan malu. Dia berjalan mengendap, memasuki ruangan. Lalu menyusup, membaur dengan para karyawan yang sudah berdiri berjajar disana.

'Mati aku!' umpat Riana dalam hati.

"Kita baru saja meluncurkan game baru dipasaran. Dilihat dari jumlah downloadnya sudah tembus delapan ratus ribu pendownload. Padahal game ini baru rilis tiga hari yang lalu. Selamat atas kerja keras rekan-rekan semua dalam merealisasikan ide-ide rumit yang ada di kepala saya," kata seorang pria seusia Riana yang berpakaian sangat kasual. Tepuk tangan riuh memenuhi seluruh ruangan. Riana ikut bertepuk tangan.

'Siapa pria itu? Ketua departemen?' pikir Riana.

"Selanjutnya. Saya ingin rekan-rekan semua membuat suatu game untuk anak-anak usia pra-sekolah. Usahakan game ini beda dengan game-game anak usia dini yang sudah beredar di pasaran. Ingat! Penggunanya adalah anak-anak pra-sekolah. Paham?" tanya pria tadi pada semua yang ada di ruangan itu.

"Paham~," semua menjawab. Riana berpikir keras tentang game yang baru saja direncanakan untuk dibuat.

"Satu lagi," kata pria yang terlihat sok bossy tadi.

Pria itu kemudian berjalan menyibak karyawan yang rapih berjajar. Semua karyawan mengerutkan alis, bingung dengan apa yang atasannya lakukan. Pria yang mengenakan hoodie hitam itu berhenti tepat di depan Riana.

"Satu bulan lagi, akan ada acara pertunangan saya dengan nona ini. Jadi pastikan kalian datang. Kartu undangan menyusul. Terimakasih!" kata pria itu tiba-tiba dan sukses membuat mata Riana terbelalak.

Seluruh ruangan bertepuk tangan. Lalu satu per satu menyalami Riana memeberi ucapan selamat. Riana terpaksa mengembangkan senyumnya sambil menerima ucapan selamat dari para koleganya yang bahkan belum dia kenal.

'Ini cuma prank kan? Ada kamera? Pria itu tadi siapa? Kenapa seenaknya sendiri? Tunangan? Bahkan aku nggak tau siapa namanya. Apa aku salah masuk gedung?Tidak. Lalu apa ini? Seseorang bisa tolong jelaskan padaku?'

***

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!