Indigo : Mereka Yang Tak Terlihat

Saga berjalan menuju mobil yang dia parkir di depan kantor editor. Wajah Saga terlihat kesal, karena di belakangnya seorang gadis bergaun biru terus mengikutinya.

"Kenapa kau pergi? Kau bisa melihatku kan? Apa kau pura pura tidak mendengarku? " arwah gadis itu terus mengikuti Saga sambil terus berbicara walaupun Saga tak menghiraukan nya.

"Hei aku tau kau bisa melihatku. Jangan pura pura dan bicaralah padaku. "

Saga tetap berjalan, lalu dia membuka pintu mobil dan memacu mobilnya menuju rumah. Arwah gadis itu mengikutinya dan duduk di samping Saga, dia tak henti hentinya bicara walaupun Saga tetapi diam.

"Aku tau kau melihatku. "

"Aku tau bisa mendengarku. "

"Bicaralah padaku. "

Kenapa kau tidak menghiraukan ku? "

Ckiiitttt...

Saga menginjak rem mendadak dan mobil berhenti di sebuah persimpangan jalan sepi.

Saga melayangkan tatapan tajam ke arah si gadis, terlihat sekali jika Saga begitu terganggu dengan keberadaan nya.

"ENYAH LAH DARI HADAPANKU!!! "

Teriakan Saga yang penuh dengan penekanan dan Energi yang kuat untuk mengusir arwah membuat si gadis terkejut sekaligus ketakutan dan dia menghilang seketika itu juga.

Saga menghela nafas, lalu melanjutkan kembali perjalanan menuju rumahnya.

Saat sampai di rumah ternyata Luna dan Kira sudah terbangun dan sedang membuat nasi goreng untuk sarapan.

Kira membantu Luna, karna dia tau Luna tak akan bisa memasak dengan benar walaupun dia seorang gadis.

"Sedang apa kalian? " tanya Saga saat melihat kedua adiknya ada di dapur dengan kondisi dapur yang berantakan.

"Kakak darimana? Aku buatkan sarapan. " ucap Luna.

"Maaf aku terlambat pulang. " Saga mengucek rambut Luna. "Tapi apa kalian bisa memasak? "

"Jangan salah, Kak. Ini masakan spesial dari kami. " Kira menyodorkan sepiring nasi goreng yang terlihat enak dan wangi di hadapan Saga.

"Hmmm.. Dri wanginya sepertinya ini enak. " Saga menghirup aroma Nasi Goreng.

"Ayo coba, Kak. Pasti enak. " Luna duduk dengan sepiring nasi goreng begitupun dengan Kira.

Tok

Tok

Tok

Terdengar suara pintu di ketuk dari luar.

"Siapa pagi pagi begini yang bertamu? " tanya Luna.

Luna bangun hendak melihat siapa yang datang pagi pagi begini karena Ryu biasanya datang setelah Luna menunggu di depan dan tak pernah mengetuk pintu.

Luna membuka pintu namun dia tertegun karena tak ada siapapun di depan rumah. Luna mencoba melihat sekeliling dan memang tak aa siapapun di depan maupun di sekitar rumah.

"Aneh, tak ada siapa siapa. " kata Luna setelah menutup pintu an kembali ke meja makan.

"Apa mungkin orang iseng. " timpakan Kira.

Saga hanya diam, tak mengatakan apapaun namun entah kenapa rasanya ada yang tak beres sekarang.

Kira berangkat dengan motor gede nya dan Luna pergi bersama Ryu yang setia menjemputnya setiap pagi. Mereka tidak menjalin hubungan, tapi perasaan satu sama lain memang sudah saling nyaman saat bersama.

"Luna, apa Kak Saga punya pacar? " tanya Ryu tiba tiba saja saat mereka di perjalanan.

"Pacar? Setahu ku tidak ada. Memang kenapa? " tanya Luna.

"Lalu tadi yang berdiri di dekat Kak Saga siapa? " pertanyaan Ryu membuat Saga terkejut sekaligus bingung.

Saga membereskan piring dan dapur yang berantakan karena kedua orang yang bru saja memasak sarapan. Dia menyapu dan mengepel lantai, setelah di rasa semua selesai, Saga pun membuat kopi dan menikmatinya di teras rumah.

"Sebenarnya apa mau mu? " Saga bergumam sendiri.

Tak berapa lama, tiba tiba sosok arwah gadis memakai gaun biru muncul entah dari mana dan berdiri di samping Saga.

"Aku minta maaf, aku bukan ingin mengganggu mu. " ucap si gadis. "Aku Hanna, aku hanya ingin meminta bantuanmu. "

"Memang kau pikir aku orang yang akan membantumu? " Saga sama sekali tak mengalihkan matanya dari buku yang di pegangnya.

"Aku sudah mengikuti banyak orang, tapi tak ada yang bisa melihatku sepertimu. " Hanna antusias "Bahkan kau bisa menyentuh ku. "

"Pergilah. Aku tak tertarik menolong orang yang suah mati. " ucap Saga dengan tegas.

"Aku... " Hanna mulai meneteskan airmata. "Aku belum mati. "

Saga yang daritadi membalik balikan setiap halaman buku kini berhenti setelah mendengar jika Hanna bukan lah arwah penasaran.

"Aku hanya ingin meluruskan kesalah pahaman. " Hanna terlihat sangat sedih.

Buk..

Saga menutup buku dengan keras hingga membuat Hanna terkejut dan berhenti bercerita.

"Aku sama sekali tak tertarik dengan urusan orang lain. " Saga menatap tajam Hanna. "Jadi pergilah sebelum aku mengusir mu dengan kasar. "

Saga pergi meninggalkan Hanna yang terdiam karena masih terkejut dengan ke tebasan Saga.

"Aku tidak akan menyerah sampai kau menolongku!! " teriak Hanna dari luar karena Saga sudah masuk ke ruang kerjanya tanpa menghiraukan teriakan Hanna.

Saga menyibukan dirinya dengan membuat novel dan mencari buku untuk bahan referensi di ruang kerjanya.

Saat mencari buku yang dia cari, tak sengaja dia menjatuhkan sebuah kotak usang yang sudah berdebu. Saga mengambilnya dan membukanya.

"Kotak ini... "

Saga membukanya dan raut wajah nya berubah sendu saat melihat sebuah foto lama. Foto dirinya bersama Hanna????

****

"Ryu! " Luna berlari menghampiri Ryu yang sedang berjalan ke arah Kantor sekolah.

"Ada apa? Sepertinya sedang senang? " tanya Ryu karena melihat wajah berbinar dari Luna.

"Kau tau,,, hri ini ada jumpa fans di Mall Bintang. Kau tau siapa? " Luna sangat bersemangat.

"Nathan? " Ryu asal menebak.

"Kyaaa... Benar sekali! " Luna meremas lengan Ryu karna terlalu bersemangat.

"Nanti pulang sekolah, kita harus kesana. Jangan sampai kita tidak bisa bertemu Nathan. kyaaa.. Tak sabar sekali. " Luna meloncat loncat kecil karena kegirangan.

"Ya.. Ya.. Nanti aku antar. " Ryu tersenyum melihat sikap Luna yang seperti anak kecil jika sudah menyangkut idolanya Nathan, sang penyanyi terkenal.

"Terimakasih." Luna memeluk Ryu lalu kembali berlari menuju kelasnya.