Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Umpan Meriam
"Sssshh..." Kepala Chen Lin terasa seperti akan meledak. Perlahan ia berusaha membuka matanya.
Sebelum sempat memproses apa pun, ia mendengar suara laki-laki yang sedingin es melayang di atasnya.
"Sebanyak apa pun kamu berusaha, aku tidak akan pernah menyukaimu."
Sial, siapa yang tidak menyukai Lao Tzu? Dan siapa pula si pemilik suara beku ini?
Setelah beberapa menit, pandangannya akhirnya fokus. Ia melirik pria tampan yang berdiri di depannya. Tampan, sih, tapi membosankan.
Kemudian, ia menyadari sekelilingnya: berbagai pasang mata menatap ke arah mereka dengan tatapan aneh dan penuh rasa ingin tahu.
Chen Lin berdiri, menepuk roknya yang ternyata tidak kotor. Tiba-tiba, ia merasakan cairan hangat mengalir dari dahinya. Ia menyentuh dahi—berdarah! Sakit, tapi tidak terlalu sakit.
Matanya yang tajam menangkap pinggiran meja yang terdapat noda darah. Oh, ternyata terbentur meja.
Andai ada yang tahu mereka akan terkejut, karena Chen Lin bisa melihat noda darah samar di meja itu hanya dengan sekilas pandang. Noda itu hampir menyatu dengan warna meja, dan walau dilihat dari jarak dekat pun, orang biasa mungkin tidak akan menyadarinya.
Chen Lin menunjuk bergantian ke arah pria itu dan dirinya sendiri. Raut wajahnya dipenuhi kebingungan.
"Aku menyukaimu? Sejak kapan?" Walaupun tampan, pria ini jelas bukan tipenya!
Pria itu menatapnya dengan dingin menusuk. Sementara itu, seorang gadis pemalu yang kemeja putihnya ternoda oleh kopi di samping pria itu menarik lengan sang pria dengan lembut.
"Ming-Ming, jangan diperpanjang. Aku tidak apa-apa."
Cowok yang dipanggil Ming-Ming itu balas menatap wanita pemalu di sebelahnya dengan tatapan yang langsung berubah lembut—kontras dengan tatapan dinginnya pada Chen Lin. Huh, pasangan anjing ini!
Pria itu kembali menatap Chen Lin. "Aku harus membuatnya sadar, agar dia tidak terus mengganggumu di masa depan."
Sadar apa sih? Chen Lin merasa putus asa. Bisakah seseorang menjelaskan situasi gila ini kepadaku?
Dan siapa pasangan anjing ini? Bukankah seharusnya dia sedang tidur di vila mewahnya? Kenapa tiba-tiba dia berada di sebuah kafe? Apakah dia berjalan sambil tidur?
Tunggu, kafe?
Chen Lin menatap kafe itu. Rasanya familiar, namun asing. Ia yakin belum pernah mengunjunginya.
Firasat buruk tiba-tiba menghantamnya. Ia mengabaikan pasangan itu, bangkit, dan berjalan tergesa-gesa keluar untuk melihat papan nama.
Di atas papan itu tertulis: 'The Blind Scene'.
The Blind Scene... The Blind Scene... Sial!
TIDAK MUNGKIN! Chen Lin merasa dirinya akan gila.
Untuk mengonfirmasi kegilaannya, ia kembali masuk ke kafe dengan langkah terhuyung, mengabaikan tatapan aneh yang ditujukan padanya.
Ia menarik lengan 'Ming-Ming' yang sedang menyampirkan jas ke bahu wanita itu dengan kuat, saking kuatnya hingga jas itu terjatuh ke lantai.
"Apa kau gila?!" Wang Ming menghardiknya dengan dingin.
Chen Lin mengabaikan pertanyaan itu dan
bertanya dengan tajam, "Apa kau Wang Ming?"
Wang Ming mengerutkan kening karena bingung. Apakah otak gadis di depannya ini kebanjiran?
Sejak tadi Chen Lin bersikap sangat aneh, seolah-olah menderita amnesia. Melihat darah yang masih mengering di dahi Chen Lin, Wang Ming bertanya hati-hati, "Kau amnesia?"
Chen Lin kesal pertanyaannya diabaikan. "Siapa peduli itu! Cepat jawab, apa kau Wang Ming?"
Karena tidak sabar, ia beralih ke gadis yang sok pemalu di belakangnya. "Apa kau Lin Jing?"
Gadis itu menatapnya aneh. "Ya, aku Lin Jing."
Kemudian Chen Lin bertanya lagi "Apakah dia Wang Ming?" mengarahkan jari telunjuk ke cowok didepannya.
Lin Jing mengangguk dan bertanya dengan bingung "Lin Lin, apa kau baik-baik saja?"
Chen Lin mengabaikannya sepenuhnya. Ia jatuh terduduk di kursi, menarik gelas jus terdekat di atas meja, dan meneguknya sekali teguk sampai habis, seperti orang yang tidak minum selama sehari. Pemilik jus itu hanya menatapnya dalam diam, lalu memanggil pelayan untuk memesan yang baru.
Chen Lin menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan bunyi 'gedebuk' yang menarik perhatian orang-orang.
MATILAH AKU!!!
Ternyata dugaannya benar! Dia telah bertransmigrasi ke dunia komik! Bagaimana mungkin?!
Awalnya, ia adalah agen rahasia yang telah pensiun, membeli vila di pedesaan untuk menikmati hidup sebagai ikan asin sejati.
Hidupnya sungguh nyaman. Lalu, seorang teman merekomendasikan komik populer di internet. Chen Lin mengunduhnya dan mulai membaca.
Awalnya cerita itu aman-aman saja di awal bab, tetapi menjelang pertengahan, ia mulai membenci umpan meriam yang menurutnya sangat bodoh—terlebih lagi karena namanya sama persis dengannya!
'Chen Lin' hanyalah batu sandungan yang dirancang untuk memperindah sang protagonis, Lin Jing.
Keduanya adalah sahabat masa kecil, tetapi persahabatan itu hancur karena Wang Ming, rumput kampus yang tampan, muncul di tengah mereka.
Chen Lin menyukai Wang Ming, tetapi Wang Ming mencintai Lin Jing. Digerogoti cemburu, Chen Lin melakukan segala cara licik, termasuk menjebak Lin Jing, tetapi Wang Ming selalu membela Lin Jing. Hal ini justru membuat Chen Lin makin kejam.
Hingga puncaknya, saat tahun kedua akhir zaman. Chen Lin sudah sangat membenci Lin Jing karena wanita itu menjadi istri kesayangan yang sangat dimanja oleh Wang Ming, yang saat itu sudah menjadi ketua pangkalan besar yang dihormati.
Lin Jing dihormati, bahkan dijilat semua orang, sementara Chen Lin hanyalah tikus got tanpa kekuatan. Didorong rasa cemburu, saat pangkalan diserbu ribuan zombie, Chen Lin berniat mendorong Lin Jing kedalam kumpulan zombie.
Sayangnya, ia ketahuan Wang Ming. Wang Ming mengusirnya dari pangkalan, dan tak lama kemudian, Chen Lin diculik ke laboratorium.
Di sana, ia disuntik obat aneh hingga darahnya terasa mendidih dan ingin meledak. Sebelum kesadarannya hancur, ia sempat melihat Lin Jing berdiri menatapnya dengan dingin.
Setelah sampai di sana, Chen Lin memutuskan untuk tidak membaca bab lain. Untuk apa membaca kelanjutan hidup karakternya yang sudah mati?
Tapi, ia sangat ingin mengutuk 'Chen Lin' yang bodoh itu.
Apakah Wang Ming begitu berharga daripada hidupnya?! Kenapa tidak bisa melihat pria lain yang lebih tampan? Tidakkah makanan enak itu lebih penting daripada sperma laki-laki? Yang lebih menyebalkan, menurutnya protagonis wanita itu penuh dengan perhitungan dan licik! Setiap kali Chen Lin menjebaknya, sebenarnya dia punya kekuatan untuk melawan, tapi dia selalu berpura-pura lemah dan menunggu si pahlawan kesiangan itu muncul! Itu adalah provokasi yang membuat Chen Lin makin menggila!
Tapi dia gak bermaksud membela Chen Lin ya, siapa suruh namanya sama! huh
Yang lebih aneh, penulisnya seolah masih berusia 14 tahun, jelas-jelas Lin Jing lebih cocok menjadi antagonis bukan protagonis! tapi komik itu sangat populer, dan penggemar bahkan memuja Lin Jing sebagai dewi. Sungguh gila!
Huh, dia bersumpah tidak akan pernah menyentuh komik sampah itu lagi!
Tapi sialnya siapa yang bisa memberitahunya apa yang terjadi disini! Kenapa sekarang ia malah masuk ke komik itu, dan menjadi Chen Lin yang bodoh pula!
Yang lebih sialnya lagi, itu adalah komik kiamat! SEKALI LAGI, KIAMAT!!! Yang penuh dengan zombie, hewan mutan, dan hati manusia yang lebih busuk daripada hewan!
Cita-cita sejatinya hanyalah menjadi ikan asin dan memakan banyak makanan lezat! aaakh
Chen Lin tiba-tiba mengangkat kepalanya dari meja. Ia mengacungkan jari tengah ke langit-langit kafe dan berteriak dalam hati, "FUCK!"
makasih udah up untuk hari ini👍👍👍 cerita nya bagus seru sekali cerita nya👍👍