Adinda
Gadis cantik yang bernama Adinda khairunnisa, keluar dari dalam kamarnya dengan wajah yang penuh ceria, dia lansung mencari sang ayah ke dapur rumahnya.
"Pagi... Ayah Dinda yang paling tanpa sejagat raya!" sapa Adinda kepada sang ayah, yang sedang asik membuat sarapan untuk mereka berdua.
"Pagi juga bidadari cantik ayah...!" sahut sang Ayah, melempar senyum manisnya kepada putrinya.
"Ayah lagi masak apa Yah?" tanya Adinda mendekat ke arah sang ayah.
"Ini ayah bikin roti bakar, sama susu coklat untuk putri ayah." ujar Pak Anton menunjuk ke nampan yang sudah berisi dua porsi roti bakar, segelas susu coklat panas, dan teh manis, yang siap untuk di santap.
"Aahhh.... Sayang ayah banyak banyak." memeluk Ayahnya dari samping, tak lupa mendaratkan kecupan manis di pipi sang ayah, membuat pak Anto terkekeh, walau sudah beranjak dewasa, anak gadisnya itu tetap saja manja kepadanya.
"Ayah juga sayang Dinda banyak banyak sayang, selamat ulang tahun ya cantik ayah, umur kamu semakin bertambah, putri cantik ayah semakin dewasa, apa pun yang terjadi ayah mohon tetap lah kuat ya nak, ayah sayang Dinda, nanti kita ke makam bunda ya sayang." ujar Pak Anton, Adinda memang tidak mau di kasih kue ulang tahun, karena karena kelahirannya sang bunda malah pergi dan menyisakan ayahnya yang selalu sedih sepanjang waktu, membuat Adinda tidak mau merayakan ulang tahunnya.
"Terimakasih ayah, terimakasih sudah jadi ayah sekaligus bunda untuk Adinda, terimakasih sudah menemani hari hari Dinda, tetaplah temani Adinda sampai sukses Yah, tanpa Ayah Dinda ngak tau gimana hidup Dinda." ujar Adinda berkaca kaca.
"Hmmm.... In Sya Allah sayang, tanpa ayah pun kamu harus bisa kuat, bisa jaga diri, jangan menyalahkan apa pun yang terjadi ya nak." ujar sang Ayah, seperti kata kata perpisahan.
"Ayah ngomong apa sih, pokoknya Adinda maunya sama ayah selamanya, temani Adinda." ujar Adinda tidak suka.
"Iya sayang, ayah ngomong kaya gitu kan, besok kamu wisuda, dan akan kuliah entah itu di negeri orang, ngak mungkin ayah nemanin kamu. kan ayah kerjanya di sini, belum lagi nanti kamu ketemu jodoh dan menikah, tentu saja kita akan berpisah, kamu ikut sama suami kamu." kekeh sang ayah.
"Ngak mau, aku mau kuliah di sini aja, dan klau aku menikah, aku maunya ayah ikut tinggal bersama aku." rajuk Adinda yang tidak mau berpisah dengan sang ayah.
"Astaga, anak ayah ini, kenapa semakin hari semakin manja saja." kekeh sang ayah mengacak rambut Adinda gemas.
"Ayah..... Rambut Dinda jadi kusut, Dinda udah capek loh ya nguncirnya." rengek Adinda manja kepada sang ayah.
"Hahaha.... Nanti ayah kuncirin lagi." kekeh Pak anton, memang lah pak Anton sangat suka menguncir rambut sang anak, dari kecil Adinda tidak pernah berambut pendek, dia selalu berambut panjang, katanya biar mirip bunda, jadi lah pak Anton belajar menguncir maupun mengepang rambut sang putri, hingga sekarang pun masih suka menguncirin rambut sang anak.
"Ayo makan, keburu dingin loh sarapannya." ujar Pak Anton.
Mereka makan dengan tenang, sesekali masih mengobrol.
"Si Rizka kok jarang main ke sini sayang, biasanya ngak pernah absen tuh ke rumah." tanya sang ayah.
"Ngak tau Yah, katanya lagi banyak urusan." jawab Adinda mengedikan bahu.
Pak Anton hanya mengangguk anggukan kepalanya.
"Trus pacar kamu kok ngak pernah juga main ke sini?" tanya lagi pak Anton.
"Lagi sibuk latihan basket Yah." sahut Adinda.
"Sekolahnya bareng ayah, apa mau naik motor sendiri?" tanya Pak Anton saat mereka keluar rumah, Adinda yang akan berangkat sekolah, sang ayah yang akan berangkat ke kantor.
"Dinda bawa motor sendiri aja Yah, nanti klau aku pulang cepat, bisa lansung pulang, dan nunggu ayah di rumah, siap siap mau kemakam Bunda." ujar Adinda.
"Baiklah klau gitu, kamu hati hati ya sayang, jangan ngebut ngebut bawa motornya." ucap Pak Anton.
"Siap komandan!" memberi hormat ala ala tentara, dan tidak lupa mencium tangan sang ayah, mengecup pipi ayahnya kanan kiri.
Setelah melakukan salam perpisahan yang penuh drama itu, Adinda lansung tancap gas menuju sekolahnya, yang berjarak setengah jam dari rumahnya.
"Haa... Anak itu." gumam Pak Anton menatap ke pergian sang anak dengan lekat dan pandangan sulit di artikan.
Setelah Adinda hilang dari pandangan pak Anton, baru lah dia masuk ke dalam mobil, dan juga berangkat ke kantor.
Tin tin
"Din Woiii... Adinda!" pekik teman sekelasnya yang baru datang dan memarkir motornya tidak jauh dari motor Adinda.
"Apasih, berisik bego!" kesal Dinda, temanya itu memang suka membuat Adinda naik darah.
"Widihhhh.... Pagi pagi udah ngegas aja bu!" ledek temanya.
Adinda hanya acuh dan melangkahkan kakinya keluar parkiran dan di ikuti oleh Sandi.
"Din, loe sama Dion baik baik aja kan?" tanya Sandi serius.
"Baik baik aja, kenapa emang." ujar Adinda menaikan alisnya.
"Ohhh... Ngak kok, kirain loe berantem apa gimana gitu, soalny beberapa kali gue ketemu sama Dion dan sahabat loe itu siapa namanya?" tanya Sandi lagi.
"Rizka!" jawab Adinda singkat.
"Ahhh iya itu." angguk Sandi.
"Mata loe aja kali salah orang, emang sih beberapa hari ini kita jarang ketemu, soalnya Rizka lagi nyiapin diri untuk masuk kampus yang dia mau, dan Dion sedang latihan basket, kan Dion latihan bareng loe!" ucap Arimbi.
"Mungkin gue salah lihat." ucap Sandi, namun dalam hati dia menggerutu.
"Dasar Dion sableng selingkuh sama sahabat pacarnya, kaya ngak ada perempuan lain aja, udah gitu matanya katarak kali ya, masa Adinda secantik ini di selingkuhin sama tampang ondel ondel macam itu." gumam Sandi.
"Haiii.... Sayang, kamu kok baru datang?" tanya Dion menghampiri Adinda yang berjalan di koridor sekolah.
"Iya, lagian ngapain buru buru, kitakan cuma gladiresik buat besok doang." sahut Adinda.
Dion mengangguk tanda mengerti.
"Kita lansung ke aula aja, soalnya anak anak pada kumpul di sana." ujar Dion.
Adinda hanya mengangguk tanda mengerti dan mereka berjalan sambil bergandengan tangan, menuju aula.
"Nempel teruss......"
"Haisss..... Dunia serasa milik berdua."
"Penerbangan ke mars jam berapa ya?"
"Jomblo gigit jari."
"Keknya habis wisuda, kita dapat undangan deh."
Sepanjang jalan ke aula, Adinda dan Dion dia ledekin oleh teman teman mereka.
"Yang, lepas ih.... Malu di ledekin." gumam Adinda.
"Biarin aja sih Yang, mereka itu cuma sirik sama kita, lagian aku kan kangen sama kamu Yang, udah beberapa hari kita ngak ketemu." ujar Dion yang tidak mau melepaskan tangannya dari tangan kekasihnya itu.
Adinda hanya pasrah, karena Dion semakin erat aja memegang tangannya.
"Nanti kita ke cafe pelangi yuk, udah lama kita ngak ke sana, temani aku belu es cream." ujar Adinda.
"Aduh.... Gimana ya Yang, aku ngak bisa deh, soalnya aku mau latihan basket soalnya." ujar Dion dengan wajah penuh sesal.
"Oh, ya udah deh klau ngak bisa." ucap Adinda dengan wajah yang kecewa.
"Jangan marah dong Yang, besok aja kita ke sana ya, aku janji." ujar Dion.
"Hmmm... Baiklah klau gitu." ujar Adinda.
Bersambung.....
Haiii... mamak hadir lagi ya, dengan karya baru, semoga kalian suka.
Jangan lupa like komen dan Votenya.
Buat yang kasih bintang, kasih mama bintang lima ya, biar mamak semakin semangat untuk menulis.
untuk menunggu up novel mamak yang ini, kalian boleh baca karya mamak yang lainnya ya, semuanya sudah tamat kok😁😁😍😍😍
*Aira si gadis dingin.
*Suamiku yang tidak di anggap.
*Nikah Rahasia.
*Ketika suami tidak lagi jadi harapan.
*Cobalah jadi aku sebentar saja.
*Suami cacat ku.
*Bersamamu aku bahagia.
*Aku Bukan Pelakor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
emang bener cintan pertama anak perempuan itu ayahnya sendiri/Smirk/
2024-11-08
0
adinda ceria ya?
2024-11-08
0
jouline
masih menyimak
2024-11-06
0